Advertisement

Generasi Milenial yang Akan Menghuni Ibu Kota Baru Diprediksi Memiliki Kultur Lokal dan Agamis

Aprianus Doni Tolok
Kamis, 05 Desember 2019 - 10:37 WIB
Nina Atmasari
Generasi Milenial yang Akan Menghuni Ibu Kota Baru Diprediksi Memiliki Kultur Lokal dan Agamis Foto aerial bekas tambang batu bara di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8/2019). Kementerian LHK akan memperbaiki lubang-lubang bekas tambang di kawasan calon ibu kota negara baru. - ANTARA/Akbar Nugroho Gumay.

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Pemerintah akan memindah ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Para milenial yang nantinya menghuni ibu kota negara baru diprediksi cenderung memiliki idealisme seperti generasi Alpha yang kembali lagi mengangkat kultur lokal dan agamis.

Penulis buku Generasi Phi Muhammad Faisal mengatakan bahwa generasi itu bersifat siklus atau bukan linier. Artinya, dalam beberapa periode generasi akan kembali ke akar atau generasi pertama.

Advertisement

"Jadi menciptakan ibu kota baru sebetulnya kita tengah mengembalikan cara berpikir dan bertindak menjadi generasi pertama," ujarnya sebagai pembicara di acara Focussed Group Discussion 5 Perencanaan dan Perancangan Kawasan Ibu Kota Negara (IKN), Rabu (4/12/2019).

Selain itu, Faisal juga memaparkan bahwa sejatinya pembabakan generasi dipengaruhi oleh momentum atau critical moment dalam sejarah atau sesuai dengan peneliti generasi muda Neil Howe dan William Strauss.

"Pembatasan antara satu generasi dan generasi lain adalah peristiwa politik," ujarnya.

Pasalnya, miskonsepsi kerap terjadi terkait dengan definisi generasi milenial. Banyak orang beranggapan bahwa milenial dikaitkan generasi yang fasih memanfaatkan teknologi canggih dalam kehidupannya atau banyak berhubungan dengan dunia digital.

Dalam paparannya, Faisal mengatakan bahwa generasi Alpha yang hidup pada awal 1900, mengalami saat kritis yakni politik etis dan terpapar berbagai pandangan dunia melalui pendidikan. Mereka pun suka berkomunitas dan terwujud melalui kongres Sumpah Pemuda.

Generasi yang akan mengisi ibu kota negara pun juga dinilainya mulai kembali ke agama, idealisme, dan kultur lokal.

Artinya, ketika generasi muda di negara lain makin mengarah ke kebudayaan lokal, generasi muda Indonesia justru makin peka dengan kearifan lokal dan mempunyai idealisme tersendiri dalam pengejawantahannya.

Penilaian Faisal tersebut ternyata terdukung oleh paparan pembicara lain dalam acara yang sama yakni Duta Wisata Jakarta Kemala Fabrian.

Perempuan dari generasi milenial yang akrab disapa Lala ini menyampaikan bahwa desain ibu kota negara harus menerapkan perpaduan unsur modern dan tradisional.

"Kecenderungan membangun kota baru itu segalanya harus modern. Akan sangat sayang jika tidak ada unsur etnik atau budaya yang membedakan IKN Indonesia dengan kota-kota modern lainnya," ujarnya.

Pernyataan tersebut mengindikasikan ada kebanggaan pada identitas lokal yang tertanam pada generasi milenial saat ini.

Selain itu, Lala juga menginginkan agar ibu kota negara harus memiliki aksesibilitas yang mumpuni, salah satunya melalui jaringan transportasi yang terintegrasi.

Kemudian, area hijau, ruang-ruang publik yang ramah anak dan keluarga pun menjadi catatan yang baik untuk masuk dalam rancangan desain ibu kota baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

12 Kampung Jadi Kampung Panca Tertib Tahun Ini

Jogja
| Selasa, 19 Maret 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement