Advertisement
Kisah Bidan Sembuh dari Covid-19: Virus Itu Mengubah Perilaku Saya

Advertisement
Harianjogja.com, MAGELANG—Menjadi pasien positif Covid-19 ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan tubuh, tetapi juga kesehatan mental. Hal itulah yang dialami oleh seorang bidan di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
Pengalaman menjadi pasien Covid-19 membuat hidupnya berubah. Hal yang paling ia tekankan adalah perubahan perilakunya. Kini ia lebih memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Advertisement
Kisah ini berawal dari seorang pasien yang datang ke rumahnya yang juga menjadi tempat ia praktek. Pasien itu diantar sang ibu, berkonsultasi tentang sakitnya. Karena keluhan tidak membaik, pasien lalu diantarnya ke puskesmas.
Karena sudah kenal dekat dengan pasien, bidan itu sendiri yang melayani di puskesmas, termasuk mendaftarkannya. Ternyata setelah dites rapid, pasien tersebut reaktif. Para tenaga kesehatan (nakes) pun bergerak cepat. Pasien dirujuk ke RS, dan 13 orang anggota keluarganya ditelusuri (tracing).
BACA JUGA: 44,9 Juta Orang Tak Percaya Covid-19, Doni Monardo: Ini Jadi Tantangan
“Hasil tes keluar pada 18 Agustus 2020, ada satu orang dari keluarganya dan saya yang dinyatakan positif Covid-19,” kata bidan tersebut dalam konferensi pers di Command Center Pemkab Magelang, Jumat (9/10/2020).
Bidan tersebut langsung melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil swab. Setelah enam hari, hasil swab-nya masih positif, padahal ia tidak bergejala. Ia sendiri mengaku ada riwayat alergi dingin yang membuatnya flu saat kerkena hawa dingin. Saat itu ia kena flu ringan, tetapi dianggap biasa, tidak sampai sakit.
Ia pun menambah isolasi mandiri 10 hari. Selama itu ia di rumah, melakukan kegiatan yang meningkatkan stamina, minum vitamin, istirahat dan mendekatkan diri pada Tuhan. "Setelah 10 hari itu tidak ada gejala lagi, saya mulai masuk kerja lagi," tuturnya.
BACA JUGA: Kepala BKN Prediksi Profesi PNS 10 Tahun Lagi Akan Hilang
Bidan tersebut mengaku pertama kali mengetahui positif Covid-19 dari kepala Puskesmas Tegalrejo yang meneleponnya.
“Saya kaget, tidak percaya, teman-teman nakes di puskesmas juga tidak percaya, karena mereka tahu saya tidak bergejala. Tidak sakit, tapi sakitnya tuh di sini," katanya sambil menunjuk dada.
Ia sebelumnya sempat ikut menangani pasien Covid-19 klaster Gowa. Ada perundungan dari masyarakat yang menganggap Covid-19 itu menyakitkan, sehingga membuat para pasien semakin tertekan.
Ternyata hal itu ia alami sendiri. Beruntung, ia mendapat dukungan dari lingkungannya, terutama kepala desa. Kepala desa minta informasi kesehatannya ini dirahasiakan, jadi hanya beberapa orang yang tahu. Pelayanan bidan desa tersebut sempat tutup setengah bulan.
BACA JUGA: Pangkal Ricuh Demo karena Pusat, Muhammadiyah Tegaskan Jangan Terjadi Konflik Horizontal
Namun, ada beberapa orang yang tahu bahwa sang bidan positif Covid-19. Ada suara sumbang dari warga dan sampai ke telinganya. Tapi, ia memilih tidak mendengarkan. "Takut imun turun [kalau mendengarkannya]," katanya.
Dukungan datang dari berbagai pihak, seperti kantor tempat suami bekerja, saudara dan teman-temannya juga. Mereka membantu memberi kebutuhan sehari-hari dengan digantungkan di luar pagar rumah.
Penanganan dokter dari puskesmas yang menanganinya juga sangat baik. Ia diprioritaskan, dipantau sampai selesai isolasi mandiri. Obat-obatan dikirim oleh puskesmas untuk satu keluarganya. Tapi keluarganya negatif, hanya ia yang positif. Selama di rumah, ia menyendiri agar keluarga tidak tertular.
Pengalaman pernah menjadi pasien penyakit yang berasal dari Wuhan ini membuatnya mengubah perilaku. Sekarang ia selalu menganggap orang lain terutama pasiennya, sebagai orang positif Covid-19.
BACA JUGA: 3 Orang yang Dipidana karena Rusuh di Malioboro Masih Anak-Anak
"Dengan begitu, saya jadi berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan saat berinteraksi dengan orang dan saat memeriksa pasien selalu memakai APD lengkap," ungkapnya.
Beruntung, saat ini kepercayaan masyarakat padanya sebagai bidan desa sudah pulih. Masyarakat tetap periksa kepadanya.
Dokter Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merah Putih Kabupaten Magelang, Tatang Kurniawan, menegaskan setiap tenaga kesehatan harus benar-benar paham cara atau urutan menggunakan APD hingga melepaskannya. Pasalnya, tak sedikit nakes tertular virus Covid-19 dari pasiennya karena kekeliruan dalam melepaskan APD.
"Banyak dokter dan perawat tertular Covid karena bisa memakai APD-nya, tapi salah dalam pelepasannya," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

Jalan Trisik Penghubung Jembatan Pandansimo di Kulonprogo Rusak Berat Akibat Truk Tambang
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement