Advertisement
Guru Tewas di Tangan Murid, Kemendikbud Siapkan Beasiswa untuk Calon Anak Korban
Istri mendiang Ahmad Budi Cahyanto guru SMAN 1 Torjun yang tewas dipukul siswanya sendiri, Sianit Sinta (kanan) menerima kunjungan Pengurus PGRI yang ikut berbelasungkawa di Desa Tanggumung, Sampang, Jawa Timur, Sabtu (3/2). Ahmad Budi Cahyanto tewas dipukuli siswanya sendiri MH saat pelajaran berlangsung, Jumat (1/2)/Antara-Saiful Bahri/pd - 18
Advertisement
Harianjogja.com, MADURA--Penganiayaan yang berujung kematian kembali terjadi. Kali ini seorang guru tewas di tangan muridnya sendiri. Kejadian ini terjadi di Madura. Pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI langsung bertanggung jawab dengan menyiapkan beasiswa untuk calon anak korban.
Kemendikbud menyiapkan bantuan beasiswa kepada calon anak dari almarhum Ahmad Budi Tjahyanto yang meninggal dunia, Kamis (1/2/2019), akibat dianiaya oleh muridnya.
Advertisement
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, beasiswa itu sebagai bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab pemerintah atas pengabdian guru Budi di bidang pendidikan.
Hal itu dituturkannya saat mengunjungi kediaman Ahmad Budi Tjahyanto di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kota Sampang , Madura, Jawa Timur, Sabtu (3/2/2019).
BACA JUGA
"Beasiswa Kemendikbud ini untuk diberikan bagi anaknya kelak. Istri mendiang kini tengah hamil lima bulan. Itu nanti ada mekanisme khusus dalam membantu putra atau putrinya setelah ia besar," kata Hamid seusai takziah di rumah duka di Sampang.
Menurut Dirjen Dikdasmen, pemerintah rencananya memberikan SK pengangkatan PNS istimewa terhadap ayah korban, M Satuman Ashari, yang menjadi guru honorer hampir 20 tahun. Namun, karena terganjal aturan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN), pemerintah hanya bisa menyiapkan beasiswa.
"Tadi malam komunikasi dengan BKN, ternyata aturannya tidak bisa sehingga dialihkan memberikan bantuan beasiswa kepada anaknya," ujarnya.
Hamid mengakui sangat menyesalkan peristiwa meninggalnya guru seni rupa yang dianiaya muridnya itu. Sebab, penganiayaan berujung korban jiwa tak layak terjadi, khususnya di Pulau Madura.
Menurutnya, Madura masih kental dengan budaya dan ajaran tentang siapa yang harus dipatuhi seorang anak, yakni "bhuppa', bhabbu, ghuruh ratoh" (ayah, ibu, guru, raja). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Madura sangat peduli dengan tata krama, termasuk menghormati guru.
"Slogan inilah yang selalu dijadikan sebagai panutan masyarakat Madura sejak dulu, tapi ada pergeseran, seharusnya guru dijunjung tinggi dihormati malah jadi korban jiwa akibat dianiaya siswa," katanya.
Kehadiran Hamid disambut langsung ayah almarhum Budi, yakni M Satuman Ashari. Ia sempat berbincang bersama istri, Sianit Sinta untuk menyampaikan belasungkawa meninggalnya guru seni rupa tersebut.
Kemudian, rombongan Kemendikbud ini menyempatkan doa dan tahlil bersama dengan para anggota PGRI di Madura yang hadir kala itu.
Saat di Sampang, Hamid sempat mengunjungi sekolah tempat almarhum Budi mengajar yaitu di SMA Negeri 1 Torjun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Nelayan Hilang di Gunungkidul, Tim SAR Dikerahkan Cari Korban
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Alumni Santri Krapyak Perkuat Sinergi Ekonomi Lewat Ngobrol Bisnis
- Efisiensi Anggaran, Rapat ASN Kulonprogo Hanya Disuguh Air Putih
- Jual Anak di Bawah Umur, Pria Jakarta Ditangkap Polisi
- Jokowi Bantah Pidatonya Soal QRIS Sama dengan Gibran di KTT G20
- Prabowo Janji Perbaiki Rumah Korban Banjir Bandang Padang Pariaman
- Kunjungan Wisman Turun, Wisata Domestik Tetap Bergeliat
- Kemenkop Kejar 20.000 Gerai Kopdes Operasi Januari 2026
Advertisement
Advertisement



