Advertisement

Cerita Warga Perumahan Pasien Positif Corona: Lawan Stigma Menghakimi dengan Informasi Mencerahkan!

Saeno
Selasa, 17 Maret 2020 - 09:07 WIB
Nina Atmasari
Cerita Warga Perumahan Pasien Positif Corona: Lawan Stigma Menghakimi dengan Informasi Mencerahkan! Pasien Virus Corona Kasus 01 yang dinyatakan sembuh total tengah menerima bingkisan botol berisi jamu ramuan Presiden Joko Widodo. Jamu itu diserahkan oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat melepas kepulangan pasien 01, 02, dan 03 di RSPI Sulianto Saroso, Senin (16/3/2020). - Bisnis/Nyoman Ary Wahyudi

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Kasus Virus Corona atau Covid-19 telah masuk ke Indonesia dan jumlah pasien terus bertambah. Di sisi lain, jumlah pasien sembuh juga meningkat. Penyebaran virus Corona lebih banyak digambarkan dari sisi suram. Lockdown, jumlah pasien dalam pengawasan, jumlah orang dalam pengawasan, suspect, pasien meninggal dan sejenisnya lebih banyak dibicarakan.

Sementara itu, jumlah pasien yang sembuh dan hal-hal yang bisa membuat pasien survive kalah pamor dibandingpasien yang sakit atau tidak selamat.

Advertisement

Itu sebabnya rasa khawatir, ketakutan ditambah stigma harus dialami warga di wilayah pasien positif Corona. Salah satunya di lokasi perumahan tempat Lukman Hakim tinggal.

Lukman Hakim, Sekretaris RT di perumahan yang warganya positif Corona, menyaksikan bagaimana kondisi warga. Semua itu digambarkannya dalam coretan karikatur. Kebetulan, Lukman merupakan seorang kartunis.

Sejak pengumuman dua pasien dinyatakan positif Corona hingga munculnya pernyataan untuk mengisolasi perumahan itu digambarkan Lukman secara karikatural, diselipi protes dengan komentar bernada cukup keras.

"Kartun itu mungkin pendapat saya pribadi, tapi pas saya bikin kartun/komik itu, saya share di FB, IG saya, juga WA Group warga banyak yang lebih mudah melihatnya dalam bahasa visual ketimbang tulisan," ujar Lukman.

Lukman tentu tak sendirian membangkitkan semangat warga. Di perumahan tersebut juga ada Aktivis HAM dan pendiri Buruh Migrant Anis Hidayah. 

"Mbak Anis itu istrinya Mas Teguh, Ketua RT. Mbak Anis paling vokal menyuarakan ketidaksukaan kami dengan kebijakan pemerintah atas komplek kami. Sepertinya pemerintah juga belajar dari kasus di komplek SAI atas komunikasi publik pejabat yang memang sangat buruk dalam hal pemberitaan ke media," papar Lukman.

Jika Anis Hidayah gigih dan tak takut berbicara keras secara langsung, Lukman memilih media karikatur sebagai alat ungkap. 

Selain Lukman dan Anis, warga lain di perumahan itu juga saling menguatkan, 

Tak sampai di situ, sejumlah orang di luar kompleks perumahan pun banyak yang bertanya soal kondisi di perumahan itu. Mereka dirasakan Lukman memberikan perhatian dan support, bukan cercaan atau stigma seperti yang mereka alami terkait Corona.

Virolog atau ahli virus Mohammad Indro Cahyono adalah salah satu orang yang memberikan support terhadap warga perumahan tempat Lukman berada. Kebetulan Indro dan Lukman adalah sahabat lama.

Indro yang tinggal di luar Jakarta itu pun  memutuskan untuk datang ke perumahan tempat Lukman tinggal.

"Kedatangan Indro itu membantu banget buat menenangkan warga dan menganggap Corona hal yang tidak perlu ditakutkan," ujar Lukman.

Indro mengaku punya alasan kuat mengapa dirinya sampai datang ke perumahan tempat Lukman tinggal.

"Profesi saya adalah virolog dan dokter hewa. Sebagai virolog yang sudah menangani puluhan jenis virus dan wabah penyakit sebelumnya, saya faham setiap sifat virus-virus yg saya hadapi. Saya tidak memandang virus CoVid19 seberbahaya yang orang lain lihat, saya mempelajari sifat, cara kerja, penyebaran, penularan, reaksi tubuh dan sistem kekebalan, serta pathogenensis (perjalanan penyakit)," ujar Indro.

Menurut Indro virus CoVid19 atau lazim ditulis COVID-19 tidak mengerikan.

"Masalah utama dari wabah CoVid19 adalah ketidaktahuan dan kepanikan. Hal ini tampak di kompleks SAI, warga, suspect, pasien (positif), semua dalam kondisi sehat tapi mengalami intimidasi oleh banyak pihak di luar komplek SAI akibat kepanikan dan ketakutan akan penularan CoVid19," ujar Indro.

Menurut Indro tidak ada tindakan yang lebih tepat selain langsung menenangkan rakyat, langsung di pusat outbreak site pertama yakni komplek SAI, tempat Lukman tinggal..

Indro menyebut respons warga luar biasa baik. "Kami datang saat warga terpuruk akibat intimidasi berbasis ketakutan berlebihan di sekolah, kantor, rakyat di luar kompleks perumahan. Bahkan beberapa pihak menginginkan lockdown perumahan, semua karena halusinasi analogi CoVid19 sama dengan mati," ujarnya.

Padahal, lanjut Indro, fakta yang ada menunjukkan bahwa seluruh warga kompleks SAI sehat.

"Dengan datang, belajar bersama tanpa panik, tanpa baju astronot, kita bisa menenangkan warga. Dengan belajar bersama maka kita membuka wawasan sehingga paham apa yang dihadapi dan enggak akan panik," tutur Indro yang memandang penting upaya untuk mengalahkan kepanikan dan ketakutan.

"Logika mengalahkan kepanikan, pengetahuan mengalahkan ketakutan. Perang terhadap CoVid19 bukan perang melawan virus, tapi perang melawan kepanikan dan ketidaktahuan," tegas Indro.

Kekompakan Warga 

Lukman membantah jika kasus Corona yang membuat warga menjadi kompak. "Sebenernya enggak gitu juga. Dari dulu kami sudah guyub lho di kompleks. Cuma ada pejabat yang bilang kalau komplek kami eksklusif. Ya, kami marah. Lah, sesama tetangga, kami saling mengenal satu sama lain kok," sergah Lukman..

"Bahkan, hari ini, ini hari kerja lho, ada warga yang meninggal,, rame warga nganter sampe ke pemakaman. Ini bukti kalo kami di kompleks udah guyub dari dulu. Bukan karena Corona kami jadi bersatu," ujar Lukman kepada Bisnis.com, jaringan Harianjogja.com, Jumat (13/3/2020).

Warga pun merancang agenda untuk berkumpuil pada hari Minggu (15/3/2020), sekalian senam bersama. "Ngumpul aja. Kalo Minggu kemarin, kan, banyak dari pihak luarnya, kalo Minggu ini buat warga saja," tutur Lukman.

Pesan Sehat dari Pasien 02

Tiga pasien COVID-19 dengan kode kasus 01,0 2 dan 03 telah dinyatakan sembuh, Mereka pun berpesan agar seluruh masyarakat Indonesia tidak panik menghadapi Covid-19.

Pasien 02 mengatakan virus itu dapat diatasi dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga pola hidup sehat.

“Jadi kita punya kekuatan untuk menyembuhkan, asalkan, kita disiplin minum air putih, istirahat yang benar, dan laksanakan pola hidup bersih dengan rajin cuci tangan,” kata dia saat memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Senin (16/3/2020).

Ia meminta masyarakat menjalankan anjuran pemerintah untuk mengurangi interaksi sosial selama wabah Covid-19 berlangsung. Hal itu, menurutnya, dapat mengurangi potensi penyebaran virus kepada masyarakat yang lebih luas. Apalagi, ia menambahkan, infeksi yang dialaminya tidak memiliki gejala-gejala klinis tertentu.

“Itu sebenarnya lebih berbahaya karena kita melakukan aktivitas seperti biasa dan bisa menularkan ke orang yang daya tahan tubuh dan kesehatannya lebih lemah dari kita,” kata dia.

Jangan Menghakimi

Stigma atau penghakiman dirasakan sebagai hal yang memberatkan pasien positif Corona. Hal itu disampaikan Pasien berkode 01 yang sudah dinyatakan sembuh. Dia mengaku  profesinya sebagai penari merasa dihujat.

Hal itu disampaikan Pasein 01 dalam peryantaan resmi bersama-sama dengam Pasien 02 (ibunya) dan Pasien 03, Senin (16/3/2020).

"Seminggu saya menangis terus di rumah sakit karena saya tahu yang dibicarakan media dan orang-orang yang memberitakan saya dan ibu saya,"  ujarnya, Senin.

Salah satu yang membuat pasien 01 sedih adalah karena profesinya sebagai penari dikait-kaitkan sebagai penyebab penularan Corona.

"Itu menyerang profesi kami sebagai penari, penggiat seni, dan pejuang budaya. Selama hidup kami satu keluarga kami selalu berbuat untuk Indonesia daam hal seni budaya," ujarnya.

Dari pengelaman sejak tertular hingga dinyatakan sembuh total, Pasien 01 itu berpesan agar masyarakat jangan menghukum secara sosial pasien Corona.

"Virus Corona tak memandang ras dan profesi apa pun," ujarnya terbata-bata.

Dia mengingatkan penghakiman masyarakat membuat korban Corona mengalami dua penderitaan sekaligus.

"Untuk orang-orang di luar, jangan menghakimi orang menderita Covid-19 karena pasien menjadi korban 2 kali," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Baliho Menjamur di Jalanan Sleman, Lurah Banyurejo Siap Maju di Pilkada 2024

Sleman
| Jum'at, 19 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement