Advertisement
Vaksinasi Covid-19 Menurun Selama Ramadan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi mengatakan tren vaksinasi Covid-19 harian selama Ramadan mengalami penurunan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, rerata jumlah penyuntikkan selama Ramadan berada di kisaran 200 hingga 250 ribu dosis per hari.
Advertisement
"Di bulan April terjadi penurunan penyuntikan per hari, saat puasa juga terjadi penurunan dosis penyuntikannya karena awal-awal puasa mungkin masih beradaptasi dengan kondisi tersebut," kata Nadia dalam diskusi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Minggu (18/4/2021).
Selain itu, Nadia menerangkan tren penurunan penyuntikan tersebut juga disebabkan karena jumlah dosis vaksin Covid-19 yang terbatas. Pada bulan Maret, jumlah stok vaksin jadi mencapai 18 juta. Hanya saja, stok itu mengalami penurunan sekitar 7 hingga 15 juta pada April.
BACA JUGA: Hati-hati dengan Cyber Stalking lewat Status Online WhatsApp
Saat ini, sebanyak 10.801.244 orang sudah disuntik vaksin dosis pertama. Jumlah tersebut baru mencapai 26,77 persen dari total target vaksinasi tahap pertama dan kedua.
Sementara itu, sebanyak 5.889.716 orang atau sekitar 14,60 persen sudah disuntik vaksin dosis kedua. Adapun, jumlah target vaksinasi tahap pertama dan kedua dengan target pelayan kesehatan, petugas publik dan lansia mencapai 40.349.051.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan persaingan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 di dunia internasional semakin ketat. Latar belakangnya, karena sejumlah negara produsen vaksin berupaya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka masing-masing.
Teranyar, India sebagai negara pemasok hampir 60 persen distribusi vaksin secara global mengarahkan perhatiannya untuk memenuhi kebutahan domestiknya. Alasannya, di negara itu, terjadi tren peningkatan kasus konfirmasi positif Covid-19.
“Vaksin ini rebutan di seluruh dunia makin lama makin keras rebutannya, terakhir ini karena ada lonjakan kasus di India, dia ingin memastikan vaksin yang diproduksi dalam negeri diprioritaskan di India dulu,” kata Budi dalam diskusi daring bersama PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Minggu (18/4/2021).
Sikap protektif India itu, lebih dahulu telah dilakukan oleh sejumlah negara penghasil vaksin lainnya seperti Amerika dan Inggris. Hal itu disebabkan adanya peningkatan kasus di negara mereka masing-masing.
“Jadi yang ekspor vaksin hanya India, China dan Rusia. India merasa kenapa saya tidak boleh untuk menahan agar produksinya di India dulu,” tuturnya.
Langkah India itu lantas diikuti dengan aksi pembalasan dari sejumlah negara yang menyediakan bahan baku pembuatan vaksin. Belakangan sejumlah negara itu menahan ekspor bahan baku vaksin ke India.
“Jadi agak complicated, syukur Indonesia supply vaksinnya ada empat macam, meski agak tertunda dari segi vaksinasinya kita bisa memperoleh setiap bulannya dalam order 4 hingga 15 juta dosis,” ungkap Menkes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ulang Tahun ke-90, Dalai Lama Ingin Hidup hingga 130 Tahun
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
Advertisement

Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Senin (7/7/2025), Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Nurmala Kartini Sjahrir, Adik Luhut yang Diunggulkan jadi Dubes Indonesia di Jepang, Berikut Profilnya
- Sekolah Rakyat Dibangun Mulai September 2025, Dilengkapi Dapur dan Asrama
- 29 Penumpang Belum Ditemukan, Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Minta Maaf
- DPR RI Bentuk Tim Supervisi Penulisan Ulang Sejarah
- Kemensos: Anak Jalanan Jadi Target Utama Ikuti Sekolah Rakyat
- Banjir di DKI Jakarta Rendam 51 RT
- Kementerian PKP Siapkan Rp43,6 Trilun untuk Merenovasi 2 Juta Rumah Tak Layak Huni
Advertisement
Advertisement