Advertisement
Membandingkan Rapid Test Corona Indonesia dan Korea
Advertisement
Bisnis.com, JAKARTA - Tes massal uji penularan virus Corona atau Covid-19 di Indonesia diterapkan di berbagai wilayah. Rapid test secara massal yang diterapkan di berbagai tempat di Tanah Air saat ini menggunakan metoda uji sample darah untuk melihat antibodi orang terduga.
Sampel dari bisa diambil dari jari tengah atau urat nadi di lipatan lengan tangan. Simak video pengambilan sampel darah rapid test yang dilakukan Pemkab Bekasi di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang dari Facebook Diskominfo Jawa Barat di bawah ini.
Advertisement
Tes massal dengan metode tes sampel darah tersebut berbeda dengan metode tes yang hailnya menjadi rujukan pemerintah dalam mengumumkan jumlah pasien positif Corona, yang setiap hari bisa disaksikan masyarakat di televisi maupun media sosial dengan menampilkan Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto.
Yang resmi yang dilakukan pemerintah tersebut menggunakan metodr uji sampel lendir hidung atau mulut terduga. Spesimen lendir ini kemudian diuji di laboratirium untuk melacak jejak Virus Corona.
Istilah keren uji lendir tersebut adalah RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction).
Akurasi metode uji RT-PCR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tes antibodi dari darah. Rapid test dengan uji sample antobody di darah sering kali menghasilkan "negatif palsu". Artinya hasil negatif dari rapid test uji antibodi itu belum tentu tepat, karena antibodi munculnya terlambat setelah virus Corona masuk.
Rapid Test di Korsel
Korea Selatan (Korsel) juga melakukan rapid test secara massal untuk mempercepat pemetaan korban Corona. Metode yang dilakukan di Korsel adalah RT-PCR secara massal. Jadi persis seperti yang dilakukan oleh rumah sakit rujukan Corona di Indonesia.
Oleh RS rujukan, Spesimen lendir pasien terlebih dahulu dikirim ke laboratorium dengan VTM (viral transport medium) untuk dianalisis laboratorium.
Nah, Korea Selatan mampu melakukan metode RT-PCR itu secara massal. Bahkan disediakan drive thru untuk mengambil sampel lendir bagi pengedara mobil.
Spesimen lendir itu juga sama-sama dianalisis di laboratorium terdekat. Hasil positif atau negatif dari uji laboratorium itu kemudian disimpan dalam database untuk keperluan penanganan medis.
Saatnya Direvisi
Karena sifatnya massal dan tidak terpusat data yang terjaring pun jauh lebih cepat dan akurasinya terjamin karena menggunakan metode uji spesimen lendir hidung atau mulut.
Jauh berbeda dengan uji antibodi darah yang dilakukan dalam model rapid test ala Indonesia, dengan akurasi yang masih diperdebatkan.
Karena ketika ditemukan hasil negatif ketika pasien dalam kondisi parah, mau tak mau harus diuji ulang dengan RT-PCR melalui sampel lendir di hidung atau mulut.
Erlina Burhan, Dokter Spesialis Paru RS Persahabatan, dalam acara ILC (Indonesia Lawyer Club) di TV One edisi Selasa 24 Maret 2020 mengingatkan, rapid test seperti itu jadinya malah memboroskan biaya.
Dia mengingatkan bawa pemerintah sebenarnya bisa memperbayak rapid test metode RT-PCR secara massal dengan biaya yang relatif lebih murah.
Simak ringkasan penjelasan dokter Erlina tersebut dari Facebook @politiknewsindo berikut ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
Advertisement
Penyair Joko Pinurbo Wafat, Jenazah Disemayamkan di PUKJ Bantul
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Iuran Pariwisata Masuk ke Tiket Pesawat, Ini Kata Menteri Pariwisata
- KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya
- Mobil Mewah Harvey Moeis Disita Kejagung, Kali Ini Ferrari dan Mercy
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Tak Terima Ditegur, Dua WNA Amerika Ini Diduga Aniaya Pecalang di Bali
- Baru Syuting Reality Show, 31 Artis dan Kru Asal Korsel Ini Justru Diperiksa Imigrasi Bali
Advertisement
Advertisement