Advertisement

Gerakan Kesehatan Reproduksi Inklusif Butuh Energi Pemuda

Laila Rochmatin
Rabu, 17 Juli 2019 - 20:22 WIB
Budi Cahyana
Gerakan Kesehatan Reproduksi Inklusif Butuh Energi Pemuda Salah seorang pemateri menyampaikan makalah di National Youth Camp SRHR Inclusion, Selasa (16/7/2019) di Kawasan Wisata Embung Kaliaji, Turi, Sleman. - Harian Jogja/Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Gerakan kesehatan reproduksi yang inklusif harus menempatkan pemuda sebagai leader. Strategi ini bertujuan untuk melahirkan generasi muda sebagai penerus dalam menyuarakan isu yang selama ini masih terpinggirkan, yakni melibatkan penyandang disabilitas di dalamnya. Hal ini disampaikan Nurul Sa’adah, Direktur Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (SAPDA) saat membuka acara National Youth Camp SRHR Inclusion, Selasa (16/7/2019) di Kawasan Wisata Embung Kaliaji, Turi, Sleman.

“Kami dari generasi tua yang akan mengikuti dan memberikan support. Ketika menyuarakan hak-hak difabel, tentang inklusi, layanan yang bisa menjangkau itu adalah remaja. Mari dipikirkan bersama bagaimana membuat gerakan yang berbasis generasi muda, khususnya kesehatan reproduksi yang inklusif,” kata Nurul.

Advertisement

Acara perkemahan nasional yang melibatkan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia ini berlangsung hingga Rabu (18/7) dengan agenda utama menumbuhkan gerakan remaja disabilitas dan remaja tanpa disabilitas dalam menyuarakan isu kesehatan reproduksi.

“Di DIY masih perlu dikembangkan layanan kesehatan untuk disabilitas dan tidak disabilitas. Angka kelahiran usia remaja di DIY juga meningkat. Salah satunya karena pelecehan seksual bagi disabilitas,” kata Sutarti, dari Bapel Jamekesos mewakili Pemprov DIY.

Sutarti juga menambahkan dalam memberikan pelayanan diperlukan intervensi sejak remaja. Hal ini berdasarkan temuan Pemprov DIY pada 2017 yang menyebutkan ada 725 kasus kelahiran pada usia remaja, termasuk di antaranya disabilitas.

Hal ini yang membutuhkan kesadaran dari berbagai pihak dalam upaya mendorong edukasi dan sosialisasi terkait kesehatan reproduksi.

Salah satu pemateri dari Sapda, Sholih Muhdlor menekankan pemerintah Indonesia sudah memiliki roadmap layanan kesehatan yang inklusif bagi disabilitas. Namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Salah satunya adalah isu kesehatan reproduksi yang cenderung masih timpang dan menciptakan gap cukup jauh antara remaja disabiitas dan remaja tanpa disabilitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ganjar Tidak Mendapat Undangan Penetapan Presiden dan Wapres Terpilih 2024 Hari Ini

Sleman
| Rabu, 24 April 2024, 09:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement