Advertisement
Kepala BKKBN Serukan Kerja Sama Kolaboratif untuk Turunkan Angka Stunting

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Seluruh pemangku kepentingan diminta saling berkolaborasi dalam menghidupkan data untuk mempercepat penurunan stunting. Seruan ini disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo.
"Data yang akurat dan terkini menjadi kunci dalam merancang strategi, mengidentifikasi tantangan, dan mengukur dampak dari setiap intervensi yang dilakukan. Dengan menghidupkan data, langkah-langkah yang diambil dapat lebih tepat sasaran," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin (11/3/2024).
Advertisement
Ia menyebutkan, pemanfaatan data yang tepat akan memberikan manfaat maksimal serta berkontribusi dalam pembuatan kebijakan dengan standar yang mengakomodasi semua (one fits for all), utamanya dalam penurunan angka stunting di Indonesia.
Hasto juga menyampaikan, BKKBN memiliki sumber data utama yaitu New Siga (Sistem informasi keluarga), sebuah sistem informasi yang lebih kekinian dan akuntabel, yang menjadi data operasional bagi petugas keluarga berencana (KB) dan pihak terkait dalam melakukan intervensi terhadap program Pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana), khususnya dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Selain itu, menurutnya, data kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi atau unmet need juga menjadi perhatian, termasuk alasan kesehatan yang diidentifikasi sebagai sumber utama dari putus KB dengan%tase 55,97%, dan pada kelompok umur 30-34 tahun mencapai 13,3%.
BACA JUGA: Gegana Brimob Polda DIY Sisir Lokasi Ledakan Mercon di Pandak Bantul
"Unmet need secara erat terkait dengan masalah stunting, karena dengan ber-KB, kelahiran bayi- bayi stunting baru dapat dicegah," ucapnya.
Ia juga menambahkan, perlu ada penyelidikan dan upaya pencegahan stunting dengan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan unmet need, seperti keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, kurangnya edukasi gizi, serta masih minimnya layanan kesehatan yang berkualitas.
"Stunting sebagai dampak dari kekurangan gizi kronis pada anak-anak, mencerminkan ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang esensial pada tahap-tahap penting perkembangan manusia," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- FDA Amerika Serikat Sebut Udang Indonesia Berbahaya, Pakar: Aman Dikonsumsi
- Calon-Calon PM Jepang Pengganti Shigeru Ishiba, dari LDP hingga Partai Oposisi
- Perpanjangan SIM Bisa Dilakukan di Ditlantas Polda DIY, JCM dan Ramai Mall
- Deretan Nama Calon Perdana Menteri Jepang Pengganti Shigeru Ishiba
- Bangunan Majelis di Bogor Ambruk, 3 Orang Meninggal Dunia
Advertisement

Ratusan Notaris di DIY Jalani Pemeriksaan Protokol, Ini Tujuannya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Oposisi Prancis Desak Presiden Macron Mundur
- Aktor Preman Pensiun Meninggal Dunia di Garut
- Bangunan Majelis di Bogor Ambruk, 3 Orang Meninggal Dunia
- Mentan: Peran Kampus Penting Dorong Hilirisasi Pertanian
- Fadli Zon Ajak Santri Manfaatkan Teknologi AI untuk Buat Film
- Kemenag Klaim 191.296 Formasi Jabatan Fungsional Guru Disetujui
- 2 Provokator Pembakaran Gedung Grahadi Surabaya Ditangkap
Advertisement
Advertisement