Advertisement
Serangan ke Jokowi-Ma'ruf Disebut Praktik Politik Daur Ulang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyebut serangan dari kubu paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai praktik politik daur ulang (PPDU). Apa yang ditujukan kepada petahan hanya pengulangan politik fitnah seperti Pilpres 2014 lalu.
"Dari isu, fitnah yang dipakai dan ditujukan ke Pak Jokowi, substansinya tidak beda jauh dengan Tabloid Obor Rakyat sebagai induk semangnya serangan fitnah. Tumpulnya fitnah yang ditujukan ke Pak Jokowi dan Kyai Maruf Amin, melahirkan politik daur ulang. Maka dicari-carilah dokumen digital guna membangun persepsi banyak dukungan," kata Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto dalam keterangan persnya, Jumat (1/2/2019).
Advertisement
Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) itu menuturkan, bagi paslon Jokowi-Ma'ruf Amin, dukungan yang sebenarnya bersumber dari rakyat. Bukan dukungan manipulatif sehingga Jusuf Kalla yang menjadi Ketua Dewan Pembina Tim Kampanye 01 pun diklaim beri dukungan ke mereka hanya karena sebuah foto.
"Ini manipulatif namanya," ujar Hasto.
Dia menambahkan, apa yang dilakukan oleh Tim Kampanye Prabowo-Sandi tersebut tidak akan berhasil. Pasalnya, mereka tidak berkaca dari kegagalan Obor Rakyat tahun 2014.
"Menjadi calon Bupati saja harus kedepankan prestasi dan rekam jejak yang baik; rekam jejak keluarga; prestasi dalam karier apakah mulus atau diberhentikan di tengah jalan; retorika atau kerja; visi misinya dan lain-lain," jelasnya.
"Itu untuk kepala daerah, apalagi menjadi presiden. Maka tidak heran, dengan strategi menyerang dan miskin peradaban tersebut, elektabilitas Prabowo-Sandi selalu berada pada kisaran 25.4 persen sampai 34.6 persen, atau ketinggalan paling tidak 22 persen di bawah Jokowi-KH Maruf Amin", tambah Hasto.
Hasto berharap agar sisa waktu kampanye dapat diisi dengan kontestasi gagasan. "Hal-hal terkait kebijakan fiskal, energi, pangan, peningkatan SDM; Akselerasi penguasaan teknologi, kebijakan industri manufaktur dan lain-lain, program kesehatan dan road map menjadi bangsa pelopor seharusnya dapat menjadi isu yang jauh lebih menarik untuk disampaikan ke publik, daripada memproduksi konten serangan negatif, ataupun politik daur ulang dengan memanipulasi dukungan tokoh," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : okezone.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement