Advertisement
Punya Hak Prerogatif soal Reshuffle, Pengamat: Presiden Jangan Hanya Dengar Suara Parpol

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Perombakan atau reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif yang dimiliki oleh Presiden. Itulah sebabnya, hak tersebut tidak boleh digunakan sewenang-wenang. Sebaliknya, dalam menjalankan hak prerogatif tersebut, presiden harus mendengar suara rakyat, bukan suara satu-dua elite atau satu partai politik saja.
“Di tahun politik ini dan menjelang pelaksanaan pemilu presiden dan pemilu legislatif, sebaknya Presiden lebih fokus untuk menyiapkan pemilu yang berkualitas dan mencegah kegaduhan pemilu,” ujar pengamat politik sekaligus Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Siti Zuhro menanggapi polemik reshuffle kabinet melalui rilis, Jumat (6/1/2023).
Advertisement
Pengamat politik ini menyarankan Presiden lebih mensolidkan kabinet sehingga menteri-menteri bekerja secara professional untuk mendukung target pemerintah dalam berbagai bidang.
Untuk meredakan poliemik di publik, Siti Zuhro mengusulkan agar Presiden Jokowi berinisiatif menjalin komunikasi dengan elite partai pendukung atau partai koalisi. “Segera undang pimpinan partai koalisi dan komunikasikan isu yang berkembang di masyarakat, sehingga dapat mengurangi kegaduhan,” tandasnya.
Dikemukakan Siti Zuhro, bukankah ketika awal pembentukan koalisi dan pembahasan calon menteri, Presiden Jokowi rajin berkomunikasi dengan para pemimpin partai koalisi. Nah, saatnya ketika publik disuguhkan perdebatan soal koalisi dan reshuffle, maka ini perlu dibicarakan bersama di tingkat koalisi, bukan dibiarkan berkembang liar.
BACA JUGA: Jokowi Panggil Prabowo ke Istana, Bahas Reshuffle Kabinet?
“Dengan cara mengundang dan mendiskusikan masalah-masalah yang krusial di publik menyangkut kaolisi, masyarakat diberi pendidikan politik yang baik. Ini memberikan kedewasaan dan pencerahan politik bagi masyarakat. Bukankah visi besar pemerintahan Jokowi-KH Ma’ruf untuk membangun SDM unggul? Jadi suguhkan sesuatu yang mencerahkan,” kata dia.
Kurang Etis
Terkait dengan usulan sejumlah elite PDIP yang terus mendorong-dorong Presiden Jokowi untuk melakukan perombakan kabinet dan mengganti menteri dari Nasdem, hanya karena partai ini mencalonkan Presiden lebih awal, menurut Siti Zuhro, langkah tersebut bisa disebut melanggar etika politik.
“Mestinya PDIP mengusulkan partai koalisi berembuk dan musyawarah bersama Presiden, bukan terus mendesak Presiden mengambil langkah reshuffle. Ini kan kesannya tidak ada komunikasi antara Presiden Jokowi dengan pimpinan partai koalisi,” kata Siti Zuhro.
Apalagi lanjut Siti Zuhro, menteri yang diusulkan elite PDIP untuk diganti, justru para menteri yang mempunyau kinerja dan reputasi baik tingkat nasional maupun internasional. “Masih segar dalam ingat kita ketika pelaksanaan G-20 di Bali, Indonesia dipuji karena mampu menekan deforestasi dan juga penurusan emisi gas rumah kaca secara nasional. Jadi dunia mengakui keberhasilan dan reputasi Menteri LHK Siti Nurbaya,” ujarnya.
Keberhasilan Menteri Siti Nurbaya dalam mengurangi kebakaran hutan dan lahan, serta prestasi lain di kancah internasional untuk isu-isu perubahan iklim dan langkah nyata Indonesia, sangat diapresiasi dunia. “Jadi, apa alasannya mengganti Menteri LHK?,” tanya Siti Zuhro
Begitu juga ketika menyinggung Menteri Pertanian yang juga diusulkan elite PDIP untuk diganti. Menurut Siti Zuhro, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo punya kinerja yang bagus. “Saya pernah menjadi tim monitoring KIP, jadi saya tahu bagiaman prestasi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Prestasinya sangat baik karena menerapkan keterbukaan pada publik,” katanya.
Dengan demikian lanjut Siti Zuhro, dua menteri yang selalu diributkan elite PDIP untuk diganti, justru sangat baik. Begitu juga selama ini kedua menteri itu (Menteri Siti Nurbaya dan Menteri Yasin Limpo) tidak pernah melakukan sesuatu atau membuat kebijakan yang menimbulkan kegaduhan.
“Jika Presiden terbawa arus dan mengikuti keinginan elte PDIP justru akan menimbulkan kegaduhan. Kenapa? Karena koalisi disingkirkan tanpa ada komunikasi,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement