Advertisement
Indonesia Diminta Waspada, Kematian Soleimani Diprediksi Bangkitkan Sel Tidur ISIS dan Al-Qaeda
Qassem Soleimani - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta mewaspadai kebangkitan kelompok teroris yang terafiliasi dengan Al Qaeda dan ISIS setelah kematian pejabat militer Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani beberapa waktu lalu.
Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengatakan Soleimani merupakan sosok yang dikenal karena memberantas terorisme termasuk Al-Qaeda dan ISIS.
Advertisement
Menurutnya, kematian Soleimani menjadi angin segar bagi kelompok teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda. Peristiwa itu dapat membangitkan sel tidur afiliasi dua kelompok itu, termasuk di Indonesia.
“Karena ada peluang momentum kebangkitan di Timur Tengah yang tentu akan berdampak juga kepada afiliasinya di Indonesia,” kata Stanislaus Riyanta kepada Bisnis, Jumat (10/1/2020).
Kelompok di Indonesia yang diduga terafiliasi dengan ISIS adalah Jamaah Ansharut Daulah atau JAD. Kelompok ini diyakini melakukan aksi lebih ekstrem dibandingkan dengan Jamaah Islamiyah atau JI yang terafiliasi dengan Al-Qaeda. JAD dalam aksinya acap menyasar aparat atau pun pejabat tinggi di pemerintahan.
Stanislaus menyebut, pemerintah mesti melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi adanya ancaman tersebut.
“Pemerintah perlu menyiapkan skenario-skenario untuk penyelamatan WNI yang berada di Timur Tengah karena jumlahnya cukup banyak. Dampak langsung terkait ketegangan tersebut di Indonesia hampir tidak ada,” terangnya.
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menyebut ada sekitar 6.000 Warga Negara Indonesia teridentifikasi sebagai teroris lintas batas di luar negeri. Para foreign terorrist fighter (FTF) ini tersebar di sejumlah negara termasuk di Timur Tengah.
“Dari [negara] Suriah kita punya 187 [Warga Negara Indonesia]. Lebih dari 6.000 warga kita di luar negeri sekarang teridentifikasi [FTF],” kata Mahfud di Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Dia menyebut para teroris lintas batas ini akan dipulangkan. Namun skema pemulangan masih akan dipikirkan oleh pemerintah. Pemulangan nantinya tidak akan membahayakan keamanan dalam negeri.
“Di berbagai negara itukan harus dibicarakan bagaimana pemulangannya kalau dipulangkan berbahaya atau tidak dan sebagainya. Nah itu misalnya kerja sama laut,” katanya.
Pemerintah juga melakukan kerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk pemulangan para teroris tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
- 46.207 Penumpang Tinggalkan Jakarta dengan Kereta Api Hari Ini
- Ratusan Warga Terdampak Banjir Bandang Kalimantan Selatan
- Kunjungan ke IKN Tembus 36.700 Orang saat Libur Natal 2025
- Kim Jong Un Dorong Produksi Rudal dan Amunisi Korut Diperkuat
Advertisement
Polres Bantul Tak Larang Kembang Api di Malam Tahun Baru
Advertisement
Inggris Terbitkan Travel Warning Terbaru, Indonesia Masuk Daftar
Advertisement
Berita Populer
- Isu Longsor Tekan Kunjungan Desa Wisata Menoreh Saat Nataru
- Buruh Sleman Nilai UMK 2026 Tak Layak, Tuntut KHL Rp4,6 Juta
- Arema FC Lepas Brandon Scheunemann di Bursa Transfer Paruh Musim
- Persija vs Bhayangkara: Ujian Strategi Tanpa Mauricio Souza
- Gus Yahya: Persoalan Internal PBNU Sudah Selesai
- Rusia Tegaskan Dukungan Penuh ke China soal Taiwan
- Jadwal Lengkap KA Bandara YIA-Tugu Jogja Senin 29 Desember 2025
Advertisement
Advertisement



