Advertisement
Survei: Separuh Penduduk Jakarta Punya Antibodi Covid-19

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Berdasarkan survei Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, separuh penduduk Jakarta terdeteksi memiliki antibodi untuk melawan Covid-19.
Data ini diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kolaborasi dengan Tim Pandemi FKM UI, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia untuk melakukan survei serologi di Ibu Kota.
Advertisement
Survei secara spesifik ingin mengukur proporsi warga Jakarta yang memiliki antibodi terhadap Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti, menjelaskan, serologi merupakan teknik berbasis imunologi yang bertujuan mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang.
Apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi.
“Melalui survei ini, kita dapat memperkirakan proporsi warga Jakarta yang pernah terinfeksi virus SARS CoV-2, baik yang teridentifikasi/terkonfirmasi oleh tes PCR maupun yang tidak. Kita bisa melihat juga gambaran lebih utuh tentang situasi pandemi di Jakarta, sehingga strategi penanganan dan pengendaliannya pun bisa disesuaikan,” terangnya mengutip keterangan pers Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (10/7/2021).
100 Kelurahan
Sebagai informasi, survei serologi dilaksanakan berbasis populasi dengan metode sampling, pada kurun waktu 15-31 Maret 2021.
Survei dilakukan di 100 kelurahan di 6 wilayah kota/kabupaten administrasi, mencakup 4.919 sampel berusia >1 tahun 98,4 persen dari total 5.000 target sampel, meliputi 54 persen perempuan dan 46 persen laki-laki, dengan kelompok usia 1-14 tahun 21,6 persen, 15-49 tahun 52 persen, dan 50+ tahun 26,4 persen.
Pakar epidemiologi dari Tim FKM UI Pandu Riono menjabarkan, bahwa dari hasil survei ini terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi virus Corona, terbanyak pada usia 30-49 tahun.
Adapun, infeksi pada kelompok perempuan terdeteksi lebih tinggi sampai 47,9 persen dan kelompok yang belum kawin lebih rendah risiko terinfeksi 39,8 persen.
“Penduduk di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi sampai 48,4 persen. Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan 52,9 persen dan obesitas 51,6 persen. Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- OJK Ingatkan Suntikan Likuiditas Rp200 Triliun Belum Jamin Dorong Kredit
- Mahfud MD Ingatkan Polri Perbaiki Citra Pasca Aksi Kekerasan
- DPR Pastikan Belum Terima Surat Presiden Soal Pergantian Kapolri
- Pembunuh Charlie Kirk Dikabarkan Memiliki Riwayat Penyakit Mental
- Banyak Orang Hilang Sejak Aksi Demo, Polda Buka Posko Pengaduan 24 Jam
Advertisement

Satpol PP Kota Jogja Dorong Pengolahan Sampah Organik di Kampung Panca Tertib
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Prabowo Beri Dukungan Emir Qatar Setelah Israel Serang Doha
- Warga Jepang Berusia 100 Tahun Tercatat 99.763 Orang, 88 Persen Perempuan
- Waspadai Potensi Banjir dan Longsor Saat Puncak Musim Hujan
- Sherina Serahkan Lima Kucing yang Dievakuasi dari Rumah Uya Kuya
- Hadapi Dinamika Geopolitik, Prabowo-MBZ Dorong Negara-Negara Timteng Bersatu
- Buntut Penggerebekan Pabrik Baterai di AS, Hyundai-LG Tunda Operasional
- Penembak Charlie Kirk Ditangkap, Begini Tampang dan Dugaan Motifnya
Advertisement
Advertisement