Advertisement

Di Vietnam, Laporkan Pelanggaran Lalu Lintas Bisa Dapat Uang

Sirojul Khafid
Kamis, 16 Januari 2025 - 14:07 WIB
Sunartono
Di Vietnam, Laporkan Pelanggaran Lalu Lintas Bisa Dapat Uang

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Di Vietnam, setiap pelanggaran lalu lintas terdapat sanksinya, termasuk dalam bentuk denda. Misalnya menerobos lampu merah, pengendara harus membayar 6 juta dong. Apabila dibandingkan dengan pendapatan rata-rata warganya, per bulan mereka bergaji 7,7 juta dong. Proporsi denda yang cukup besar, lebih dari 70% persen dibandingnya pendapatan warga per bulan.

Kehilangan di satu pihak, bisa menjadi keuntungan pihak lainnya. Pemerintah Vietnam akan memberikan imbalan bagi warga yang melaporkan pelanggaran lalu lintas. Setiap laporan akan mendapatkan bayaran hingga 5 juta dong (US$200), tergantung jenis pelanggarannya.

Advertisement

Cara ini sebagai inisiasi Pemerintah Vietnam mengurangi pelanggaran, serta menertibkan kekacauan lalu lintas di jalanan. Sejak awal tahun 2025, pihak berwenang telah menaikkan denda secara drastis, ke tingkat yang hampir tidak terjangkau bagi pengemudi rata-rata. Jenis pelanggaran termasuk menerobos lampu merah dan menggunakan telepon seluler.

Berdasarkan aturan baru, siapa pun yang melaporkan pelanggaran lalu lintas yang terverifikasi di Vietnam, bisa mendapatkan hingga 10 persen dari denda yang dikenakan, hingga batas maksimal 5 juta dong. “Identitas informan akan dirahasiakan, untuk memastikan privasi mereka,” tulis dalam undang-undang tersebut.

Menurut kepolisian setempat, sejauh ini belum ada yang mendapatkan hadiah tersebut. Namun mulai terlihat beberapa orang yang standby di titik-titik yang memiliki lampu lalu lintas. Mereka standby dengan kamera dan tripod.

Naik Berlipat-Lipat

Bagi pengendara yang menerobos lampu merah dengan sepeda motor, dia akan didenda lebih dari 6 juta dong. Angka ini naik enam kali lipat dari angka sebelumnya. Jika pengemudi mobil melakukan hal yang sama, mereka akan merogoh kocek hampir 20 juta dong, naik dari 6 juta dong. Denda juga meningkat dua kali lipat untuk penggunaan ponsel saat mengemudi.

"Saya terkejut dengan tingkat dendanya," kata pengemudi Grab Bike, Nguyen Quoc Phong, yang mengaku sering menerobos lampu merah di ibu kota Hanoi, dikutip dari South China Morning Post. "Saya takut sekarang. Saya sudah mulai mematuhi peraturan dengan ketat," kata Phong, seraya menambahkan bahwa ia benci ide direkam dan dilaporkan ke polisi oleh sesama warga Hanoi.

Seorang petugas polisi di Hanoi mengatakan ia telah melihat beberapa pengemudi menangis saat diberi denda. Statistik resmi menunjukkan sekitar 77 juta sepeda motor dan 6,3 juta mobil menguasai jalan raya Vietnam. Pada tahun 2024, kecelakaan lalu lintas menelan 30 korban jiwa setiap harinya. Sementara lalu lintas, terutama di kota-kota besar, penerapan peraturan lalu lintas berjalan sangat lambat karena pengemudi kurang memperhatikan lampu lalu lintas, rambu-rambu jalan, dan peraturan lalu lintas.

Reformasi Pendidikan Vietnam Berbuah Manis

Selamat beberapa dekade terakhir, Vietnam mereformasi sistem pendidikannya. Sejak awal tahun 2000-an, Pemerintah Vietnam memprioritaskan pendidikan sebagai kunci utama untuk mengentaskan kemiskinan dan membangun ekonomi berkelanjutan.

"Reformasi pendidikan di Vietnam tidak hanya soal memperbaiki infrastruktur, tetapi juga meningkatkan kapasitas guru dan menyesuaikan kurikulum agar relevan dengan tuntutan global," kata Mantan Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, dalam wawancaranya dengan The Diplomat, beberapa waktu lalu.

Beberapa langkah signifikan yang Vietnam lakukan seperti investasi besar-besaran di bidang pendidikan, baik dari segi infrastruktur maupun peningkatan kualitas guru. Ada pula pengembangan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi serta fokus pada sains, teknologi, dan bahasa asing. Di samping itu, terdapat pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, termasuk akses ke materi pelajaran daring dan penyediaan perangkat digital bagi siswa.

Direktur Pendidikan dan Keterampilan di OECD, Andreas Schleicher, menyatakan Vietnam telah menunjukkan bahwa konsistensi dalam kebijakan pendidikan dan komitmen jangka panjang dapat menghasilkan lompatan besar dalam kualitas pendidikan. “Hal ini tercermin dalam hasil tes PISA, di mana Vietnam mengungguli banyak negara maju," katanya.

Sementara itu, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam sektor Pendidikan. Tantangan itu berupa kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Tantangan lain berupa kurangnya fasilitas dasar di sekolah-sekolah di daerah terpencil. Masalah lain dalam hal pelatihan guru yang belum merata, mengakibatkan perbedaan kualitas pengajaran di berbagai wilayah. Terdapat pula tantangan perubahan kebijakan pendidikan yang sering terjadi tanpa evaluasi menyeluruh.

Nadiem Makarim, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia mengatakan bahwa transformasi pendidikan di Indonesia memang memerlukan waktu. “Fokus kami saat ini adalah menciptakan pendidikan yang lebih merata, terutama bagi daerah-daerah terpencil. Namun, tantangannya cukup besar, terutama dalam hal akses teknologi," katanya.

Guru Besar di Universitas Negeri Malang dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy, mengatakan Indonesia perlu fokus pada pengembangan SDM yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan global. “Pendidikan harus diorientasikan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi persaingan global. Belajar dari Vietnam, konsistensi dalam kebijakan pendidikan sangat penting," katanya.

Perekonomian Vietnam Terus Naik

Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang baik pada tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi tahun tersebut yaitu 7,09% menjadi US$ 476,3 miliar. Angka pertumbuhan ekonomi Vietnam lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

Pertumbuhan Vietnam didorong oleh ekspor yang kuat dan investasi asing yang besar. Bahkan pada kuartal keempat 2024, Vietnam mencatatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tertinggi dalam dua tahun, yakni 7,55%. Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang solid meskipun sempat mengalami tantangan besar, seperti topan terkuat di Asia yang melanda negara ini pada tahun lalu.

Pemerintah Vietnam juga melaporkan bahwa ekspor negara tersebut tumbuh 14,3% pada 2024, yang dipimpin oleh pengiriman barang elektronik, telepon pintar, pakaian, dan hasil pertanian. Kepala Kantor Statistik Umum (GSO), Vietnam Nguyen Thi Huong, melaporkan surplus perdagangan Vietnam mencapai US$ 24,77 miliar, meskipun impornya juga meningkat 16,7% menjadi US$ 380,76 miliar pada 2024.

Arus masuk investasi asing ke Vietnam juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, naik 9,4% menjadi US$ 25,35 miliar, yang mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian negara ini. "Ini merupakan hasil positif di tengah berbagai kesulitan termasuk bencana alam dan merupakan landasan yang baik bagi pertumbuhan pada tahun 2025," kata Huong dikutip dari Reuters, Kamis (9/1/2024).

Vietnam, yang telah lama menjadi pusat manufaktur regional, terus menunjukkan ketahanan ekonomi meski menghadapi tantangan global dan bencana alam. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung infrastruktur dan sektor industri juga turut mendongkrak pertumbuhan. Negara ini telah menetapkan target pertumbuhan PDB antara 6,5% hingga 7,0% untuk tahun 2025 dan Perdana Menteri Pham Minh Chinh menargetkan pertumbuhan 8,0% untuk masa mendatang.

Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dari RI

Dengan pencapaian yang mengesankan ini, Vietnam terus menunjukkan kinerja ekonomi yang lebih cepat dibandingkan dengan Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Vietman menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kawasan. Hal ini tidak mengherankan, karena ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,95% pada kuartal III 2024.

Sementara pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi Vietnam bisa mencapai 7,4%, Bahkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2024 diperkirakan hanya berada di kisaran 5,1% hingga 5,5%, yang masih lebih rendah dibandingkan Vietnam. Realisasi pertumbuhan ekonomi 4,95% merupakan yang terendah sejak kuartal IV 2023, yang tercatat 5,04%. Sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11% pada kuartal I dan 5,05% pada kuartal II 2024.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa pertumbuhan kuartalan ini sesuai dengan pola musiman, saat pertumbuhan pada triwulan III biasanya lebih rendah daripada triwulan II. Penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 adalah sektor industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, serta informasi dan komunikasi.

"Hal ini sejalan dengan aktivitas produksi untuk memenuhi permintaan domestik dan ekspor," kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11/2024).

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pendorong utama, dengan konsumsi rumah tangga yang tetap terjaga dan peningkatan investasi pada barang modal untuk aktivitas produksi.

Investor Pilih Vietnam

Belum lama ini, Apple dan Nvidia lebih memilih berinvestasi di Vietnam. Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, mengatakan Indonesia telah kehilangan investasi dari teknologi multinasional Amerika Serikat (AS). Bambang mengatakan padahal perusahaan itu sempat datang ke Indonesia. Pendiri Nvidia, Jensen Huang, sempat mendatangi Indonesia pada November 2024 lalu.

"Ketika Nvidia keliling Asia Tenggara, langsung datang ke Indonesia, kemudian mereka ke Vietnam, kemudian Nvidia menjalin perjanjian, atau melakukan komitmen untuk pengembangan R&D di Vietnam. Ini yang menurut saya suatu poin yang hilang dari kita," katanya, Kamis (9/1/2025).

Hilangnya potensi investasi itu menurutnya disebabkan oleh sulitnya perizinan usaha di Indonesia. Masalah itu menurutnya sebuah hal klasik. "Keluhan yang kebanyakan disampaikan FDI (foreign direct investment), dari berbagai bidang yang tidak hanya terkait dengan teknologi, itu masih pada hal klasik, satu mengenai lamanya mendapatkan perizinan, lama dan complicated. Kedua tax yang umum," kata Bambang.

Menurutnya, para investor tidak begitu mengutamakan insentif, tetapi bagaimana kebijakan yang mudah dan birokrasi tidak rumit. Karena hal itulah yang menyebabkan investor sering kali banting setir berinvestasi ke negara tetangga. "Artinya kita masih punya banyak PR untuk membereskan dari sisi perizinan sampai kepada pengurusan administrasi dan birokrasi terkait investasi itu sendiri. Karena begitu mereka mengalami hambatan ketika ini masuk ke Indonesia, mereka langsung pindahkan itu ke Malaysia ataupun ke Vietnam," katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Berkat Program Irigasi Perpompaan, Petani Gunungkidul Panen Padi Lebih Awal

Gunungkidul
| Kamis, 16 Januari 2025, 17:47 WIB

Advertisement

alt

Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025

Wisata
| Selasa, 07 Januari 2025, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement