Advertisement

Di Solo, Sampah Rp6.000 Bisa Ditukar 0,01 Gram Emas

Ratih Kartika
Selasa, 02 April 2019 - 14:47 WIB
Budi Cahyana
Di Solo, Sampah Rp6.000 Bisa Ditukar 0,01 Gram Emas Peluncuran Program The Gade Clean and Gold di Kampung Kitiran RT 002/ RW 008, Yosoroto, Purwosari, Laweyan, Solo, Senin (1/4/2019). - JIBI/Solopos/Sunaryo Haryo Bayu

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO—Program bank sampah sudah banyak bergulir di berbagai daerah. Program yang berjalan di Kelurahan Purwosari, Laweyan, Solo, Jawa Tengah bisa menjadi teladan karena bisa mengubah sampah menjadi emas. Berikut laporan wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia Ratih Kartika.

Begitu tamu undangan selesai mencatatkan nama mereka di buku tamu, sebuah bingkisan dan 10 kertas berbentuk kitiran dibagikan. Kertas tersebut dapat ditukarkan dengan makanan tradisional yang disediakan panitia. Salah satu agenda itu masuk rangkaian peluncuran Program The Gade Clean and Gold di Kampung Kitiran RT 002/ RW 008, Yosoroto, Purwosari, Laweyan, Solo, Senin (1/4/2019).

Advertisement

Program tersebut adalah sampah-sampah yang biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) ataupun didaur ulang di bank sampah kini bisa ditukarkan dengan emas. Kampung Kitiran RT 002/RW 008, Yosoroto, Purwosari, bekerja sama dengan Pegadaian meluncurkan program tersebut agar sampah menjadi emas.

Deputi Bisnis PT Pegadaian (Persero) Area Solo, M. Choyin, menjelaskan sampah selama ini menjadi permasalahan utama, baik di kota maupun desa. Sampah-sampah tersebut bisa menyebabkan banjir maupun tanah longsor. Sehingga perlu mendidik masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

”Sebagai contoh di wilayah Jakarta yang sudah mengubah sampah dan dimanfaatkan. Kami mengajak kerja sama agar masyarakat juga terdidik. Makanya kebijakan direksi setiap area dapat merubah sampah menjadi emas," ujar Choyin kepada wartawan seusai peluncuran Program The Gade Clean and Gold.

Pegadaian yang menurut masyarakat hanya tempat untuk menggadai, sekarang hadir di masyarakat juga dengan sampah yang mulai sedikit dikurangi, bermanfaat dan dapat dijadikan uang. ”Pegadaian ke depan akan lebih banyak bermanfaat di masyarakat. Masyarakat butuh kendaraan bisa lewat pegadaian. Tapi sekarang, tidak sekadar orang butuh saja, tetapi bisa investasi. Bank sampah bisa menjadi inspirasi dengan mengajak kerja sama, menabung sampah menjadi emas," jelas Choyin.

Saat dahulu arisan berupa fisik, uang, sekarang ini didekatkan lagi dengan tabungan sampah yang dapat diinvestasikan dengan logam mulia. Emas tersebut bisa juga digunakan naik haji. Atau untuk tabungan masa depan anak. Bermodal tabungan sampah yang bisa dibuka di Pegadaian, uang Rp6.000 dapat ditukarkan dengan 0,01 gram emas. Untuk harga 1 gr emas sejumlah Rp600.000.

”Jadi dari sampah-sampah yang dikumpulkan dan menjadi tabungan itu dapat disetorkan ke bank sampah, karena di sini [Kampung Yosoroto] sudah ada koordinatornya. Kenapa dikumpulkan di koordinator, karena untuk membangun tempat tidak ada tempat lagi. Ini di Solo baru Kampung Yosoroto yang sudah membuka tabungan emas. Paling tidak nanti sekiranya 5-6 bulan sudah bisa terkumpulkan menjadi 1 gram emas," jelas Choyin.

Ketua RT 002/ RW 008, Kampung Yosoroto, Kelurahan Purwosari, Moh. Zaenal Ali, mengaku adanya kerja sama tersebut dapat menjalin hubungan yang baik. Agar kampung tersebut menjadi contoh bagi daerah lain. Ide mengenai terciptanya bank sampah juga melalui sosialisasi dan hambatan yang cukup sulit.

Setelah berhasil mendirikan dan menggiatkan bank sampah, kemudian pelatihan-pelatihan mulai dilakukan di wilayah, kelurahan, maupun propinsi lain. ”Sampah dapat menjadi berkah, rupiah, pupuk, dan semua hasil dari sampah bisa menjadi berkah. Penyemangat ataupun menarik minat pada teman-teman terkait usaha persampahan, baik bank sampah di wilayah lain di kota kita [Solo] dan wilayah lainnya. Sampah menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan dengan sampah apabila berhasil mengolah dengan baik dan benar," jelas Zaenal.

Koordinator Bank Sampah Kitiran Emas, Denok Marty Astuti, mengatakan bank sampah di tempat tersebut buka setiap dua pekan sekali. Setiap buka sampah sekitar 600 kg-800 kg dari 50 kepala keluarga (KK) yang disetorkan ke bank sampah untuk menjadi uang. Setiap satu penyetor bisa menghasilkan Rp600.000-Rp1.000.000. Dengan bantuan dari generasi milenial yang tergabung dalam karang taruna yang akan membantu proses kerja bank sampah.

”Berawal pada 16 Agustus 2017 kami komitmen untuk bank sampah. Kami juga mengajari anak anak milenial untuk bekerja di bank sampah. Makanya ada banyak karang taruna. Setelah kumpul langsung bawa ke pengepul dan berakhir di pabrik daur ulang. Yang bisa digunakan masuk bank sampah, yang tidak bisa digunakan masuk ke pengepul," ujar Denok.

Ketua Barisan Pemuda Karangturi (BPK) Pajang, RT 004/ RW 007, Nur Indah, mengaku cukup tertarik dengan sampah yang dapat ditukarkan dengan emas. Padahal biasanya sampah hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan kegiatan tersebut sampah bisa menjadi emas.

”Insyaallah kami juga akan berusaha untuk bisa menukarkan sampah menjadi emas. Kami juga tertarik dengan kegiatan itu. Karena saat ini bank sampah di tempat kami setelah selesai dikumpulkan bisa ditukarkan dengan sembako," ujar Indah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Terus Jajaki Sejumlah Parpol jelang Pilkada 2024, Heroe Poerwadi Sebut Kantongi Nama Wakil

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 17:07 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement