Advertisement
Sistem Kesehatan Lemah, Puncak Pandemi Corona di Negara Miskin Terjadi Beberapa Bulan Mendatang
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menerbitkan temuan terbaru yang salah satunya menyatakan bahwa puncak virus corona di negara miskin akan terjadi dalam tiga hingga enam bulan ke depan.
Dilansir dari CBS News, Jumat (8/5) laporan tersebut merupakan pembaruan dari rencana Amerika Serikat menangani pandemi, termasuk bagian dari World Health Organization (WHO) dan lembaga kemanusiaan lainnya.
Advertisement
Director General WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kemarin berbicara tentang masalah yang dihadapi organisasi internasional dalam respons mereka terhadap pandemi, yakni bahwa di beberapa negara miskin yang pengujiannya tidak tersebar, mungkin ada lebih banyak kasus dari data yang dilaporkan.
“Jumlah kasus di sebagian besar negara dalam Global Humatirarian Response Plan mungkin tampak kecil. Akan tetapi kita tahu bahwa pengawasan, pengujian lab, dan kapasitas sistem kesehatan di negara-negera ini lemah. Karena itu mungkin ada transmisi komunitas yang tidak terdeteksi,” katanya.
Sementara itu, UN Under Secretary General for Humanitarian Affairs, Mark Lowcock, mengatakan bahwa keadaan pandemi yang sulit pada akhirnya dapat berdampak terhadap negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan yang lainnya.
“Apa yang kami lihat sekarang adalah bahwa di banyak negara kaya, jumlah kasus menurun dan itu bagus ketika mereka melintasi puncak pertama epidemi. Tetapi jumlah kasus berkembang cukup cepat sekarang di Afrka, Asia, dan negara miskin di Amerika Latin, serta Timur Tengah,” katanya.
Dia melanjutkan bahwa dengan kemampuan tinggi virus untuk menyebar dengan cepat, jika jumlah kasus tumbuh di negara miskin akan tetapi tinggi maka hal tersebut akan berdampak pada negara Eropa dan Amerika Utara yang bisa menyebabkan fase pandemi lebih lanjut.
Lowcock mengatakan suda ada bencana ekonomi yang terjadi dan bahwa krisis virus corona baru ini dapat memperburuk situasi, baik dalam hal medis maupun ekonomi bagi banyak orang di tingkat dunia atau global.
Sejak awal respons PBB pertama kali telah meluncurkan dana sekitar US$1 miliar pada Maret lalu, tetapi badan kemanusiaan itu sekarang telah meningkatkan nilainya menjadi sekitar US$6,7 miliar mengingat krisis mengerikan yang terjadi di dunia.
Pendanaan ini bertujuan untuk membangun program-program yang telah dibuat untuk menangani pandemi dan masalah ekonomi, pendidikan, dan sanitasi yang terkait. Misalnya membuat jembatan udara untuk kargo medis, mengirim alat pelindung diri, memberikan pelatihan staf kesehatan, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
- Gugatan Sengketa Pilpres, Mahfud MD Serukan Kembalian Maruah MK
- PGI Meminta Agar Kasus Kekerasan di Papua Diusut Tuntas
Advertisement
Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- AHY Sebut Prabowo Minta Demokrat Siapkan Kader Terbaik untuk Duduk di Kabinet
- BMKG Prediksi Cuaca Kota Besar di Indonesia Cenderung Kondusif
- Jembatan di Baltimore AS Ambruk Ditabrak Kapal, Enam Orang Hilang, Kemenlu RI Pastikan Tidak Ada Korban WNI
- Berikan Diskon Tambah Daya di Bulan Ramadan, PLN Dorong Petumbuhan Ekonomi
- Penjelasan Pakar Terkait Keamanan Beragam Jenis Air Minum dalam Kemasan
- Barang Impor Ilegal Senilai Rp9,3 Miliar Dimusnahkan, dari Elektronik hingga Sambal
- 6 Jenazah WNI Korban Kapal Korsel Karam di Jepang Segera Dipulangkan
Advertisement
Advertisement