Advertisement

Penjelasan BMKG Terkait Klaim HAARP AS Jadi Penyebab Gempa di Turki

Restu Wahyuning Asih
Kamis, 09 Februari 2023 - 06:57 WIB
Sunartono
Penjelasan BMKG Terkait Klaim HAARP AS Jadi Penyebab Gempa di Turki Warga mencari korban selamat di unit perawatan intensif rumah sakit negara Iskenderun yang runtuh setelah gempa bumi di Iskenderun, distrik Hatay, Turki, Selasa (7/2/2023). REUTERS - Benoit Tessier

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO—Gempa berkekuatan 7,7 yang melanda Turki dan Suriah berlangsung pada Selasa (7/2/2023) sore waktu setempat menimbulkan ribuan korban jiwa.

Peristiwa tersebut kemudian menimbulkan banyak teori dari masyarakat yang mengaku melihat sejumlah tanda. Beberapa di antaranya yakni kilat dan gumpalan awan aneh tepat sebelum gempa terjadi.

Advertisement

Sebuah klaim kemudian muncul bahwa gempa tersebut disebabkan oleh High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang dikirimkan oleh negara barat. HAARP merupakan sebuah penelitian atau riset tentang ionosfer yang didukung oleh militer Amerika Serikat dan Universitas Alaska.

BACA JUGA : Gempa Turki, Kemlu Evakuasi 104 WNI yang Terdampak

Tujuan riset ini adalah untuk mempelajari dinamika ionosfer dan menggali potensi untuk mengembangkan teknologi komunikasi radio dan pemantauan.

Salah satu perangkat terpenting dari riset ini adalah Ionospheric Research Instrument atau IRI yang terletak di Alaska. Perangkat ini terdiri dari 180 antena radio yang bisa mentransmisikan gelombang radio frekuensi tinggi ke atmosfer.

Dari sini, paparan gelombang berfrekuensi tinggi hadir menyebabkan badai Matahari yang memicu aurora karenanya eksperimen ini disebut aurora buatan, tetapi dengan skala lebih kecil.

Selain itu, muncul klaim adanya kilat di langit Turki terjadi karena HAARP ini. Seorang pengguna Twitter mengklaim sambaran petir sebelum gempa bumi "selalu terjadi dalam operasi [HAARP]" dengan mengatakan gempa bumi "terlihat seperti operasi penghukuman oleh NATO atau AS."

Penjelasan BMKG

BMKG menjelaskan bahwa gempa Turki dipicu oleh aktivitas tektonik lempeng Anatolia Timur. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan peristiwa yang terjadi di Turki merupakan kaitan pegerakan tektonik dengan peti.

"Saat batuan kulit bumi mengalami/mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya, maka sebelum failure maka akan melepaskan gelombang elektromagnetik, dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake, pencahayaan gempa. "seismoelectric effect," tulis Daryono dalam akun Twitternya, Rabu (8/2/2023).

Ia juga menjelaskan bahwa peristiwa serupa pernah terjadi di Indonesia. Tepatnya pada 16 Februari 2014, di lereng Gunung Semeru, Jawa Timur. Ia juga menegaskan terjadinya kilat sebelum gempa mengguncang suatu daerah adalah hal yang lumrah.

"Tak usah jauh-jauh ke Turki. Gempa Sumogawe di lereng utara Merbabu pada 16 Februari 2014 juga terdapat fenomena earthquake lightning," lanjutnya.  Daryono pun menyebut kaitan antara HAARP dengan gempa bumi merupakan "angan-angan kosong".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement