Advertisement
APBI Tolak Investasi Pabrik Ban Asal China

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) menolak investasi baru pabrik ban dari China yang semula direncanakan mencapai US$2 miliar di 2025 ini. Penambahan investasi ban khusus pertambangan dan truk itu dinilai akan memicu kelebihan pasokan.
Ketua Umum APBI Aziz Pane mengatakan saat ini Indonesia telah dipenuhi oleh pabrik ban multi nasional dari seluruh dunia termasuk tiga pabrik ban baru dari China yang akan memproduksi ban pertambangan dan ban truk atau bus.
Advertisement
“Kalau ditambah lagi maka industri ban akan mengalami oversupply yang cukup besar sehingga nasibnya akan sama dengan industri tekstil dan industri sepatu,” kata Aziz, Minggu (8/6/2025).
Dalam catatan APBI, pada 2024 industri ban roda 4 atau lebih kapasitas terpasang sebesar 97,6 juta unit sedangkan yang diproduksi hanya sebesar 68,1 juta unit. Estimasi tahun ini kapasitas meningkat banding tahun 2024 dengan produksi masih meningkat dibanding tahun 2024.
Kapasitas terpasang ban vulkanisir ban 23 juta unit, dengan produksi 14,7 juta unit. Dia memprediksi tahun 2025 kapasitas dan produksinya lebih besar dari tahun 2024. “Jangan sampai seperti di Thailand yang dipenuhi lebih dari 46 pabrik China dengan tujuan ekspor pasar AS,” ujarnya.
Pihaknya mengaku belajar dari Thailand dan Vietnam tersebut dan menolak adanya investasi baru pabrik ban. “Dengan terjadinya kenaikan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Trump, pabrik ban di Thailand dan Vietnam mengalami kapasitas berlebihan yang membahayakan pasar dalam negerinya,” ucapnya.
BACA JUGA: Catat! Ini Daftar Perusahaan Tambang Beroperasi di Kawasan Raja Ampat
Aziz menerangkan bahwa pengusaha mengusulkan agar investasi dari China lebih kepada industri hilirisasi lain dari karet selain ban seperti pabrik ban vulkanisir pesawat terbang, dock fender ataupun industri aspal karet untuk infrastruktur yang lebih menguntungkan. “Lagipula China hanya merupakan pasar ketiga karet alam Indonesia disamping AS dan Jepang,” jelasnya.
China banyak menggunakan karet dari Thailand dan Vietnam bukan Indonesia karena secara geografis lebih dekat dan akan lebih murah ongkos transportnya. Adapun, impor karet alam China hanya sekitar 200.000 ton jauh dibawah impor Jepang dan AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Perpres 79/2025 Tak Hanya Mengatur Soal Kenaikan Gaji ASN
- Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Jaringan Internet Alami Gangguan
- Akreditasi SPPG Perlu Dilakukan untuk Cegah Keracunan
- Modus Korupsi di BPR Bank Jepara Artha, Bermula dari Kredit Macet
- Ledakan di Gaza Selatan, 4 Tentara Israel Dilaporkan Tewas
Advertisement

Dua Sepeda Motor Terlibat Kecelakaan di Jalan Wates Gamping
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kasus Riza Chalid, Kejagung Kejar Aset hingga Perusahaan Afiliasi
- Digugat Tutut Soeharto ke PTUN Jakarta, Ini Kata Menkeu Purbaya
- Heboh Food Tray MBG Mengandung Minyak Babi, Begini Penjelasan RMI-NU
- Revisi Devisit APBN 2026 Disepakati Rp689,1 Triliun
- Dewan Pers: Wartawan Aman dari Jeratan UU ITE jika Patuh Kode Etik
- DPR Soroti Asesmen Awal Program Sekolah Rakyat Kemensos
- KPK Tahan 5 Tersangka Kasus Kredit Usaha BPR Bank Jepara Artha
Advertisement
Advertisement