Advertisement

Saat Pandemi, Pengguna Pesawat Jet Pribadi Tetap Ramai

Duwi Setiya Ariyanti
Kamis, 28 Mei 2020 - 14:17 WIB
Sunartono
Saat Pandemi, Pengguna Pesawat Jet Pribadi Tetap Ramai Jet pribadi - Ilustrasi/JIBI Photo

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA— Pandemi virus corona ternyata tak berimbas signifikan sehingga pengguna pesawat jet pribadi tetap ramai.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis (28/5/2020), pandemi virus corona berimbas pada penurunan industri pariwisata sehingga tarif sewa pesawat jet pribadi pun turun 20 persen dibandingkan dengan kondisi normal. Hal itulah yang lantas mendorong para penumpang kelas bisnis pada penerbangan komersial untuk memilih layanan pesawat jet pribadi.

Advertisement

Investor real estat di New Jersey, Amerika Serikat yakni Brenda Marino mengaku kerap menggunakan penerbangan kelas bisnis saat mengunjungi destinasi baru di Eropa. Pastinya, dia menyebut pilihan terbaik selalu diambil dalam hal memilih layanan sewa mobil, pemandu wisata atau hotel saat berpelesir dengan keluarga.

Namun, pandemi membuat pelesiran harus disesuaikan. Dia pun memilih destinasi domestik dan penerbangan dengan pesawat jet pribadi. “Saya tak pernah berpikir tentang penerbangan pribadi karena kami nyaman dengan banyaknya bandara internasional,” katanya.

Dia pun menggunakan layanan tersebut untuk terbang ke properti di pinggir pantai di Florida Selatan dan ke New York dari rumahnya di New Jersey.

Penyelenggara perjalanan di Avenue Two Travel, Meredith Broder menyebut Marino bukanlah satu-satunya konsumen yang memilih penerbangan dengan pesawat jet pribadi. Pasalnya, ketatnya protokol karantina dan kesehatan saat bepergian membuat konsumen enggan menggunakan pesawat komersial.

Menurutnya, saat ini biaya sewa jet pribadi cenderung terjangkau. Sebagai gambaran, untuk perjalanan empat orang dari New York ke Florida Selatan ongkos terbang secara total US$10.000 atau US$2.500 per orang.

Padahal, pada kondisi normal yakni tahun lalu, ongkosnya bisa US$18.000 secara total untuk empat orang. Tarif jet pribadi pun masih lebih mahal dibandingkan dengan ongkos tiket kelas bisnis yakni US$500 untuk pergi dan pulang. Namun, dia menyebut harga akan kembali naik bila permintaan terus menanjak.

“Pelancong paling pintar akan memanggil agen saat ini juga,” katanya.

Adapun, para pelancong memilih destinasi seperti Montana, Wyoming dan Utah yang memiliki resor dan akomodasi berkelas bintang lima.

“Semua orang pergi ke Amerika Barat,” katanya.

Penyelenggara perjalanan lain juga merasakan hal yang sama tentang permintaan penggunaan pesawat jet pribadi.

“Sejak pertengahan Maret kami melihat kenaikan 400 persen hingga 500 persen permintaan menggunakan layanan jet pribadi,” kata Michael Holtz yang bekerja di SmartFlyer.

Dia mendapatkan klien untuk perjalanan singkat dengan tarif US$20.000 hingga US$40.000 untuk perjalanan selama dua jam. Selain itu, tarif ke Arizona dari Selatan California mencapai US$27.000 dari semula hampir US$32.000. Tarif yang lebih rendah pun terjadi untuk perjalanan dari New York ke pesisir pantai Georgia yakni US$28.000 dari semula US$34.000.

Brooke Lavery, co-founder Local Foreigner mengatakan selain tempat populer, tempat terpencil menjadi pilihan agar praktik jarak sosial bisa diterapkan. Dia meyakini bahwa gaya berpelesir dengan pesawat jet pribadi bakal terus bertahan bahkan bila liburan musim panas berakhir.

“Sekali Anda merasakan pilihan yang lebih baik dari apapun, bisa burger atau hotel atau pengalaman terbang sangat mudah untuk merasionalisasikan untuk kesenangan baru terutama atas alasan keselamatan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei

Jogja
| Selasa, 23 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement