Advertisement
Berhenti Selama 4 Bulan, Boeing Kembali Produksi 737 Max

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Boeing Co. telah memulai kembali produksi pesawat jet 737 Max setelah terhenti selama empat bulan.
Produsen pesawat terbang ini bekerja sama dengan regulator AS untuk mengakhiri masa larangan terbang 737 Max yang telah memukul penjualan dan reputasinya.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, Boeing mengatakan produksi Max kembali pada tingkat rendah karena karyawan fokus pada peningkatan kualitas dan perampingan proses perakitan pesawat.
Perusahaan sebelumnya menghentikan pekerjaan di pabrik area Seattle, Amerika Serikat pada Januari tahun ini karena ketidakpastian ketika regulator akan mencabut larangan terbang yang diberlakukan pada Maret 2019 setelah dua kecelakaan menewaskan 346 orang.
Kepala Divisi Komersial Boeing Stan Deal mengatakan kini perusahaan memulai produksi di tiga pusat produksi di pabrik menggunakan proses baru.
"Ketika kami untuk sementara menangguhkan produksi 737 Max, kami membuat keputusan untuk berinvestasi pada orang-orang kami dan pabrik-pabrik kami untuk mendorong peningkatan keamanan, kualitas dan stabilitas produksi," kata Deal, dilansir Bloomberg, Kamis (28/5/2020).
Pabrikan meluncurkan lebih dari selusin inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas pada lini perakitan 737 Max.
Sementara waktu persetujuan peraturan masih dipertanyakan, Boeing mengatakan pihaknya menargetkan 737 Max akan kembali ke pasar pada kuartal ketiga tahun ini. Michael O'Leary, Kepala Ryanair Holdings Plc, mengatakan bahwa model itu akan kembali beroperasi di Amerika Utara pada akhir September atau awal Oktober 2020.
Maskapai penerbangan yang merupakan salah satu pelanggan terbesar Boeing itu mengharapkan untuk menerima pengiriman Max pertamanya pada kuartal keempat.
"Saat ini, fokusnya adalah pada validasi perangkat lunak dan dokumentasi teknis yang diperlukan untuk penerbangan sertifikasi," kata Deal tentang proses pengaturan.
Dia melanjutkan, perusahaan kini menyimpan lebih dari 3.800 unit 737 Max dan menantikan jangka waktu akhir yang ditetapkan regulator agar jet tersebut dapat kembali mengudara.
Namun demikian, Max akan kembali ke pasar yang berubah sangat sejak dilarang terbang. Maskapai yang sebelumnya berteriak-teriak meminta pengiriman pesawat, kini menunda pengiriman akibat efisiensi karena penurunan tajam di tengah pandemi global. Boeing juga perlu merawat pemasok yang terpukul karena kekurangan dan ketidakpastian keuangan.
Spirit AeroSystems Holdings Inc., yang memproduksi sekitar 70 persen perangkat Max, mulai bekerja awal bulan ini. Berdasarkan perjanjian baru-baru ini, pemasok itu akan mengirimkan 125 frame Max ke Boeing tahun ini. Angka itu kurang dari 216 pesawat yang diminta Boeing sebelum wabah virus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

Jalan Trisik Penghubung Jembatan Pandansimo di Kulonprogo Rusak Berat Akibat Truk Tambang
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement