Advertisement
Jadi Tradisi Tahunan, Ini Arti Mudik dan Sejarahnya...

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Perayaan Idulfitri sepertinya tidak lengkap jika tidak pulang ke kampung halaman untuk bertemu orang tua dan sanak saudara. Kegiatan bersilaturahmi ini seakan sudah menjadi tradisi tahunan.
Tradisi pulang ke tanah asal atau yang dikenal dengan istilah mudik, umum dipakai untuk menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman. Tradisi ini dipakai bagi umat Muslim yang merayakan momen lebaran Idulfitri di tanah kelahirannya.
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Namun tahukah Anda darimanakah istilah mudik ini muncul?
Istilah mudik berasal dari kata udik. Diambil dari bahasa melayu udik yang artinya hulu atau ujung. Sebab pada masyarakat melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah selesai urusannya, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya.
“Berasal dari bahasa melayu, udik. Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,” kata Antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra, dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Rabu (27/4/2022).
Baca juga: Takbir Keliling di Sleman Dilarang, Salat Id Berjemaah Diperbolehkan
Menurut Heddy, istilah mudik mulai dikenal luas di era tahun 1970-an, setelah pada masa orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan yang menyebabkan orang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan.
Ia menuturkan, mereka yang bekerja dan hidup di kota, sekian lama lepas dari kerabatnya. Padahal selama di desa bisa dekat dengan kerabat. “Kangen pasti. Menunggu libur yang agak panjang agar bisa kumpul sangat ditunggu. Karena kita di Indonesia masyarakat Muslim yang paling banyak maka lebaran Idulfitri jadi pilihan. Berbeda di Amerika dan Eropa, warganya banyak pulang kampung saat perayaan thanksgiving atau perayaan Natal. Sementara di kita ya Idulfitri,” paparnya.
Akan tetapi mudik bagi sebagian orang bukan semata-mata untuk ajang kumpul keluarga. Namun juga menjadi ajang bagi sebagian orang untuk pamer atas keberhasilan mereka di tanah perantauan. “Motivasi lain karena ingin menunjukkan ia sudah berhasil secara ekonomi,”katanya.
Pada tahun ini, diprediksi masyarakat banyak yang melakukan mudik setelah dua tahun ini dilarang karena pandemi Covid-19. Hal itu terbukti dari jumlah pemesanan tiket transportasi yang ludes meski masih H-5 Lebaran.
Seperti kereta api, sebanyak 1,56 juta tiket telah ludes terjual. Ada pula yang mengikuti program mudik gratis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Telan Duit Rp1,4 Triliun, Ini Alasan Pengendali Banjir Dibangun untuk YIA
- Buntut Vonis Bebas Bos Indosurya, Pemerintah Bakal Revisi UU Koperasi
- 7 Kru Lion Air JT-797 Dipastikan Negatif Narkoba
- Proyek Triliunan Pengendali Banjir Bandara YIA Rampung Tahun Ini
- Tolak Biaya Haji Naik, Buruh Bakal Demo Besar pada 6 Februari
- Klaten Tetap Tolak Jalan Tol Lingkar Luar Solo
- Demo Aremania Ricuh, Polisi: Ada 3 Orang Alami Luka-Luka
Advertisement
Advertisement