Advertisement
Rekor, Suhu Siberia Capai 100 Derajat Fahrenheit
Wilayah dingin Siberia
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Wilayah Siberia dilaporkan baru saja mencetak rekor iklim terbaru yang mengejutkan. Pada akhir pekan lalu, suhu di kota Verkhoyansk mencapai 100 derajat Fahrenheit atau sekitar 38 derajat Celcius.
Dilansir dari Live Science, Selasa (23/6) angka tersebut merupakan pertama kalinya terjadi, dengan demikian menjadi suhu tertinggi sepanjang sejarah di wilayah Arktik, tepatnya terjadi pada Sabtu (20/6) waktu setempat.
Advertisement
Verkhoyansk adalah kota dengan sekitar 1.300 pendidik di wilayah Kutub Utara Siberia, jaraknya sekitar 4.800 kilometer dari timur Moskow, Rusia. Dilaporkan, kota tersebut memiliki salah satu rentang suhu paling ekstrem di muka Bumi.
Laporan Brittanica mencatat suhu terendah pada musim dingin di wilayah tersebut mencapai rata-rata 56 F atau sekitar minus 49 C. Sementara, suhu tertinggi musim panasnya mencapai angka 98 F atau sekitar 37,2 C.
Pada akhir pekan lalu, beberapa stasiun cuaca melaporkan rekor terbaru dengan angka yang menempuh 100 F, menjadi suhu terpanas sepanjang masa di kota tersebut sejak pertama kali pencatatan suhu dimulai sejak 1885.
Pada Minggu (21/6) waktu setempat, suhu di kota Verkhiyansk dilaporkan mencapai angka 95,3 F atau sekitar 35,2 C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu tertinggi yang dicapai sehari sebelumnya bukan sekadar kenaikan tunggal.
Temperatur Arktik musim panas yang tinggi telah memengaruhi wilayah tersebut. Kebakaran hutan merajalela, dengan 31 kebakaran saat ini dan telah membumi hanguskan ratusan ribu hektare hutan di Republik Sakha (wilayah yang mencakup Verkhoyansk).
Terkait dengan kejadian ini, pejabat Rusia menyalahkan kebocoran tumpahan minyak dengan kapasitas sekitar 20.000 ton diesel ke sungai Arktik Siberia, yang berpengaruh pada pencairan lapisan es yang menyebabkan kerusakan pada permukaannya.
Kendati hal ini merupakan kabar yang mengejutkan, tetapi sebetulnya telah diprediksi oleh para ilmuwan. Selama bertahun-tahun, suhu rata-rata di Kutub Utara telah meningkat jauh lebih cepat. Sebagian besarnya disebabkan adanya pencairan es laut karena pemanasan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Herlambang Kulonprogo Disiksa Jaringan Scam Saat di Kamboja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- ChatGPT Dianggap Bikin Kim Kardashian Gagal Ujian Hukum
- Jorge Martin Senang Kena Double Long Lap di Valencia 2025
- Pasca Gagal Merger, Nissan-Honda Bahas Kerja Sama di AS
- Trans Jogja ke Wonosari Masih Wacana, Dishub Gunungkidul Dukung
- Farmasi UII Ajak Warga Donolayan Tingkatkan Kesehatan, Begini Caranya
- Islam Makhachev Jadi Juara Welter UFC Usai Kalahkan Della
- Demo Anti Sheinbaum Ricuh, 100 Lebih Luka di Meksiko
Advertisement
Advertisement




