Advertisement
Kembali Dihantam Covid-19, Inggris Larang Perjalanan Nonbisnis
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melarang perjalanan liburan ke luar negeri dari Inggris sebagai bagian dari lockdown yang diberlakukan untuk menekan penyebaran Covid-19.
Kebijakan lockdown yang berlaku mulai Kamis hingga 2 Desember ini memberikan pukulan terbaru terhadap maskapai penerbangan, saat industri penerbangan berjuang untuk bertahan dari jatuhnya permintaan.
Advertisement
Menurut salah satu sumber yang tidak ingin diungkapkan namanya, maskapai di Inggris belum mendapatkan informasi soal pembatasan ini sebelum pengumuman lockdown oleh PM Johnson pada Sabtu malam.
Maskapai telah terguncang dari pandemi Covid-19 dengan sejumlah pekerja terpaksa mengalami PHK, sedangkan armada terpaksa parkir di hanggar dalam waktu lama. Sejumlah maskapai juga memulai langkah penjualan aset untuk bertahan dari penurunan permintaan perjalanan. Dalam menanggapi kebangkitan infeksi Covid-19 selama musim dingin, banyak maskapai memangkas kapasitas untuk menurunkan biaya.
EasyJet Plc, maskapai berbiaya rendah terbesar kedua di Eropa, menyatakan bahwa pihaknya akan mengoperasikan penerbangan terjadwal hingga Kamis.
"Kemungkinan banyak jadwal yang terkait dengan Inggris akan dibatalkan selama lockdown. Rencana penerbangan kami akan dilanjutkan pada awal Desember,” ungkap manajemen EasyJet dalam sebuat pernyataan, seperti dikutip Bloomberg.
Maskapai tersebut menekankan kembali seruannya terhadap dukungan pemerintah untuk industri penerbangan. British Airways mengatakan tengah menilai informasi baru dan akan terus memberi tahu pelanggannya tentang perubahan rencana perjalanan.
Induk British Airways, IAG SA, mengatakan bulan ini akan mengoperasikan hanya 30 persen dari total kapasitas pada kuartal saat ini. Sementara itu, EasyJet telah meraih hampir uS$400 juta dari transaksi penjualan dan penyewaan kembali untuk beberapa pesawat Airbus A320.
Bahkan sebelum tindakan penguncian terbaru di negara-negara seperti Prancis dan Jerman, Asosiasi Transportasi Udara Internasional telah memperkirakan bahwa industri penerbangan global berpotensi mengalami kerugian senilai US$77 miliar pada paruh kedua tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bloomberg
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Israel Serang Rafah, Sekjen PBB: Mohon Wujudkan Kesepakatan
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Kim Jong Un Ulang Tahun, Warga Korea Utara Diminta Ucapkan Sumpah Setia
- Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat
- Peringatan Hari Buruh 2024, Buruh Tuntut Penghapusan Upah Murah hingga Pencabutan UU Cipta Kerja
Advertisement
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Senator AS Ancam Sanksi Keras Jika Mahkamah Internasional Jatuhkan Perintah untuk Menangkap PM Israel
- Gempa Bumi Magnitudo 5,0 Landa Pacitan, BMKG Jelaskan Penyebabnya
- Viral Aksi Pembubaran Ibadah Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang, Ini Kata SETARA Institute
- Volume Sampah Plastik Naik 5% Tiap Tahun, Kemasan Guna Ulang Perlu Digalakkan
- Menparekraf Sandi Ungkap Harga Tiket Pesawat Diprediksi Turun Pertengahan 2024
- Ganjar-Mahfud Pilih Jadi Oposisi, Gibran Minta Dikawal dari Luar
- Minibus Tertabrak Kereta di Perlintasan Tanpa Palang Pintu Pasuruan, 4 Orang Tewas
Advertisement
Advertisement