Advertisement
Kabut Asap Selimuti DIY di Pagi Hari, Ini Penjelasan BMKG

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Beberapa hari terakhir, wilayah DIY terselimuti kabut saat pagi. BMKG Staklim Mlati Yogyakarta menyatakan fenomena itu disebut kabut radiasi. Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar terjadi saat musim kemarau.
Prakirawan Cuaca BMKG Staklim Mlati, Emmy Purnasholiha, mengatakan kabut tersebut disebabkan adanya pelepasan radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi ke angkasa pada malam hari.
Advertisement
"Saat kemarau seperti sekarang, awan hanya sedikit sehingga pelepasan gelombang relatif lebih banyak. Akibatnya, suhu permukaan bumi lebih cepat dingin," kata Emmy, Rabu (14/8/2019).
Pendinginan tersebut berimbas udara di dekat permukaan bumi mengalami pembekuan hingga dibawah titik beku. Keadaan itu yang menyebabkan timbulnya kabut radiasi.
"Dari pantauan visual kami, kabut ada muncul sejak dua hari lalu. Ini fenomena yang wajar di musim kemarau, dan tidak berdampak bagi kesehatan," katanya.
Kabut itu, lanjut Emmy, dinyatakan tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun demikian, masyarakat terutama pengendara diimbau agar lebih berhati-hati karena jarak pandang yang pendek. Kabut radiasi terbentuk pada dini hari sampai pagi, dan akan hilang dengan sendirinya seiring pemanasan pada siang hari.
Kabut cenderung terjadi di dataran tinggi lantaran suhunya lebih dingin. Saat ini suhu di wilayah DIY terpantau berkisar 20-30 derajat Celcius. "Selama kemarau, kabut radiasi berpotensi terjadi. Itu tergantung keberadaan awan," imbuhnya.
Musim kemarau di DIY diprediksi mencapai puncak pada bulan Agustus. Kemarau masih akan berlangsung sampai September.
Penjelasan dari BMKG itu sekaligus menjawab keresahan masyarakat yang mengira fenomena kabut tersebut merupakan dampak dari aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Sebelumnya, pada Rabu (14/8/2019) pukul 04.52, Gunung Merapi sempat terekam meluncurkan awan panas sejauh 950 meter ke arah hulu Kali Gendol.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, Merapi sampai saat ini tidak mengalami kenaikan aktivitas yang signifikan.
Rekomendasi yang diberikan pun masih sama yakni tidak ada aktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jateng Alami Inflasi 2,2 Persen Juni 2025, Tertinggi Sejak LIma Bulan Terakhir
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
Advertisement

Tol Jogja-Solo Segmen Klaten-Prambanan Dibuka Gratis Mulai Besok, Tetap Harus Tempel Kartu
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Pakar Hukum Sebut Revisi UU Pemilu Wajib Memasukkan Putusan MK
- Suap ke Mbak Ita Demi Mendapat Proyek, Ketua Gapensi Semarang Dituntut 5 Tahun Penjara
- Kementerian Hukum Tegaskan Pembayaran Royalti Jadi Tanggung Jawab Penyelenggara Acara, Bukan Penyanyi
- Kementrans Berjanji Tuntaskan Penerbitan SHM 129.553 Bidang Lahan Transmigran
- Presiden Prabowo Subianto Sebut Wisma Danantara Indonesia sebagai Rumah Besar Investasi
- Bobby Nasution Siap Diperiksa Terkait Korupsi di Dinas PUPR Sumut, Begini Respons KPK
- Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement
Advertisement