Piala Dunia Qatar 2022 Disebut Hasilkan 8.000 Ton Emisi Karbon Dioksida
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA– Menjelang Piala Dunia, Qatar sempat berjanji untuk menjadikan ini acara netral karbon pertama dalam sejarah turnamen.
Tetapi pengamat iklim menimbulkan keraguan serius tentang klaim keberlanjutannya dan menganggap Qatar membuat klaim palsu dan ingkar terhadap janjinya.
Advertisement
Melansir dari BBC pada Jumat (2/12/2022), firma akuntansi karbon yang berbasis di Paris, Greenly, memperkirakan penerbangan menggunakan pesawat telah menghasilkan antara 6.000 dan 8.000 ton emisi karbon dioksida (CO2) setiap hari sejak turnamen dimulai.
Adapun, salah satu faktor yang turut mendorong volume penerbangan menjadi sangat besar, karena terbatasnya penginapan.
“Qatar hanya memiliki 30.000 kamar hotel, 80 persen di antaranya telah dipesan sebelumnya oleh FIFA untuk tim sepak bola, tim official, dan sponsor. Itulah alasan mengapa begitu banyak stadion terkonsentrasi di wilayah geografis yang kecil adalah untuk membantu mengurangi emisi yang terkait dengan perjalanan udara,” katanya.
Kelompok advokasi Carbon Market Watch, Kladed Diab pun menyampaikan kejadian ini menjadikan Qatar kian terlihat ingkar dengan pernyataan awal, yakni meminimalkan penerbangan selama turnamen.
Alhasil, akibat kekurangan kamar hotel yang sangat banyak di Qatar, maka puluhan ribu pengunjung pun tinggal di negara-negara Teluk tetangga, termasuk Uni Emirat Arab.
BACA JUGA: Akhirnya Jembatan Kretek II Penghubung Jalur Pansela di Bantul Dibuka, Ini Jadwalnya
Bahkan, berdasarkan perkiraan ada 500 penerbangan setiap harinya yang masuk dan keluar dari ibu kota Qatar, Doha. Dari jumlah tersebut, Dubai di UEA mengoperasikan hampir 120 penerbangan setiap hari untuk memungkinkan wisatawan memesan penerbangan pulang-pergi pada hari yang sama dari Dubai atau lokasi Teluk lainnya untuk menghadiri pertandingan di Qatar dan kembali. Jet pribadi dan charter juga sangat diminati, dengan ratusan orang mendarat di Qatar setiap hari dari seluruh wilayah.
Sementara itu, dilansir dari DW, investigasi yang dilakukan oleh kelompok lingkungan nirlaba Carbon Market Watch mempertanyakan label netral karbon, dengan mengatakan bahwa penyelenggara cenderung meremehkan emisi secara dramatis.
Turnamen tersebut akan mengeluarkan sekitar 3,6 juta ton CO2, menurut angka resmi. Itu kira-kira sama dengan emisi tahunan Republik Demokratik Kongo.
Sebagian besar gas rumah kaca itu akan berasal dari penerbangan dan akomodasi untuk lebih dari satu juta pengunjung, serta pembangunan tujuh stadion baru, di antara infrastruktur lainnya, kata penyelenggara.
Qatar mengatakan telah mengurangi emisi pemanasan planet dengan memasang sistem penerangan dan pendingin bertenaga surya, dan membangun "stadion hemat energi." Emisi yang tidak bisa dihindari, akan diimbangi dengan proyek hijau lokal.
Pembangunan stadion adalah salah satu area di mana penyelenggara menjadi kreatif dengan penghitungan karbon mereka, mengurangi emisi setidaknya 1,6 juta ton, kata Gilles Dufrasne, penulis makalah Carbon Market Watch dan petugas kebijakan di LSM yang berbasis di Brussels.
Hanya sebagian kecil dari emisi konstruksi yang dimasukkan dalam perkiraan resmi, karena penyelenggara mengatakan stadion akan digunakan untuk acara lain. Tetapi perhitungan tersebut mengabaikan fakta bahwa stadion-stadion ini tidak akan dibangun jika bukan untuk Piala Dunia, kata Dufrasne dan peneliti lainnya.
Qatar negara berpenduduk hanya 2,9 juta orang mengklaim stadion baru akan digunakan kembali untuk hal-hal seperti hotel butik. Tetapi para kritikus mengatakan rencana itu tidak jelas dan menunjuk ke tempat-tempat olahraga Olimpiade yang ditinggalkan di kota-kota seperti Rio de Janeiro atau Athena.
"Anda melihat kisah demi kisah komunitas yang telah membangun tempat-tempat ini dan mereka menjadi apa yang kita sebut gajah putih - proyek-proyek besar dan memalukan yang tersisa karena tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan setelah itu," kata Walker Ross, seorang peneliti di University of Edinburgh dan Sport Ecology Group.
Sekitar 51% emisi akan berasal dari transportasi, menurut perkiraan resmi. Tapi itu tidak termasuk penerbangan ulang-alik yang akan mengantarkan penonton ke kota gurun setiap hari, kata Dufrasne. Karena kekurangan akomodasi di Qatar, 160 penerbangan sehari akan lepas landas dari negara tetangga, termasuk Kuwait, Oman, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Analisis Carbon Market Watch juga mengkritik rencana untuk mengimbangi emisi yang "tidak dapat dihindari" ini dari transportasi dan area lain, mempertanyakan legitimasinya.
Hanya sekitar 200.000 dari rencana kredit 1,8 juta ton yang telah dikeluarkan. Semuanya berasal dari proyek energi terbarukan di Serbia, Turki dan India melalui sebuah organisasi yang kurang lebih didirikan oleh Qatar sendiri, menurut laporan tersebut.
Tanggapan Qatar
Qatar pun sejauh ini melakukan pembelaan bahwa keputusannya adalah yang terbaik, di mana layanan penerbangan langsung secara signifikan lebih efektif karbon daripada penerbangan dengan transit. "Pada saat yang sama, karena sifat turnamen yang kompak, penerbangan domestik tidak akan diambil oleh penggemar," jelas tim penyelanggara Piala Dunia.
Qatar pun berencana untuk menghitung emisi yang dihasilkan oleh penerbangan sebagai bagian dari keseluruhan jejak karbon acara tersebut.
Penyelenggara mengharapkan Piala Dunia menghasilkan 3,6 juta ton karbon dioksida, dengan total perjalanan menjadi kontibutor terbesar yang mencapai 52 persen.
Sebagai informasi, guna membuat turnamen bebas karbon, pihak penyelenggara telah mengumumkan beberapa serangkaian inisiatif komprehensif telah diterapkan untuk mengurangi emisi terkait turnamen, termasuk pendingin stadion bertenaga surya hingga mengimbangi emisinya dengan membeli kredit karbon.
Namun, peneliti independen mengatakan angka itu terlalu diremehkan. CEO Greenly Alexis Normand yakin penghitungan akhir akan setidaknya 70 persen lebih tinggi.
Baginya, Piala Dunia 2022 akan menjadi "yang paling memancarkan emisi" dan suatu hal yang tidak mungkin jika Piala Dunia ini bebas karbon.
“Ajang olahraga besar ini perlu dilihat sebagai peluang untuk berinvestasi dalam dekarbonisasi , bukan sebaliknya,” tutup Normand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Proyek Taman Jalan Affandi Ditargetkan Rampung Awal Desember, Ini Jenis Pohon yang Ditanam
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 8 Terduga Teroris Ditangkap, Terkait dengan NII
- Dugaan Suap ke Sahbirin Noor, KPK Periksa Empat Saksi
- Desk Pemberantasan Judi Online Ajukan Pemblokiran 651 Rekening Bank
- Diskop UKM DIY Raih Juara III Kompetisi Sinopadik 2024 di Palangkaraya
- Ketua MPR: Presiden Prabowo Disegani Saat Tampil di G20 Paparkan Hilirisasi SDA
- BRIN Usulkan Pemanfaatan Data Satelit dan Kecerdasan Buatan untuk Penanganan Bencana
- Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Advertisement