Advertisement

Ethiopia Resmikan Bendungan Terbesar di Afrika Senilai Rp82 Triliun

Newswire
Rabu, 10 September 2025 - 04:47 WIB
Ujang Hasanudin
Ethiopia Resmikan Bendungan Terbesar di Afrika Senilai Rp82 Triliun Ilustrasi Sungai Nil di Mesir. - Antara

Advertisement

Hartianjogja.com, ADDIS ABABA - Ethiopia meresmikan Bendungan Renaissance Besar Ethiopia (GERD) yang menelan biaya hampir 5 miliar dolar AS (sekitar Rp82,1 triliun) pada Selasa (9/9/2025), proyek hidroelektrik terbesar di Afrika, tepatnya pembangunan di Sungai Nil Biru.

Bendungan yang diluncurkan pada 2011 oleh mendiang perdana menteri Ethiopia Meles Zenawi tersebut dirancang untuk menghasilkan 5.150 megawatt listrik, menjadikannya salah satu pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.

Advertisement

Para pejabat Ethiopia mengatakan bendungan itu akan meringankan kekurangan listrik kronis dan memungkinkan ekspor listrik ke seluruh Afrika Timur.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mendeskripsikan proyek itu sebagai tonggak sejarah nasional dan simbol kemandirian, dengan mengatakan bahwa waduk besar tersebut, yang diberi nama Danau Nigat atau "Danau Fajar", menandai berakhirnya "era mengemis" di Ethiopia.

BACA JUGA: Dubes Tawarkan Minyak Sawit untuk Turunkan Tarif Trump

"Danau ini telah membawa kekayaan yang lebih besar daripada PDB Ethiopia. Generasi ini telah mencapai prestasi besar dengan Bendungan Renaissance. Era mengemis telah berakhir," kata Abiy.

Menyebut GERD sebagai "megaproyek terbesar dalam sejarah masyarakat kulit hitam", dia mengatakan bahwa Ethiopia tidak "mencari kerugian", melainkan "kemakmuran bersama".

Presiden Kenya William Ruto mengatakan benua Afrika “dapat membentuk nasibnya sendiri. Ini adalah pernyataan Pan-Afrika”, menambahkan “jalan menuju perdamaian terletak pada persatuan, bukan isolasi.”

Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyebut proyek tersebut sebagai “simbol persatuan, pengorbanan, dan tekad”, mengatakan bahwa bendungan itu akan membawa kekuatan dan kemakmuran bagi kawasan tersebut.

Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mengatakan semua negara harus dilibatkan dan berbagi beban, mendesak bahwa “berbagi sumber daya, berbagi persaudaraan”.

Sedangkan Presiden Djibouti Ismail Omar Guelleh menyebut peresmian tersebut sebagai “hari kemenangan besar”.

Selama 14 tahun, jutaan rakyat biasa Ethiopia, termasuk petani, buruh harian, pelajar, dan pegawai negeri sipil, membeli obligasi dan memberikan sumbangan untuk membantu mendanai proyek bendungan tersebut.

Pihak berwenang mengatakan bahwa upaya publik itu, di samping pendanaan negara, memungkinkan penyelesaian bendungan raksasa tersebut.

Namun, Mesir dan Sudan tetap sangat prihatin. Kedua negara itu berpendapat bahwa Ethiopia telah mengisi dan mulai mengoperasikan bendungan itu tanpa perjanjian pembagian air yang mengikat. Keduanya tidak hadir dalam upacara peresmian.

Mesir, yang menyatakan bahwa negaranya bergantung pada Sungai Nil untuk hampir 90 persen kebutuhan airnya, khawatir proyek itu dapat mengurangi aliran air penting selama musim kemarau, sementara Sudan juga telah menyuarakan kekhawatiran atas keamanan bendungan dan pelepasan air yang tidak terkoordinasi.

Pekan lalu, Kairo dan Khartoum mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam "tindakan sepihak" Ethiopia dan memperingatkan bahwa bendungan itu ancaman berlanjut terhadap stabilitas.

Ethiopia menegaskan bahwa proyek tersebut pada akhirnya akan menguntungkan kawasan tersebut, termasuk negara-negara hilir, dengan menstabilkan aliran air dan mengurangi banjir, tetapi negosiasi mengenai pengoperasian bendungan masih menemui jalan buntu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara - Anadolu

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Kisah Siswa SRMA Bantul Putus Sekolah Sebelum Diterima Sekolah Rakyat

Kisah Siswa SRMA Bantul Putus Sekolah Sebelum Diterima Sekolah Rakyat

Bantul
| Rabu, 10 September 2025, 11:27 WIB

Advertisement

Empat Kuliner Jepang yang Jadi Buruan Wisatawan Dunia

Empat Kuliner Jepang yang Jadi Buruan Wisatawan Dunia

Wisata
| Senin, 08 September 2025, 22:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement