Advertisement
Organda Sayangkan Mudik Dilarang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Sekjen DPP Organda Ateng Aryono menyayangkan pemerintah yang melarang pelaksanaan mudik lebaran pada tahun ini. Pasalnya, berkaca dari pengalaman tahun lalu ketika mudik di larang, justru yang menuai keberuntungan travel gelap.
“Kita nurut juga efek dari nurut [aturan] juga menyedihkan, yang panen juga yang lain yang enggak karu-karuan. Masyarakat malah jadi tidak terjamin dan tidak terlidungi,” tuturnya, Jumat (6/3/2021).
Advertisement
Hal ini, menurutnya, lantaran meski pemerintah melarang mudik, tetap saja mobilitas masyarakat akan tetap terjadi. Ketika moda transpotasi umum yang resmi dilarang beroperasi, banyak masyarakat yang beralih ke travel gelap, yang secara portokol kesehatannya tidak seketat transportasi umum massal.
“Aturan ini jadi kayak eman-eman saja, seharusnya pemerintah melihat pengalaman tahun lalu. Faktanya terjadi [mudik dengan travel gelap],” ujarnya.
Ateng mengatakan pemerintah sebetulnya tidak perlu khawatir jika mudik diperbolehkan atau dilonggarkan. Sebab, tidak serta merta ketika mudik dilonggarkan, masyarakat akan bergerak seluruhnya karena saat ini masyarakat sudah sangat berhati-hati dan memiliki perhitungan risiko di kala pandemi.
Dengan adanya aturan mudik yang ketat, justru masyarakat akan lebih terlindungi karena saat ini juga sudah ada alat tracing dan screening berbiaya murah dan lebih efisien yakni Genose sebagai alat tes Covid-19 yang sangat baik sekali dalam mempermudah perjalanan saat mudik. Bahkan harganya bisa 10 kali lebih murah dibandingkan dengan swab Antigen.
“Kalau ini [Genose] bisa dikembangkan dengan bagus terutama oleh Kemenhub, dan bisa diterapkan di terminal akan sangat baik sekali. Jadi masyarakat yang hendak berpergian bisa di-screening dengan Genose, syukur-syukur bisa gratis, sudah pasti masyarakat yang berpergian akan tenang karena kekhawatiran penularan bisa langsung terdeteksi di situ,” tuturnya.
Terlebih jika masyarakat bisa mudik dengan angkutan umum, saat ini juga lebih aman karena memiliki tingkat ketersediaan dan pemeliharaan yang bagus. Termasuk dalam kesiapan protokol kesehatan yang ketat dan jauh lebih andal.
Diakui olehnya bahwa saat ini tidak sedikit angkutan umum yang berada dalam posisi idle karena bergerak secara bergantian dengan tingkat okupansi rata-rata sekitar 30 persen.
“Kalau mudik dilonggarkan tentu saja ini akan bergerak meski kenaikannya kecil tetapi ini menjadi kesempatan bagi masyarakat yang memang hidup dari angkutan umum untuk bisa terus hidup,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Polisi Bongkar Jaringan Narkoba Internasional, Sita 17,6 Kg Sabu-Sabu
- Alexander Ramlie, Miliarder Termuda Indonesia dengan Kekayaan Rp39 T
- Kasus Trans 7, Polda Metro Jaya Dalami Dugaan Pelanggaran ITE
- BPBD Sarmi Pantau Dampak Gempa Magnitudo 6,6 di Papua
- 13,1 juta Penumpang Bersubsidi Sudah Dilayani Oleh PT KAI
Advertisement
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA Hari Ini Kamis 16 Oktober 2025
- Jadwal Kereta Api Prameks Kamis 16 Oktober 2025
- Cegah Keracunan, Prabowo Perketat SOP Pelaksanaan MBG
- Jaga Akurasi, Timbangan Pedagang Gunungkidul Ditera Ulang
- Jadwal SIM Keliling Bantul Hari Ini Kamis 16 Oktober 2025
- CEO Danantara Ungkap Alasan Pergantian Direksi Garuda Indonesia
- Prakiraan BMKG Kamis 16 Oktober 2025, DIY Hujan Ringan
Advertisement
Advertisement