Advertisement

Promo November

Badai Matahari Mengganggu Satelit yang Mengorbit Bumi

Newswire
Selasa, 28 Mei 2024 - 19:37 WIB
Maya Herawati
Badai Matahari Mengganggu Satelit yang Mengorbit Bumi Badai Matahari / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Nizam Ahmad menyebut fenomena badai Matahari yang menghasilkan energi berupa kilatan api besar dan lontaran massa korona dapat menyebabkan gangguan terhadap satelit-satelit yang mengorbit Bumi.

"Saat terjadi badai Matahari, partikel berinteraksi dengan satelit menjadi lebih sering, sehingga menyebabkan satelit rusak dan langsung total tidak bisa aktif kembali," kata Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Nizam Ahmad dalam lokakarya bertajuk mengenal lebih dekat riset gangguan satelit yang dipantau di Jakarta, Selasa (28/5/2024).

Advertisement

Nizam mengatakan meski langit tampak luas dan sepi bila dilihat dari Bumi, namun pada ketinggian 100 sampai 1.000 kilometer justru dipenuhi berbagai partikel.

Pada lapisan atmosfer Ionosfer itulah terjadi proses ionisasi. Proses ionisasi yang nanti menyebabkan interaksi dengan satelit cenderung destruktif.

 Badai Matahari bisa membangkitkan arus induksi geomagnetik yang dapat menyebabkan gangguan operasional distribusi listrik.

Gangguan satelit bervariasi dari level ringan, moderat, hingga berat. Ketika gangguan ringan biasanya interaksi yang dirasakan berupa penurunan tegangan listrik.

BACA JUGA: Pembelian Gas Melon per 1 Juni Wajib Pakai KTP

Gangguan satelit tingkat moderat perlu teknik tertentu untuk memulihkan satelit tersebut. Namun, bila gangguan parah bisa menyebabkan satelit mengalami kegagalan total. "Oleh karena itu sebelum satelit diluncurkan ke luar angkasa, satelit harus dipastikan andal," kata Nizam.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa usia satelit orbit rendah rentang 500 sampai 600 kilometer di atas permukaan Bumi bisa mencapai 30 hingga 50 tahun. Apabila satelit tidak mengalami gangguan, maka satelit bisa terus mengitari Bumi.

Sedangkan, usia operasional satelit cenderung lebih singkat. Apalagi jika terkena gangguan, seperti badai Matahari, maka usia operasional yang semula 10 tahun bisa hanya 2 tahun.

 "Bahkan saat baru mengorbit bisa langsung rusak akibat gangguan partikel antariksa maupun badai Matahari," pungkas Nizam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Jogja
| Minggu, 24 November 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement