Advertisement

Jutaan Penduduk AS Berpotensi Kelaparan, Apa Penyebabnya?

Feni Freycinetia Fitriani
Jum'at, 28 April 2023 - 09:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Jutaan Penduduk AS Berpotensi Kelaparan, Apa Penyebabnya? Warga Amerika Serikat sedang berbelanja di supermarket milik Amazon. - Dok. REUTERS.

Advertisement

Harianjogja,JAKARTA—Sekitar 8 juta warga Amerika Serikat (AS) berpotensi kelaparan. Hal itu disebabkan karena program tunjangan atau bantuan sosial (bansos) pangan atau SNAP berakhir sejak awal tahun ini.

Kondisi tersebut muncul setelah pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu terpuruk. Satu dari empat rumah tangga yang menerima bantuan subsidi pangan tambahan di era pandemi mengatakan bahwa mereka "kadang-kadang" atau "sering" tidak memiliki cukup makanan sejak program tersebut dicabut di 32 negara bagian per 1 Maret 2023, menurut analisis Biro Sensus AS. 

Advertisement

"Hasil tersebut menandai periode penuh pertama pengumpulan data setelah sebagian besar rumah tangga menerima jumlah SNAP yang lebih rendah," kata Biro Sensus AS dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/4/2023). 

Sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang dengan pendapatan US$2.000 per bulan saat ini mendapatkan rata-rata US$340 dalam bentuk tunjangan Program Bantuan Gizi Tambahan setiap bulannya. Jumlah tersebut US$600 lebih rendah daripada sebelum masa berlakunya.

Menurut para ekonom di Morgan Stanley, dampaknya sudah terlihat dalam angka-angka terbaru pada produk domestik bruto untuk kuartal I/2023. 

"Konsumsi melemah di akhir kuartal I/2023 lantaran penurunan tunjangan SNAP pada Maret 2023, serta cuaca yang lebih hangat menarik aktivitas konsumsi ke depan," tulis para ekonom Morgan Stanley yang dipimpin oleh Ellen Zentner dalam sebuah catatan.

Seperti diketahui, laporan Departemen Perdagangan yang menunjukkan pertumbuhan PDB AS melambat menjadi 1,1 persen secara tahunan per kuartal I/2023. 

"Hilangnya tunjangan pangan akan berlanjut hingga kuartal II/2023 dan diperkirakan akan membebani konsumsi," tulis ekonom Morgan Stanley. 

Tim Morgan Stanley memperkirakan bahwa berakhirnya tunjangan pangan SNAP mengakibatkan kerugian pada pendapatan yang dapat dibelanjakan sebesar US$4 miliar dari Februari hingga Maret, atau US$50 miliar jika disetahunkan.

Ekonom juga melihat berakhirnya stimulus era Covid yang diterjemahkan ke dalam hambatan signifikan pada pendapatan yang dapat dibelanjakan pada kuartal kedua, yang mengakibatkan penurunan belanja konsumen secara keseluruhan.

Melalui program SNAP, keluarga dan individu berpenghasilan rendah di AS menerima tunjangan tunai yang dimasukkan ke dalam kartu yang dapat digunakan untuk membeli bahan makanan di toko-toko resmi. Pembayaran rata-rata untuk keluarga beranggotakan empat orang melonjak dari kurang dari US$50 sebelum pandemi menjadi sekitar US$650 pada puncaknya.

Manfaat yang ditingkatkan membantu banyak keluarga untuk tetap bertahan karena harga berbagai bahan pokok, mulai dari daging hingga telur melonjak.

Beberapa pemerintah daerah semakin memilih untuk tidak menggunakan jatah SNAP darurat ketika vaksin diluncurkan dan ekonomi lokal dibuka kembali. Sejak Maret 2023, jumlah rumah tangga yang melaporkan ketidakcukupan pangan di negara-negara bagian yang mempertahankan program ini hingga saat itu telah meningkat ke tingkat yang sama dengan negara-negara bagian yang mengakhiri program ini lebih awal. 

Semakin banyak orang Amerika yang beralih ke kartu kredit dan jenis pembiayaan yang tidak terlalu diatur untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka lantaran tunjangan atau bansos di era pandemi dicabut satu per satu oleh pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement