Advertisement

Kampanyekan Iklim Sehat, Wamen Lhk Alue Dohong Gowes Susuri Kota Solo

Arief Junianto
Minggu, 30 Juni 2024 - 19:17 WIB
Arief Junianto
Kampanyekan Iklim Sehat, Wamen Lhk Alue Dohong Gowes Susuri Kota Solo Wamen LHK, Alue Dohong saat gowes di Solo. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO—Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Bike To Work (B2W) Indonesia sukses menggelar acara Gowes Ramah Iklim 2024 di Taman Monumen 45 Banjarsari, Solo, Sabtu (29/6/2024).

Acara yang berlangsung dengan penuh semangat ini diikuti oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, para Pejabat Eselon I lingkup KLHK, dan Puteri Indonesia Lingkungan 2024, Sophie Kirana, yang juga ikut bersepeda menempuh jarak 10 KM menyusuri Kota Solo.

Advertisement

Gowes Ramah Iklim 2024 ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Dalam sambutannya, Wakil Menteri menyampaikan rasa syukur dan bangga atas terselenggaranya acara ini yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi polusi udara.

Alue mengapresiasi kehadiran lebih dari 500 pesepeda dari berbagai daerah di Indonesia serta masyarakat kota Solo dan sekitarnya yang turut ambil bagian dalam kegiatan ini.

"Hari ini kami memulai dengan bersepeda sejauh 10 kilometer, sebuah simbol dan tindakan nyata dalam upaya mengurangi emisi karbon dan menjaga kesehatan udara. Acara ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi polusi udara”, ucap Alue, dikutip dari keterangan resmi, Minggu (30/6/2024).

Solo sengaja dipilih sebagai lokasi karena ia contoh kota yang ini memiliki ciri-ciri nyaman dijelajahi dengan sepeda. Luas wilayahnya relatif compact (kecil dan padat), datar, serta memusat.

Solo juga relatif memiliki vegetatif peneduh yang cukup baik di beberapa ruas jalannya. Di samping itu, Solo juga ditetapkan sebagai kota paling layak ditinggali (most livable city) pada 2017, 2019, dan 2022.

Setelah kegiatan bersepeda, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon pengendali polutan yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dalam jangka panjang.

Taman Penyerap Polutan

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri juga meresmikan Project Rintisan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Penyerap Polutan. Taman ini diharapkan dapat berfungsi sebagai paru-paru kota dan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ruang yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

“Taman ini akan menjadi tempat di mana kita dapat merasakan kesejukan dan keindahan alam, sekaligus mengingatkan kita akan tanggung jawab kita dalam menjaga lingkungan”, jelas Alue.

Acara ini juga dirangkaikan dengan pemberian penghargaan kepada pengguna program Cycling Saving Carbon (CSC) yaitu sebuah inisiatif untuk mengajak masyarakat mengurangi jejak karbon melalui bersepeda. Penghargaan ini bukan hanya sekadar bentuk apresiasi, tetapi juga sebagai motivasi untuk terus berupaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Program Cycling Saving Carbon adalah pemberian insentif kepada pesepeda harian. Pilot program ini telah diuji coba di kalangan pekerja bersepeda di Jakarta dan sekitarnya. Skemanya adalah peserta merekam perjalanan hariannya dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Rekaman dengan aplikasi Strava itu mencatat besaran gas karbon dioksida (CO2) yang dikuranginya.

Kurangi Emisi Karbon

Melalui uji coba antara 19 Mei-17 Juni, 343 peserta berhasil mencegah potensi atau mengurangi emisi karbon (carbon saved) hingga 30 ton.

Para pesepeda menjalani kegiatannya sebanyak 6.772 trip, dengan total jarak tempuh 137.842,16 kilometer dan dalam waktu 7.838 jam (setara dengan 326,6 hari).

“Inisiatif untuk mencoba merekam besaran carbon saved ini bermula dari diskusi para pekerja bersepeda di satu grup percakapan. Rupanya antusiasmenya tinggi. Malah terjadi semacam persaingan untuk mengumpulkan skor atau jumlah potensi emisi karbon yang dicegah,” kata Ketua Umum B2W Indonesia, Fahmi Saimima.

BACA JUGA: Pengurangan Emisi Karbon Dibutuhkan Peran Serta Pemerintah Daerah

Dalam situasi dunia menghadapi tantangan yang terkait dengan emisi gas rumah kaca (GRK) dan polusi udara, bersepeda merupakan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai salah satu cara menanggulangi kedua ancaman terhadap kehidupan di bumi.

Saat seseorang bersepeda, tidak ada emisi karbon yang dikeluarkan juga polutan. Gas CO2 ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, diantaranya oleh kendaraan bermotor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

1.676 Calon Siswa SMP di Kota Jogja Akan Diterima Lewat Jalur Zonasi Daerah

Jogja
| Selasa, 02 Juli 2024, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement