Advertisement

Promo November

Awan Topi Muncul Setelah Erupsi Gunung Merapi, Disalahpahami sebagai Tanda Bencana

Taufiq Sidik Prakoso
Senin, 13 Maret 2023 - 16:07 WIB
Budi Cahyana
Awan Topi Muncul Setelah Erupsi Gunung Merapi, Disalahpahami sebagai Tanda Bencana Awan topi atau lentikular muncul di langit Klaten, Minggu (12/3/2023) sore. - Instagram @infocegatanklaten

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Awan lentikular atau awan topi terlihat di Klaten, Jawa Tengah, pada Minggu (12/3/2023) sore dan viral di media sosial setelah erupsi Gunung Merapi. Banyak yang salah paham dan mengaitkannya sebagai pertanda bencana.

Awan berbentuk topi tersebut muncul setelah Gunung Merapi mengalami erupsi pada Sabtu (11/3/2023) siang.

Advertisement

Foto awan itu diunggah salah satunya di akun Instagram @infocegatanklaten pada Minggu malam. Ada lima foto yang menampakkan awan dengan bentuk menyerupai topi berwarna kuning keemasan tersebut.

Fenomena awan unik sore mau neng sisi #merapi … ono seng weruh mas mbak ?” tulis pengelola akun @infocegatanklaten.

Pakar iklim dan lingkungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani, mengatakan awan lentikuris merupakan fenomena biasa yang sering muncul atau terbentuk di daerah pegunungan maupun perbukitan.

BACA JUGA: Apakah Panas Terik di Jogja Terkait dengan Erupsi Merapi? Ini Penjelasan BMKG

Awan ini biasanya terbentuk dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi. Hal inilah yang membuat lentikularis kerap muncul di pegunungan maupun perbukitan.

“Di lihat dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering sehingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan, terkadang hal ini meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya di laman resmi UGM yang dikutip pada Senin (13/3/2023).

Awan lentikularis ini biasanya menimbulkan hujan dengan intensitas sedang. “Hujan, tetapi intensitas tidak tinggi karena pada dasarnya uap air sudah jatuh sebagai hujan di sisi windward,” ujar dia.

BACA JUGA: Fenomena Tak Lazim, Embun Es Sudah Muncul di Dieng pada Bulan Maret

Dia menegaskan awan lentikularis ini tidak ada kaitannya dengan tanda-tanda bencana, tetapi berbahaya untuk penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.

Fenomena unik ini juga pernah terjadi di lereng Gunung Lawu pada 2020 silam. Awan berbentuk topi di lereng Lawu tersebut juga sempat menuai perhatian publik karena juga dianggap sebagai tanda bahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lewat Film, KPU DIY Ajak Masyarakat untuk Tidak Golput di Pilada 2024

Sleman
| Sabtu, 23 November 2024, 23:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement