Advertisement
China Kontrol Media Agar Kasus Covid-19 Terlihat Tidak Parah
Tenaga medis menggunakan pakaian pelindung khusus saat merawat pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan, di Wuhan, Provinsi Hubei, China Rabu (28/1 - 2020). China Daily via Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Tingginya kasus Covid-19 membuat Pemerintah China mengontrol ketat penyebaran berita perkembangan wabah penyakit yang disebabkan oleh vierus SARS-CoV-2 tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak terlihat lebih parah.
Presiden Xi Jinping dilaporkan memerintahkan para pejabat membungkam berita yang tidak menyenangkan dan mengubah narasi negatif terkait China soal penanganan virus corona. Laporan itu, sebagaimana dikutip dari situs ProPublica.org, Minggu (20/12/2020), mengutip sejumlah dokumen yang diberikan pemerintah China kepada pekerja propaganda dan media lokal.
Advertisement
Sebagai contoh, dokumen itu memerintahkan situs berita di China untuk mengeluarkan push notification atau pemberitahuan langsung terkait kematian Li Wenliang. Li bersama delapan dokter lainnya di Wuhan sempat ditangkap karena membocorkan informasi virus corona di media sosial sekitar Desember 2019.
Li bersama rekan-rekannya berupaya memperingatkan masyarakat bahkan pemerintah terkait potensi merebaknya virus serupa SARS yang saat itu masih misterius.
Alih-alih diapresiasi, Li bersama tujuh dokter lainnya malah dihukum oleh kepolisian Wuhan karena membocorkan informasi tersebut ke media sosial. Kendati demikian, tak lama Li dan tujuh koleganya itu dibebaskan.
Tak lama kemudian Li dinyatakan meninggal dunia pada Februari lalu karena terinfeksi Covid-19.
Kematian Li memicu kritikan dan kecaman masyarakat China bahkan publik internasional terkait kekejaman pemerintahan Xi Jinping untuk membungkam berita yang tidak menyenangkan atau menimbulkan sentimen negatif bagi negaranya.
ProPublica menulis bahwa pemerintah China juga memerintahkan berbagai platform media sosial untuk menghapus nama Li Wenliang dari laman trending topics.
China juga disebut mengerahkan pasukan daring atau buzzer untuk membuat rentetan komentar palsu di berbagai platform media sosial untuk menyetir para pengkritik pemerintah.
Perintah tersebut satu di antara ribuan arahan rahasia pemerintah China yang tertuang dalam sejumlah dokumen lainnya ditinjau oleh ProRepublica dan New York Times.
Dokumen-dokumen itu memaparkan dengan sangat rinci sistem siber yang membantu pemerintah China menggiring dan membentuk opini di dunia maya selama pandemi.
Presiden Xi Jinping disebut membentuk Badan Siber (CAC) pada 2014 sebagai pusat manajemen pemblokiran internet dan propaganda.
ProPublica menuturkan CAC mulai mengontrol ketat aliran informasi soal virus corona pada pekan pertama Januari 2020. Pejabat CAC mewajibkan seluruh portal berita hanya menggunakan data yang dirilis pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Petugas Gabungan Masih Berjaga di SMAN 72 Jakarta
- BPS: 6,3 Juta Orang Bekerja di Sektor Transportasi dan Pergudangan
- Serangan Beruang Meningkat, Jepang Izinkan Polisi untuk Menembak
- PBB Khawatirkan Keselamatan Warga Sipil Akibat Perang di Sudan
- Dari Laporan Publik hingga OTT: Kronologi Penangkapan Abdul Wahid
Advertisement
Advertisement
5 Air Terjun Terindah dari Jawa hingga Sumatra, Pesonanya Bikin Takjub
Advertisement
Berita Populer
- Gerebek Kampung Ambon, Petugas Temukan Narkoba hingga Senpi
- Pakar UGM: Program PSEL Perlu Transisi Menuju Ekonomi Sirkular
- Muhammadiyah Tolak Proyek Geotermal di Gunung Lawu, Ini Alasannya
- BPS: 6,3 Juta Orang Bekerja di Sektor Transportasi dan Pergudangan
- Disokong Dana LPDB Rp200 M, Koperasi Siap Memasok Bahan Baku untuk MBG
- Ganggu Petani, Mafia Pangan akan Dilawan Mentan
- Selangor FC Vs Persib, Maung Bandung Makin Kokoh di Puncak Klasemen
Advertisement
Advertisement




