Advertisement
Dampak Perang Rusia-Ukraina: 9.000 Warga Sipil Tewas, 6 Juta Mengungsi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Perang antara Rusia vs Ukraina sudah berlangsung 500 hari sejak Februari 2022 lalu. Operasi militer khusus yang diharapkan beroperasi dengan cepat, sudah memasuki lebih dari 16 bulan.
Peperangan tersebut hingga kini menyebabkan 9.000 lebih korban jiwa dari warga sipil dan 6 juta warga harus mengungsi.
Advertisement
Data mengenai banyaknya pengungsi dan korban akibat serangan tersebut juga tidak diketahui dengan akurat, bahkan bisa lebih banyak dari yang diperkirakan.
Untuk lebih detailnya, berikut informasi yang telah Bisnis rangkum dari pemberitaan Al Jazeera, Sabtu (8/7/2023).
Lebih dari 6 Juta Pengungsi
Konflik ini menyebabkan krisis pengungsi yang paling cepat sejak perang dunia II. Diketahui 6,3 juta orang terpaksa meninggalkan Ukraina sejak invasi 24 Februari 2022.
Diketahui sekitar 5,9 juta pengungsi pergi pergi ke negara Eropa lainnya. Tak hanya itu, terdapat 6 juta pengungsi internal di Ukraina.
Sebagian besar pengungsi sendiri adalah wanita dan anak-anak. Hal ini dikarenakan pria Ukraina yang berusia 18-60 tahun diperintahkan tetap tinggal di negara dan berperang.
Dari laporan Al Jazeera, banyak dari para pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ada yang berpisah dengan keluarga, berdalih sedang melakukan pencarian harta karun kepada anaknya dan berharap adanya kemenangan sehingga dapat kembali bertemu dengan keluarga.
Ribuan Korban Warga Sipil
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) memperkirakan bahwa 9.083 warga sipil tewas di Ukraina dan 15.779 terluka sejak invasi Rusia. Namun angka-angka tersebut diyakini tidak akurat.
Menurut data OHCHR, di wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina setidaknya terdapat 20.073 korban jiwa, yakni 7.072 tewas dan 13.001 luka-luka
Lalu di wilayah yang diduduki Rusia, diketahui setidaknya terdapat 4.789 korban dengan 2.011 tewas dan 2.778 luka-luka.
Korban Militer
Mengestimasi korban militer juga sangat sulit. Salah satu alasannya data yang tepat waktu dan data yang dapat diandalkan sangat terbatas.
Menurut kementerian pertahanan Ukraina, kerugian personel Rusia mencapai 231.700 tentara ‘dilikuidasi’ pada 5 Juli.
Kemudian, berdasarkan data Badan Intelijen Pertahanan AS yang bocor pada April tahun ini
2023, Rusia mencatatkan sebanyak 189.500 - 223.000 total korban, termasuk 35.500 - 43.000 tewas dalam aksi dan 154.000 - 180.000 terluka.
Menurut AS, Ukraina telah mengalami total hingga 131.000 korban, termasuk hingga 17.500 tewas dalam aksi dan hingga 113.500 terluka dalam aksi.
Kehancuran yang Meluas
Bangunan-bangunan tinggi yang berbekas di seluruh Ukraina telah menjadi ciri khas dari serangan Rusia.
Serangan dari rudal dan pengeboman telah menghancurkan ratusan ribu bangunan dan infrastruktur viral. Hal tersebut meliputi rumah, rumah sakit, pembangkit listrik hingga fasilitas lainnya.
Kemudian, berdasarkan laporan dari Bank Dunia pada Maret 2023 menyatakan bahwa Ukraina akan menghabiskan US$411 miliar atau setara dengan Rp6,2 kuadriliun untuk memperbaiki kehancuran dari perang.
Berbagai usaha bisnis diketahui mengalami kerusakan signifikan yang mencapai US$11,3 miliar atau sekitar Rp171 triliun, dan diperkirakan akan terus bertambah.
Sektor yang biasanya berkembang pesat di Ukraina, yakni pertanian diperkirakan mengalami kerusakan sekitar US$8,7 miliar atau sekitar Rp131 triliun.
Menurut Kyiv School of Economics, tiga properti terbesar yang mengalami kerusakan adalah perumahan, infrastruktur, perusahaan dan industri.
Kontrol di Ukraina
Jika setahun yang lalu 20 persen wilayah Ukraina dianggap terjajah setelah Rusia. Namun, kini perkiraan tersebut berada di bawah 20 persen. Bahkan beberapa peneliti mengatakan bisa mencapai 17 persen.
Dalam beberapa bulan pertama, pasukan Rusia dengan cepat menguasai sebagian besar wilayah di sebelah timur laut Ukraina, yakni sekitar ibu kota, Kyiv dan Kharkiv.
Lalu di bagian lain Ukraina, Rusia telah menguasai daerah sekitar Kherson, Mariupol, dan banyak desa di timur.
Upaya Rusia kemudian terhambat karena adanya perlawanan dari Ukraina dan permasalahan logistik. Serangan balasan pertama Ukraina kemudian merebut kembali wilayah di sekitar Kharkiv dan Kherson.
Pada awal Juni, Ukraina kemudian meluncurkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayah Timur dan Selatan. Namun kini kemajuannya lambat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pesawat Boeing 737 Japan Airlines Alami Gangguan Tekanan Udara, Mendadak Turun dari Ketinggian 26.000 Kaki
- Ade Armando Ditunjuk Jadi Komisaris Anak Perusahaan PLN
- Investor Menghilang, Pembangunan Kereta Gantung ke Gunung Rinjani Batal
- 3 WNI Ditangkap Polisi di Jepang Karena Dituding Merampok Rumah
- Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk SD dan SMP Tahun Ini Lebih Lama
Advertisement

Siapkan Lamaran! Pemkot Gelar Job Fair 2025, Tersedia 1.668 Lowongan
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Leonardo DiCaprio Disebut Cocok untuk Squid Game Versi Amerika Serikat
- KRI Brawijaya-320, Kapal Baru TNI Buatan Italia yang Mampu Hadapi Serangan Udara
- KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam, Ketua DPR RI Minta Tata Kelola Transportasi Diperbaiki
- Ini Jenis Operasi yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan
- Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Bakal Diperketat oleh Kementerian Lingkungan Hidup
- Kasus Korupsi Mesin EDC Bank, KPK Menyita Rp5,3 Miliar dari Penggeledahan
- Revisi Sejarah Indonesia, Ketua DPR Puan Maharani Ingatkan Jangan Ada yang Dihilangkan
Advertisement
Advertisement