Advertisement
Pencurian Data Nasabah, Ini Modus yang Kini Berkembang
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Pencurian dana nasabah melalui kanal digital mengalami perubahan cara. Para peretas dinilai tidak lagi menawarkan hadiah-hadiah menarik kepada nasabah, melainkan menghadirkan keresahan dengan isu yang relevan di masyarakat.
Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (Idiec) Ariyanto A. Setyawan mengatakan masyarakat perlu berhati-hati terhadap serangan siber berbentuk rekayasa sosial (social engineering) yang saat ini modusnya lebih halus dibandingkan dengan modus-modus sebelumnya.
Advertisement
BACA JUGA: Polisi Larang Pengendara Naik Sepeda Motor Pakai Sandal Jepit
Dia menjelaskan para peretas menghubungi target atau korban seolah-olah dari pihak bank milik rekening korban. Formulir yang digunakan juga benar-benar dibuat dengan nuansa bank milik rekening korban. Peretas tampak lebih niat dalam mencuri data dan dana nasabah.
“Isu yang diangkat adalah masalah administrasi perbankan bukan lagi hadiah. Pada banyak kasus, transaksi yang dilakukan pelaku setelah akuisisi rekening kecil-kecil, dibawah radar fraud bank,” kata Ariyanto, Selasa (14/6/2022).
Tidak hanya lebih pandai dalam mencuri, Ariyanto juga berpendapat para peretas lebih lincah dalam menghilangkan jejak. Biasanya peretas menghubungi korban menggunakan whatsapp dengan nomor seluler yang berasal dari luar negeri atau nomor yang sudah mati.
“Peretas juga mendorong korban melakukan transaksi ke rekening dompet digital, yang registrasinya menggunakan data orang lain,” kata Ariyanto.
BACA JUGA: Ditelepon PM Negara Sahabat, Jokowi Diminta Kirim Minyak Goreng
Dia mengatakan karena modus yang digunakan adalah social engineering, fokusnya adalah pemahaman orang, bank harus melakukan edukasi lebih gencar ke nasabahnya. Selain itu, secara sistem, bank perlu menemukan pola-pola transaksi yang mengarah ke penipuan dan melakukan tindakan pencegahan.
Sekadar informasi, Laporan National Cyber Security Index (NCSI) Estonia menempatkan Indonesia pada urutan ke-83 perihal indeks keamanan siber. Posisi tersebut menandakan bahwa ruang digital Indonesia belum terlalu aman.
Lembaga Riset Siber Indonesia menyebutkan para investor menjadikan NCSI ini sebagai bahan patokan sebelum berinvestasi ke sebuah negara.
NCSI dianggap memiliki data yang selalu diperbaharui secara berkala dan ini sebagai bentuk komitmen Estonia yang merupakan negara paling terdigitalisasi di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
- Indonesia Gunakan Pengaruh Agar Deeskalasi Terjadi di Timur Tengah
- Kasus Pengemudi Arogan Mengaku Adik Jenderal Kini Diusut Bareskrim
- Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara
- Tol Jogja Solo Dilewati 109 Ribu Kendaraan Selama Libur Lebaran 2024
Advertisement
Dukung Transformasi Digital UMKM, Diskominfo DIY Gelar Pelatihan E-Business
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Gunung Ruang Meletus, Warga Pesisir Pantai Diungsikan Hindari Potensi Tsunami
- KPU Jogja Koordinasi dengan Disdukcapil untuk Susun Data Pemilih Pilkada 2024
- Tol Jogja Solo Dilewati 109 Ribu Kendaraan Selama Libur Lebaran 2024
- Firli Bahuri Disebut Minta Uang Rp50 Miliar ke SYL
- Daftar Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP-AKR per Kamis 18 April 2024
- Tertidur 22 Tahun Gunung Ruang Erupsi, Gempa hingga 944 Kali dalam Satu Hari
- Warga Jepang Gugat Pemerintah Soal Efek Samping Vaksin Covid-19
Advertisement
Advertisement