Advertisement
Masih Labil, Usia 20-40 Tahun Jadi Sasaran Empuk Radikalisme

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan, kaum milenial menjadi sasaran utama radikalisasi karena mereka sangat sensitif terhadap nilai keagamaan.
"Kaum milenial menjadi sasaran utama radikalisasi karena generasi muda itu punya masa depan yang panjang," kata Brigjen Pol Nurwakhid.
Advertisement
Penegasan Direktur Pencegahan BNPT secara virtual itu disampaikan pada acara webinar nasional "Membangun Spirit Pemuda Maluku di Tengah Fenomena Radikalisme" yang diselenggarakan AMGPM Daerah Kota Ambon Cabang Imanuel Karpan di Ambon, Sabtu, yang dibuka Ketua Majelis Jemaat Pendeta Jonathan Siwalete, Sth.
Menurut dia, kaum milenial diklasifikasi menjadi tiga yaitu umur 14-19 tahun, 20-40 tahun dan 40 tahun sampai 55 tahun.
"Khusus untuk generasi milenial 20-40 tahun ini adalah generasi yang luar biasa dan potensial menjadi sasaran radikalisasi sebab mereka sangat sensitif nilai keagamaannya, kemudian masih dalam fase pertumbuhan yang emosional sehingga terkadang dia labil," katanya.
Wawasan pengetahuan dan penghayatan mereka terhadap nilai-nilai hidup masih dalam fase pertumbuhan menuju pematangan, sehingga mereka rentan untuk digiring dalam konteks memperjuangkan sistem pemerintahan yang berdasarkan agama atau khilafah atau Daulah Islamiyah.
Baca juga: Sebelum PTM Pasca-Lebaran, Disdikpora Lakukan Screening Guru & Siswa
Radikalisme dan terorisme menjadi musuh negara karena ideologi yang dibawa bertentangan dengan perjanjian yang sudah menjadi konsensus bersama bangsa Indonesia yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, serta NKRI.
Kalau terus dibiarkan maka akan berkembang ke arah konflik sosial dan konflik bangsa, karena semua negeri-negeri konflik, terutama di dunia Islam, selalu didahului oleh fenomena maraknya radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama terutama Islam di Timur Tengah dan beberapa negara Asia Tengah, atau di Afrika.
"Wilayah ini selalu didahului maraknya terorisme dan radikalisme mengatas-namakan agama dalam konteks Islam," ucap Nurwakhid.
Kemudian berkolaborasi dengan oposisi yang destruktif atau pun mengundang intervensi asing, sehingga terjadilah konflik seperti di Afganistan, Somalia, Libya, Sudan, Irak, atau Yaman.
Hal ini perlu diwaspadai. "Pengalaman konflik di Ambon misalnya merupakan bagian dari desain besar yang ingin menghancurkan NKRI dan mengadu-domba masyarakat dengan mengatasnamakan agama," tegasnya.
Untuk itu, Pancasila yang merupakan ideologi pemersatu bangsa, serta gotong royong, yang digali dari kearifan lokal budaya dan nilai-nilai agama harus terus dipupuk dan dikuatkan.
Ia menambahkan Densus 88 atau pun BNPT meyakini tidak ada konflik agama, tetapi yang ada adalah konflik kepentingan yang memanipulasi dan mengatasnamakan agama.
Webinar nasional sehari yang dimoderatori Dr Sherly Adam itu juga menampilkan pembicara lainnya seperti mantan komandan NII Ken Setiawan, Pangdam XVI Pattimura, Kapolda Maluku, mantan Kepala Pusat Kajian Strategi TNI-AD Brigjen TNI (Purn) Junias M Tobing.
Menyasar Semua Lini
Dalam webinar nasional secara virtual ini, mantan komandan NII Ken Setiawan menjelaskan kalau radikalisme dan terorisme ini bisa menyasar semua lini masyarakat dan berkembang, merajalela bila dibiarkan, dianggap benar bila tidak ditindak aparat keamanan, dan menjadi bom waktu.
Menurut dia, ketertarikan terhadap ideologi tersebut karena kondisi di masyarakat, Pancasila dianggap tidak menarik, belajar dengan guru yang salah, dan adanya provokasi media sosial.
"Diimbau kepada masyarakat pelajari agama pada ahlinya, kenali modusnya, tolak seperti narkoba, kritis terhadap fenomena di sekitar kita," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ulang Tahun ke-90, Dalai Lama Ingin Hidup hingga 130 Tahun
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
Advertisement

Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Senin (7/7/2025), Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Nurmala Kartini Sjahrir, Adik Luhut yang Diunggulkan jadi Dubes Indonesia di Jepang, Berikut Profilnya
- Sekolah Rakyat Dibangun Mulai September 2025, Dilengkapi Dapur dan Asrama
- 29 Penumpang Belum Ditemukan, Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Minta Maaf
- DPR RI Bentuk Tim Supervisi Penulisan Ulang Sejarah
- Kemensos: Anak Jalanan Jadi Target Utama Ikuti Sekolah Rakyat
- Banjir di DKI Jakarta Rendam 51 RT
- Kementerian PKP Siapkan Rp43,6 Trilun untuk Merenovasi 2 Juta Rumah Tak Layak Huni
Advertisement
Advertisement