Awas Ada Peningkatan Persebaran Virus yang Mengancam saat El Nino, WHO Bersiap
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Fenomena cuaca El Nino disebut bakal meningkatkan persebaran virus. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) saat ini bersiap untuk mengantisipasinya.
Menurut direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, penyakit tersebut termasuk demam berdarah, zika, dan chikungunya.
Advertisement
Dilansir dari Malay Mail, tahun ini kemungkinan akan menghasilkan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat di Amerika Selatan hingga kekeringan di Australia dan di beberapa bagian negara di Asia.
Kemungkinan ini, menurut WHO, sangat tinggi terjadi di 2023 dan 2024. Penularan penyakit arbovirus akan meningkat pada saat itu.
Dilansir dari EcoHealth Alliance, El Nino merupakan fase cuaca yang ditandai dengan menghangatnya suhu permukaan laut, tekanan udara yang tinggi di Samudera Pasifik bagian barat, dan tekanan udara yang rendah di Pasifik bagian timur.
Efeknya bervariasi menurut wilayah. Daerah dengan curah hujan yang lebih banyak mengalami tingkat penyebaran penyakit yang lebih tinggi oleh nyamuk yang memanfaatkan kondisi kawin yang menguntungkan.
Sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pola cuaca El Niño dan peningkatan wabah penyakit menular di seluruh dunia.
Para peneliti menganalisis data dari El Nino pada 2015-2016 yang sangat kuat. Data tersebut ditemukan adanya peningkatan insiden penyakit seperti chikungunya, hantavirus, demam Rift Valley, kolera, wabah, Zika, dan banyak lagi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Assaf Anyamba, dkk. Ada peningkatan insiden demam berdarah dan chikungunya selama 2015 hingga 2016 di wilayah Asia Tenggara.
Selama periode tersebut, tepatnya April 2015 hingga Maret 2016, curah hujan di Asia Tenggara tergolong sangat rendah.
Curah hujan rendah mungkin berkontribusi pada peningkatan aktivitas demam berdarah dan chikungunya.
Selain penyakit demam berdarah dan chikungunya, juga terjadi peningkatan penyakit pernapasan terkait asap yang dihasilkan dari pembakaran hutan tropis yang tidak terkendali akibat suhu yang sangat tinggi dan kekeringan yang berkepanjangan.
Di wilayah kekeringan yang terus menerus atau kondisi suhu yang lebih tinggi karena El Nino memengaruhi dinamika penularan demam berdarah.
Suhu yang lebih hangat memiliki beberapa efek pada siklus hidup vektor dan habitat, termasuk mempersingkat periode pematangan dari larva menjadi dewasa dan meningkatkan frekuensi kecenderungan untuk menularkan virus.
Sebuah penemuan mengatakan bahwa tanda-tanda peringatan sebelum wabah bisa diidentifikasi. Identifikasi bisa dilakukan dengan cara memantau satelit global secara rutin dan berkelanjutan terhadap El Nino.
Hal yang dipantau meliputi peningkatan curah hujan, suhu permukaan laut, dan suhu permukaan tanah.
Mengidentifikasi tanda bahaya virus terkait El Nino dapat mengurangi intensitasnya atau bahkan mencegah virus masuk. Oleh karena itu, mengetahui kondisi lingkungan sangat penting dalam melakukan pencegahan.
Masyarakat juga bisa turut serta dalam pencegahan ini dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. (Sumber: Bisnis.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Walhi Minta Kasus Polisi Tembak Polisi di Solok Jadi Momentum Berantas Penjahat Lingkungan
- KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
Advertisement
Pengawas Pilkada Lakukan Pemantauan Potensi Pelanggaran di Masa Tenang
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPK Periksa Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
- Ruang Kelas Ambruk Saat Pembelajaran, 2 Siswa Terluka
- Erdogan Desak Negara Dunia Terapkan Putusan Penangkapan Netanyahu
- Puncak Musim Hujan Diprediksi Terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025
- Gunung Ibu di Halmahera Erupsi, Keluarkan Api Setinggi 350 Meter
- KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
Advertisement
Advertisement