Advertisement
Badai Matahari Mengganggu Satelit yang Mengorbit Bumi
![Badai Matahari Mengganggu Satelit yang Mengorbit Bumi](https://img.harianjogja.com/posts/2024/05/28/1176074/badai-matahari-freepik.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Nizam Ahmad menyebut fenomena badai Matahari yang menghasilkan energi berupa kilatan api besar dan lontaran massa korona dapat menyebabkan gangguan terhadap satelit-satelit yang mengorbit Bumi.
"Saat terjadi badai Matahari, partikel berinteraksi dengan satelit menjadi lebih sering, sehingga menyebabkan satelit rusak dan langsung total tidak bisa aktif kembali," kata Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Nizam Ahmad dalam lokakarya bertajuk mengenal lebih dekat riset gangguan satelit yang dipantau di Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Advertisement
Nizam mengatakan meski langit tampak luas dan sepi bila dilihat dari Bumi, namun pada ketinggian 100 sampai 1.000 kilometer justru dipenuhi berbagai partikel.
Pada lapisan atmosfer Ionosfer itulah terjadi proses ionisasi. Proses ionisasi yang nanti menyebabkan interaksi dengan satelit cenderung destruktif.
Badai Matahari bisa membangkitkan arus induksi geomagnetik yang dapat menyebabkan gangguan operasional distribusi listrik.
Gangguan satelit bervariasi dari level ringan, moderat, hingga berat. Ketika gangguan ringan biasanya interaksi yang dirasakan berupa penurunan tegangan listrik.
BACA JUGA: Pembelian Gas Melon per 1 Juni Wajib Pakai KTP
Gangguan satelit tingkat moderat perlu teknik tertentu untuk memulihkan satelit tersebut. Namun, bila gangguan parah bisa menyebabkan satelit mengalami kegagalan total. "Oleh karena itu sebelum satelit diluncurkan ke luar angkasa, satelit harus dipastikan andal," kata Nizam.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa usia satelit orbit rendah rentang 500 sampai 600 kilometer di atas permukaan Bumi bisa mencapai 30 hingga 50 tahun. Apabila satelit tidak mengalami gangguan, maka satelit bisa terus mengitari Bumi.
Sedangkan, usia operasional satelit cenderung lebih singkat. Apalagi jika terkena gangguan, seperti badai Matahari, maka usia operasional yang semula 10 tahun bisa hanya 2 tahun.
"Bahkan saat baru mengorbit bisa langsung rusak akibat gangguan partikel antariksa maupun badai Matahari," pungkas Nizam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Memperkuat Ketahanan Keluarga, Pemerintah Godok Aturan Cuti Ayah untuk ASN
- Kementerian Kominfo Upayakan Sanksi Denda untuk Medsos Berisi Pornografi
- Daftar Negara dengan pangsa pasar Judi Online Terbesar Dunia
- Jumlah Polwan Berpangkat Jenderal Bertambah, Ini Profil Brigjen Pol. Hastry
- Indonesia Digempur Keramik Asal China dengan Harga Murah, Produsen Lokal Menjerit
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/06/30/1179774/adv-jogja-mendongeng.jpg)
Jogja Mendongeng, Jogja Istimewa Ditunjukkan dalam Bentuk Dongeng
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Gunung Ibu 2 Kali Erupsi Malam Ini, Tinggi Kolom Capai 2.000 Meter
- Tips Memilih Cincin Pernikahan
- PT Dirgantara Indonesia Kembangkan N219 Amphibi
- Wamenlu: Semangat Konferensi Asia Afrika untuk Menangani Persoalan Global
- Beraksi Belasan Kali, Pelaku Kejahatan Ganjal ATM Ditangkap
- Prediksi Cuaca BMKG Jogja dan Sekitarnya Minggu 30 Juni 2024: Seluruh DIY Cerah Berawan
- Pemerintah Pastikan Tak Ada Kenaikan Pertalite di Juli 2024
Advertisement
Advertisement