Advertisement
Harga Minyak Memanas, Waspada Kabar dari China

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Harga minyak bergerak naik pada akhir perdagangan Jumat (9/9/2022). Namun, penguatannya berpotensi terbatas di tengah kenaikan suku bunga dan pembatasan Covid-19 di China.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak Comex terpantau naik 3,25 poin atau 3,89 persen ke US$86,79 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik 3,69 poin atau 4,14 persen ke US$92,84 per barel.
Advertisement
Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Faisyal menyebutkan, kenaikan harga minyak terjadi di tengah investor yang mempertimbangkan ancaman dari Rusia untuk hentikan ekspor minyak dan gas untuk beberapa pembelinya.
“Namun, kenaikan dapat terbatas di tengah kekhawatiran pasar terhadap kenaikan suku bunga agresif dari beberap bank sentral dan pembatasan aktivitas Covid-19 di China,” tulisnya dalam riset, dikutip Minggu (11/9/2022).
Selain itu, pengurangan produksi oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan para sekutunya serta outlook yang lebih lemah untuk pertumbuhan produksi minyak AS juga menopang harga minyak.
Energy Information Administration AS mengatakan bahwa mereka memperkirakan produksi minyak mentah AS akan naik sebesar 540.000 barel per hari menjadi 11,79 juta barel per hari pada 2022, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 610.000 barel per hari.
Namun, kenaikan harga minyak dapat terbatas di tengah kebijakan kenaikan suku bunga agresif dari beberapa bank sentral yang dapat memicu resesi dan melambatkan permintaan bahan bakar.
“Selain itu pasar juga mencemaskan penyebaran virus Covid-19 di China, importir minyak utama dunia dengan kabar terbaru menunjukkan kota Chengdu pada Kamis memperpanjang kebijakan lockdown mereka untuk sebagian besar dari lebih dari 21 juta penduduknya, sementara jutaan warga di wilayah bagian lainnya di Tiongkok di desak untuk tidak berpergian selama liburan mendatang,” jelasnya.
MIFX memperkirakan minyak berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support US$84, karena berpotensi bergerak naik membidik resistance terdekat di US$86 per barel.
“Namun, jika bergerak turun hingga menembus ke bawah level US$84, minyak berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menguji support selanjutnya di US$82,80,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jelang Libur Waisak, 368.470 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek
- Menteri HAM Natalius Pigai Menilai Bagus Rencana Gubernur Jabar Mengirim Siswa Nakal ke Barak Militer
- Satgas Koperasi Merah Putih Resmi Dibentuk, Zulkifli Hasan Jabat Ketua
- Selain GBK, Hotel Sultan hingga TMII Juga Bakal Dikelola Danantara
- Puluhan Warga Badui Digigit Ular Berbisa, 2 Meninggal Dunia
Advertisement

Jadwal KRL Jogja Solo Hari Ini, Senin 12 Mei 2024, Berangkat dari dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Turunkan Paksa Atribut Bendera dan Spanduk Ormas
- Stok Beras Capai 3,6 Juta Ton, Pemerintah Akan Bangun 25 Ribu Gudang Darurat
- Kemenkopolkam: Berantas Premanisme Berkedok Ormas Lewat Penindakan Hukum
- Viral Pengamen Rusak Bus Primajasa, 1 Pelaku Diringkus dan 1 Orang Buron
- Sekjen PBB Sambut Positif Gencatan Senjata India-Pakistan
- Ratusan Preman Ditangkap dalam Operasi Serentak di Jawa Tengah
- 2.113 Jemaah Calon Haji Tiba di Madinah
Advertisement