Jawab Tuduhan Mark Up Harga, Dirut Bulog Jelaskan Mekanisme Lelang Beras Impor
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Perum Bulog menjelaskan terkait dengan mekanisme lelang beras impor. Hal tersebut disampaikan di tengah terpaan isu mark up harga. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa dalam pengadaan beras impor, proses lelang atau open-bid dilakukan secara terbuka.
Oleh karena itu, dia pun membantah tuduhan adanya penggelembungan atau mark up harga beras impor yang dilakukan pihaknya. "Kami tidak mungkin melakukan penggelembungan harga seperti yang telah dituduhkan," kata Bayu dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (21/7/2024).
Advertisement
Secara terperinci, Bayu menjelaskan proses lelang dimulai dengan pengumuman terbuka bahwa Bulog akan membeli sejumlah beras. Kemudian, setelah pengumuman itu, akan ada daftar peminat lelang yang jumlahnya antara 80 hingga 100 perusahaan eksportir beras.
Selanjutnya, Bulog menjelaskan syarat dan ketentuan mengikuti lelang terbuka kepada para peminat lelang. Adapun, penjelasan tersebut ditekankan pada praktek transparansi dalam perdagangan internasional.
Di antara syarat tersebut antara lain eksportir harus punya pengalaman pernah mengekspor beras, harus bersedia diinspeksi jika diperlukan, harus bersedia menerbitkan uang jaminan tender (bid bond) serta uang jaminan kinerja (performance bond) di bank terkemuka di Indonesia.
"Beberapa perusahaan, terutama yang baru, biasanya akan mundur karena persyaratan yang ketat tersebut, sehingga yang kemudian benar-benar ikut lelang sekitar 40-50 perusahaan," ungkap Bayu.
Lebih lanjut, Bayu mengatakan proses lelang terbuka itu dilakukan dengan pergerakan penawaran harga dari masing-masing calon pemasok bisa dilihat jelas oleh calon mitra lainnya serta semua peserta lelang.
"Semua kami lakukan secara transparan, kepercayaan perdagangan internasional sangatlah mahal harganya, karenanya harus selalu kami jaga," ucap Bayu.
Sebelumnya, Studi Demokrasi Rakyat (SDR) melaporkan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dan Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (3/7/2024).
Keduanya diduga melakukan mark up harga impor beras. Direktur Eksekutif SDR Hari Purwanto menyebut hasil kajian dan investigasi yang dilakukan pihaknya menunjukkan dugaan keterlibatan Kepala Bapanas dan Dirut Bulog.
BACA JUGA: Tinjau Gudang Bulog, Ombudsman RI Rekomendasikan Bansos Tetap Dipertahankan
Salah satu yang dilaporkan yaitu adanya dugaan keterlibatan Long Group, perusahaan asal Vietnam sebagai eksportir beras ke Indonesia pada periode Januari-Mei 2024. Hari menyebut, perusahaan itu turut menjadi pihak terlapor.
Dia menduga, terdapat mark up yang diimpor dari perusahaan itu. Hari mengklaim, selisihnya dapat mencapai sekitar US$82 per metrik ton. Jika ditotal, estimasi selisih harga pada impor 2,2 juta ton beras diperkirakan mencapai sekitar Rp2 triliun (dengan kurs Rp15.000 per dolar AS).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (12/7/2024), Perum Bulog membantah isu penggelembungan atau mark up harga beras impor yang disebut dipasok dari Vietnam bernama Tan Long Group. Perusahaan juga membantah adanya kontrak antara Bulog dan Tan Long Group terkait dengan impor ini.
Mokhamad Suyamto, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog menyatakan bahwa isu penggelembungan harga beras impor tidak benar.
“Perusahaan Tan Long Vietnam yang diberitakan memberikan penawaran beras, sebenarnya tidak pernah mengajukan penawaran sejak bidding tahun 2024 dibuka. Jadi tidak memiliki keterikatan kontrak impor dengan kami pada tahun ini,” kata Suyamto dalam keterangan resminya, Jumat (12/7/2024).
Sementara itu, dikutip dari media Vietnam CAFEF, Ketua Dewan Direksi dan Direktur Utama Tập đoàn Tân Long (TLG), Trương Sỹ Bá, menjelaskan, dalam sejarah tender beras Bulog, pihaknya tidak pernah memenangkan tender langsung apapun dari Bulog dari 2023 hingga sekarang.
Dia menjelaskan, pada paket tender 22 Mei yang diumumkan Bulog, Lộc Trời dan anak perusahaannya berencana untuk menawarkan 100.000 ton beras. Namun Tân Long menawar dengan harga US$15 per ton lebih tinggi, sehingga tidak memenangkan tender.
“Pada bulan Mei, kami pernah menawarkan penjualan 100 ribu ton beras dengan harga US$538 per ton, harga FOB. Namun, dibandingkan dengan harga dari perusahaan Lộc Trời, harga dari TLG lebih tinggi sehingga kami tidak jadi ikut” imbuh Trương Sỹ Bá.l
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Presiden Prabowo dan PM Inggris Sepakat Dukung Gencatan Senjata di Gaza
- RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas, Pengamat: Prioritas Saat Ini Justru RUU Perampasan Aset
- Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
- KJRI Hamburg Jerman Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Koperasi Diminta Bergerak Ikut Bantu Pelaku UMKM dan Perangi Rentenir
- Pembangunan Kesehatan di Indonesia Berkembang, Hanya Saja Masih Menghadapi Kesenjangan dengan Negara Maju
- Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
Advertisement
Advertisement