Advertisement

Soal Pemulangan WNI Eks ISI, Buya Syafii Maarif : Repot, Mereka Itu Sudah Dicuci Otaknya

Newswire
Senin, 10 Februari 2020 - 22:17 WIB
Bhekti Suryani
Soal Pemulangan WNI Eks ISI, Buya Syafii Maarif : Repot, Mereka Itu Sudah Dicuci Otaknya Buya Syafii Maarif (memegang poster) bersama Pantarlih, KPU Sleman dan KPU DIY berfoto setelah melakulan pencocokan dan penelitian (coklit) di rumah Buya Syafii Maarif Jalan Halmahera, Dusun Nogotirto, Desa Trihargo, Gamping, Selasa (17/4/2018). - Harian Jogja/Fahmi Ahmad Burhan

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Wacana pemerintah memulangkan ratusan WNI kombatan ISIS menuai berbagai pandangan.

Buya Syafii Maarif angkat bicara terkait wacana pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia. Buya menyebut wacana ini serba repot karena para WNI ini sudah dicuci otaknya.

Advertisement

"Memang serba repot ya, serba repot. Mereka ini kan sudah dicuci otaknya oleh ISIS itu. Saya tidak tahu hidup mereka di sana, saya tidak tahu. Suriah, Irak itu negara yang sedang kacau. Perang saudara mengamuk. Agama jadi alasan untuk ikut ke sana, itu alasan agama yang sama sekali tidak punya dasar," ujar Buya kepada wartawan saat ditemui di masjid dekat rumahnya di Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman, Senin (10/2/2020).

Pemerintah, kata Buya, harus mempelajari rencana pemulangan itu. Sebab menurutnya rencana itu sulit teralisasi. Buya juga meminta agar negara bisa menjamin karantina untuk eks simpatisan ISIS itu.

"Sekarang tentang pemulangan mereka memang sulit. Sebagian dari mereka mungkin sudah merobek-robek paspor. Saya rasa ini harus dipelajari betul apkah pemerintah, negara bisa menjamin atau membuat karantina untuk mereka," jelas Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Buya menjelaskan, apa yang terjadi kepada eks simpatisan ISIS itu lantaran pilihan mereka sendiri. Risikonya, kata Buya, bisa menjadi warga yang tidak memiliki kewarganegaraan.

"Kalau tidak, ya jadi warga negara yang tidak punya negara. Itu pilihan mereka masalahnya. Pilihan mereka, tidak minta izin kepada negara, pemerintah dan di sana saya rasa nggak melapor ke kedutaan kita (Indonesia)," kata Buya.

"Kalau misi kemanusiaan, memang susah mempertimbangkan, apakah mereka masih tetap punya ideologi itu, nanti kalau di Indonesia ngacau lagi kan jadi persoalan besar," lanjutnya.

Oleh karenanya, dia kembali mengingatkan kepada pemerintah Indonesia agar berhati-hati. Pemerintah juga perlu mengkaji ulang.

"Bagi saya, pemerintah harus berhati-hati, harus dikaji betul. Dikumpulkan BNPT, BIN, kumpulkan semua untuk memutuskan apakah mereka mau dipulangkan. Atau mungkin mereka nggak mau pulang, kita nggak tahu juga. Kalau tidak mau pulang, itu hak manusia," tegasnya.

Buya melihat banyak dampak yang bisa terjadi jika eks ISIS ini kembali ke Indonesia. Selain keamanan, juga faktor sosial di masyarakat.

"Dampaknya? Dampak keamanan, dan juga sikap masyarakat terhadap mereka. Apa masyarakat mau menerima mereka atau tidak. Kalau yang dari China ada Corona aja seperti itu, apalagi ini menyangkut ideologi," ungkapnya.

Selama ini, pemerintah sudah melakukan deradikalisasi terhadap mantan kombatan ISIS. Menurutnya, tidak semua proses deradikalisasi itu berhasil lantaran sudah menyangkut ranah teologi.

"Itu kan sudah (deradikalisasi). Ada yang berhasil, tapi ada yang nggak bisa berhasil. Kalau sudah terpapar itu memang sulit sekali. Semestinya mereka sudah melihat di sana (Timur Tengah), ternyata bukan surga (yang didapat). (Tapi) neraka. Semestinya mereka insyaf dong. Tapi kadang-kadang kalau sudah kehendak Tuhan, masuk ke ranah teologi, teologi itu yang mematikan akal sehat," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Detik.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Netralitas ASN dalam Pilkada Sleman 2024 Bakal Diawasi Ketat

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 12:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement