Advertisement

Mengenal Bahaya Siklus Dua Dasawarsa di Perut Bumi Cianjur

Szalma Fatimarahma
Rabu, 23 November 2022 - 19:27 WIB
Bhekti Suryani
Mengenal Bahaya Siklus Dua Dasawarsa di Perut Bumi Cianjur Warga mengevakuasi barang dari puing bangunan terdampak gempa bumi di Rancagoong, Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 125 kali gempa susulan di wilayah Kabupaten Cianjur, hingga pukul 08.00 WIB, Selasa (22/11). Kekuatan gempa susulan itu bervariasi dari yang terbesar bermagnitudo 4,2 hingga 1,5. Warga diimbau untuk mewaspadai gempa bumi susulan. Bisnis - Rachman

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA-- Gempa Cianjur berkekuatan magnitudo 5,6 mengagetkan banyak orang. Pasalnya, gempa yang berpusat di daratan itu telah meluluhlantakkan bangunan, menewaskan ratusan orang, dan ribuan warga lainnya mengungsi. 

Kendati demikian, secara historis gempa di Cianjur sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menyebut gempa yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11/2022) adalah sebuah fenomena 20 tahunan. 

Advertisement

Gempa yang mengguncang Cianjur pada Senin lalu juga telah dikategorikan sebagai salah satu fenomena gempa yang merusak. Kategori gempa merusak juga disematkan pada fenomena gempa yang mengguncang Cianjur pada 1982 dan 2000. 

Pada 12 Juli 2000, gempa berkekuatan magnitudo 5,1 dan 5,4 setidaknya telah menyebabkan kerugian materil yang berupa kerusakan berat pada 1.900 unit rumah di daerah Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kadudampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan. 

BACA JUGA: Bocah 4 Tahun Korban Gempa Cianjur Selamat Setelah Tertimbun 3 Hari

Sementara itu, fenomena gempa pada 10 Februari 1982 juga telah menyebabkan banyak rumah rusak dan jatuhnya korban jiwa. 

"Tadi disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa gempa ini adalah 20 tahunan," terang Jokowi di daerah Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). 

Gempa Cianjur yang diidentifikasi sebagai gempa dengan periode 20 tahunan ini sebelumnya juga telah disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. 

Dwi menyebutkan, gempa dengan kekuatan yang cukup tinggi ini sebelumnya juga pernah terjadi di Kabupaten Cianjur pada 1982 dan 2000. 

"Dari analisis kajian BMKG merupakan gempa dengan periode ulang kurang lebih 20 tahun. Sebelumnya tahun 2000 yaitu 22 tahun yang lalu dan sebelumnya lagi tahun 1982, 18 tahun yang lalu lagi," jelas Dwikorita dalam konferensi pers Update Penanganan Gempa M 5,6 Cianjur, Selasa (22/11/2022). 

Kepala BMKG ini mengungkapkan bahwa pihaknya sebenarnya telah mencatat 6 peristiwa gempa dengan magnitudo yang cukup tinggi yang terjadi di Cianjur. 

Kendati demikian, Dwikorita menjelaskan, tiga fenomena gempa lainnya terjadi dengan rentang waktu yang lebih panjang dari 20 tahun. "Sebetulnya sudah enam kali ya, tetapi tiga kali sebelumnya memang lebih panjang puluhan tahun, lebih dari 20 tahun. Tiga kali terakhir ini 20 tahunan," ujar Dwikorita. 

Karakter Morfologi Cianjur

Di sisi lain, berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kabupaten Cianjur menjadi daerah dengan morfologi wilayah yang pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara Gunung Api Gede. 

Wilayah tersebut secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. 

"Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," dikutip dari laporan PVMBG Kementerian ESDM, Rabu (23/11/2022). 

Adapun, Sesar Cimandiri diyakini sebagai pemicu dari fenomena gempa berkekuatan magnitudo 5,6 tersebut. Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Irwan Meilano, menerangkan bahwa Sesar Cimandiri ini memang tergolong sebagai sesar aktif. 

"Sesar adalah bidang rekahan yang disertai dengan pergeseran, mengalami retakan, atau celah. Pada sesar ini terdapat akumulasi tegangan tektonik yang menjadi gaya penerus gempa," ungkap Irwan dikutip dari laman resmi ITB, Rabu (23/11/2022). 

Irwan menuturkan, sesar adalah salah satu sumber gempa yang bersifat independen dan tidak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian gempa sebelumnya. Hal itulah, kata Irwan, yang menjadi penyebab mengapa sesar dapat memicu adanya potensi gempa baru di masa yang akan datang. 

Fenomena gempa yang terjadi dengan siklus tahunan ini, seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah untuk memahami bahwa Kabupaten Cianjur memang menjadi wilayah yang akan selalu memiliki potensi gempa. 

Menurut Irwan, kejadian ini harus membuat pemerintah pusat maupun daerah untuk memulai pembangunan yang disesuaikan dengan struktur geologi dan jarak pemukiman dari sumber gempa. 

Tak heran jika pembangunan rumah dan infrastruktur dengan standar anti gempa juga menjadi salah satu instruksi Jokowi kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).  

"Yang paling penting adalah pembangunan rumah-rumah yang terkena gempa bumi ini diwajibkan untuk memakai standar-standar bangunan yang anti gempa oleh Menteri PUPR," ucap Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 5 Desember 2024, Makan Bergizi Gratis, Tol Jogja-Solo, hingga Gus Miftah Minta Maaf

Jogja
| Kamis, 05 Desember 2024, 08:37 WIB

Advertisement

alt

Berkunjung ke Chengdu Melihat Penangkaran Panda

Wisata
| Sabtu, 30 November 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement