Advertisement
Lebaran 2023 Tanggal Berapa? Muhammadiyah dan NU Diperkirakan Berbeda
Pedagang membuat kulit ketupat di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (11/5/2021). Menjelang hari Idulfitri, marak pedagang kulit ketupat musiman menggelar dagangannya di pasar-pasar hingga ke tepi jalan. Harganya Rp10.000-Rp15.000 per 10 unit. - Bisnis/Himawan L Nugraha
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Hari Raya Lebaran Idulfitri 1444H/2023 M diperkirakan akan berlangsung di tanggal yang berbeda bagi Muhammadiyah, NU, dan pemerintah.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, perbedaan Idulfitri tersebut bukan karena perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan karena perbedaan kriteria.
Advertisement
Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama itu menuturkan, pada 20 April 2023, akan terjadi gerhana matahari di Indonesia. Gerhana matahari tersebut bisa dianggap sebagai ijtimak atau konjungsi yang teramati. Namun, itu tidak bisa dijadikan dasar penentuan bulan baru hijriyah.
BACA JUGA : DIY Kerahkan Tim Reaksi Cepat untuk Antisipasi Bencana saat Mudik Lebaran 2023
Pasalnya secara hukum, dasar penetapan bulan baru hijriyah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat maghrib. “Nah, posisi bulan pada saat maghrib 20 April yang masih rendah di ufuk barat menjadi sebab perbedaan karena kriterianya berbeda,” kata Thomas Djamaluddin, dikutip Minggu (26/3/2023).
Perlu diketahui, terdapat dua kriteria yang digunakan untuk menentukan posisi bulan ketika memasuki bulan baru hijriyah.
Kriteria pertama yaitu wujudul hilal di mana bulan lebih lambat terbenam daripada matahari, dan kedua, kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang mana posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Menurut kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah ialah pada saat magrib bulan telah di atas ufuk. Atas dasar itulah, Muhammadiyah kemungkinan mengumumkan Idulfitri jatuh pada 21 April 2023.
Adapun, untuk NU, Persis dan pemerintah, penetapan 1 Syawal dilakukan berdasaran kriteria imkan rukyat atau visibilitas hilal MABIMS, yaitu jika wilayah yang pada saat maghrib posisi bulan telah memenuhi kriteria baru MABIMS yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
BACA JUGA : Cuti Bersama Lebaran 2023 Ditambah, Buruh: Perlu Dikaji
Artinya, kata dia, menurut kriteria imkan rukyat atau visibilitas hilal MABIMS, tidak mungkin terlihat hilal. Untuk itu, awal Syawal atau Idulfitri pada kalender NU, Persis, dan Pemerintah ditetapkan pada hari berikutnya, yakni 22 April 2023.
Kendati demikian, kepastian jatuhnya 1 Syawal 1444H atau Ramadan 2023 akan diumumkan setelah sidang itsbat pada 29 Ramadan atau 20 April 2023. “Kepastiannya kita tunggu pengumuman Pemerintah setelah sidang itsbat,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
Advertisement
Pemancing Hanyut di Sungai Boyong Sleman Ditemukan Meninggal Dunia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Penembakan di Universitas Brown AS, Dua Orang Tewas
- SEA Games 2025, Dua Atlet Gunungkidul Bela Indonesia
- Parkir Eks Menara Kopi di Jogja Siap Tampung Bus Wisata Nataru
- WNA Perempuan Tewas Terseret Banjir di Tibubeneng Bali
- Kerugian Pengeroyokan Debt Collector di Kalibata Capai Rp1,2 M
- Kemenhub Batasi Angkutan Barang 11 Hari Selama Nataru
- Pascabencana Sumatera, Pemerintah Siapkan Opsi Relokasi Warga
Advertisement
Advertisement




