Advertisement
Perpusnas Merilis Sembilan Buku Bertema Kearifan Lokal untuk Warisan Masa Depan
Perpustakaan Nasional. / Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Perpustakaan Nasional (Perpusnas) merilis sembilanbertema Kearifan Lokal untuk Warisan Masa Depan. Buku-buku baru ini hasil dari program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN).
"Penulis menjadi penggerak utama dalam menciptakan diskusi yang reflektif dan kritis, memperluas wawasan dan membangun budaya literasi," kata Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Advertisement
Dalam acara peluncuran buku ILPN 2024 dan ILPN 2025 yang diselenggarakan secara hibrida pada Senin (16/6/2025), Joko mengatakan bahwa ILPN merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Sub Kelompok Penerbitan Perpusnas melalui Perpusnas Press.
Pada tahun ini, ILPN mengusung tema Menulis Demi Generasi Literat. ILPN 2025 memiliki fokus terhadap ulasan dan dokumentasi upaya peningkatan literasi di empat lokus yaitu Kota Medan, Jogja, Semarang, dan Surabaya.
Adapun buku-buku yang diluncurkan itu berasal dari sembilan lokus di Indonesia. Sembilan buku tersebut adalah Cerita yang Menyatukan lokus Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Pesona Jawa Timur lokus Jawa Timur dan Jejak Budaya Dayak: Warisan Leluhur Kalimantan Tengah lokus Kalimantan Tengah.
Kemudian terdapat pula merawat identitas: Kearifan Lokal dari Tanah Aceh lokus Aceh, Bung Karno dan Blitar lokus Blitar, Merekam Jejak Literasi Kutai Kartanegara lokus Kutai Kartanegara, Potret Kearifan Lokal Bengkulu: Merekam Budaya dan Adat Istiadat dalam Literasi lokus Bengkulu, Mengakar di Kuningan: Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal lokus Kuningan, Jejak Warisan di Tanah Banten lokus Banten.
Buku-buku ini merupakan hasil karya lintas latar belakang, mulai dari penulis lokal, pustakawan, hingga pelajar. Semua buku hasil karya ILPN 2024 tersedia secara digital dan dapat diakses di press.perpusnas.go.id.
Joko melanjutkan, penulisan memiliki peran penting yang sangat kuat dengan aktivitas membaca. Kegiatan menulis tidak hanya merupakan ekspresi ide, tetapi alat untuk memperkaya dialog intelektual, mendorong pemikiran kritis, dan memperkuat pemahaman mendalam tentang berbagai isu.
Mengutip Blasius Sudarsono, Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Diponegoro Lydia Christiani mengatakan seorang pustakawan harus memiliki kemampuan dan kemauan yang seimbang.
Ketimpangan di antara keduanya sering kali menyebabkan hilangnya jiwa dalam praktik kepustakawanan yang diibaratkan seperti pustakawan zombi.
Lydia mengajak untuk merefleksikan makna dari istilah kepustakawanan yang selama ini cenderung dimaknai sebagai aktivitas teknis pustakawan.
“Pustakawan tidak hanya bekerja dengan katalog dan sistem digital. Mereka adalah fasilitator informasi dan penjaga nalar publik,” tegas Lydia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
- Cegah Anak Tersesat, Masjidil Haram Sediakan Gelang Identitas
- KPK Tegaskan Perceraian Ridwan Kamil Tak Ganggu Kasus Bank BJB
- Baku Tembak di TN Komodo, Tim Gabungan Hadang Pemburu Liar
- Cuaca Ekstrem Landa Negara Arab, Banjir Bandang Picu Korban
Advertisement
Polresta Sleman Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Prambanan Hadapi Nataru
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- KPK Tegaskan Perceraian Ridwan Kamil Tak Ganggu Kasus Bank BJB
- Asita DIY Catat Booking Wisata Nataru 2025 Turun 8 Persen
- Ahli Gizi Ungkap Manfaat Ikan Tuna untuk Jantung dan Tubuh
- Pemkot Jogja Siapkan Parkir Resmi Cegah Parkir Liar Stasiun Tugu
- Kerja di Kafe Tak Selalu Efektif, Coworking Space Jadi Pilihan
- Ekskavasi Terbaru di Pleret Ungkap Dugaan Fondasi Beteng Keraton
- Gerakan Perempuan Dikuatkan Jelang 1 Abad Kongres Perempuan
Advertisement
Advertisement




