Advertisement

Promo November

Pencemaran Udara di Jakarta Berdampak Perubahan Iklim

Newswire
Kamis, 25 Juli 2019 - 06:17 WIB
Sunartono
Pencemaran Udara di Jakarta Berdampak Perubahan Iklim Ilustrasi Warga Dusun Karangnongko, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, membentangkan spanduk bernada protes saat mendatangi Kantor DLH Bantul, Senin (15/7/2019). - Harian Jogja/Kiki Luqmanul Hakim

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA--Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal, Ahmad Safrudin, mengatakan kabut polusi yang mencemari udara di langit Jakarta turut berdampak terhadap perubahan iklim.

"Dampak ini cukup besar dari sektor transportasi," kata Ahmad Safrudin di Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Advertisement

Dia mengungkapkan parameter pencemaran karbon monoksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menggerakkan kendaraan bermotor sebesar 84%, domestik 12% dan industri 4%.

Karbon monoksida terbentuk akibat proses pembakaran yang tidak sempurna. Gas ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terjadinya efek rumah kaca yang berdampak terhadap perubahan iklim.

Di Jakarta, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan bensin untuk kendaraan bermotor sekitar 18 juta - 20 juta kiloliter per tahun. "Emisi gas rumah kaca terkait perubahan iklim sekitar 50 juta ton karbon monoksida, sementara angka nasional sekitar 173 juta ton dari sektor transportasi per tahun," katanya.

Ahmad mengungkapkan bahwa emisi karbon monoksida yang ada di langit Jakarta dapat memperbesar gas rumah kaca, meningkatkan suhu rata-rata permukaan yang ujungnya menyebabkan perubahan iklim.

Kondisi perubahan iklim yang terjadi akibat percemaran udara itu merujuk pada perubahan keadaan rata-rata iklim secara signifikan dalam hitungan periode panjang.

"Untuk mengatasi pencemaran udara Jakarta, maka perlu menerapkan pengendalian emisi sektor transportasi dengan konversi bahan bakar gas (BBG)," ujarnya.

Konversi bahan bakar minyak menjadi gas, lanjut Ahmad, dapat menurunkan partikel polusi di udara hingga 90 persen dan membuat langit Jakarta lebih bersih.

"Ada tiga parameter yang hilang [menggunakan bahan bakar gas], yaitu sulfur dioksida, PM 10 dan PM 2,5 bahkan karbon monoksida," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja

Jogja
| Sabtu, 23 November 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement