Advertisement
Sosok Kiai Munawwir di Mata Para Tokoh

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ribuan pelayat mengantarkan jenazah Kiai Munawwir Abdul Fatah ke tempat peristirahatan terakhir. Kiai Munawwir adalah salah satu ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) di DIY yang melahirkan banyak santri.
Kesedihan mendalam tidak hanya dirasakan oleh keluarga dan kerabat, tetapi juga santri dan sejumlah tokoh. Kiai Munawwir wafat pada Kamis (27/12/2018) malam, sekitar pukul 19.20 WIB di Rumah Sakit Jogja atau biasa disebut Rumah Sakit Wirosaban. Almarhum sempat dirawat selama enam hari dan dua kali menjalani cuci darah.
Advertisement
Jauh sebelumnya, Kiai Munawwir sudah jatuh sakit pada 2010 dan berobat rutin. Selepas pensiun dari guru, ia justru lebih sibuk di kegiatan sosial. Ia aktif di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bantul, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bantul, ceramah tiap Rabu malam di RRI, dan mengisi pengajian di kampung.
“Bapak jarang mengeluh. Keluarga hanya tahu sakit dari nafsu makannya berkurang dan badannya susut,” ucap Faishol Muslim, salah satu menantu Kiai Munawwir Abdul Fatah.
Pada Sabtu pekan lalu, sebenarnya Kiai Munawwir berencana kontrol saja ke rumah sakit, tetapi dokter langsung merekomendasikan untuk rawat inap.
Kiai Munawwir tidak memiliki pertalian darah dengan keluarga pendiri Pesantren Krapyak, Kiai Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad. Ia anak ketiga dari empat bersaudara, lahir di Jepara 73 tahun lalu.
Munawwir sudah masuk Pesantren Krapyak sejak usia sekolah dasar. Selama di pesantren, ia dekat dengan sesepuh pesantren Krapyak termasuk almarhum Kiai Zaenal Abidin dan keluarga besar Kiai Ali Maksum.
Dari menjadi santri hingga mengajar, bahkan hingga akhir hayatnya, Kiai Munawwir tetap di Krapyak. Saking dekatnya dengan keluarga Yayasan Pesantren Krapyak, dan kontribusinya yang banyak untuk masyarakat, Kiai Munawwir di makamkan di Permakaman Sorowajan, Panggungharjo, Bantul, satu kompleks dengan makam almarhum Kiai Zainal Abidin atau Mbah Zainal.
Selain mengajar santri dan mengisi pengajian di masyarakat, Kiai Munawir juga rajin menulis buku. “Ada puluhan judul buku karya bapak, tentang fikih sehari-hari yang dibutuhkan masyarakat. Ada juga kamus Al-Bisri,” ujar Faishol.
Kamus Al-Bisri merupakan salah satu dari empat kamus yang lahir dari Pesantren Krapyak. Kamus Bahasa Indonesia-Arab dan Arab-Indonesia itu disusun Kiai Munawir Abdul Fatah bersama Adib Bisry, putra Kiai Bisry Mustofa atau adik dari Kiai Mustofa Bisri. Kiai Munawwir juga teman seangkatan Mustofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus.
“Beliau adalah teman sekaligus sahabat saya,” kata Gus Mus sebelum mendoakan keberangkatan jenazah Kiai Munawwir dari rumah ke masjid di Kompleks Pesantren Krapyak.
Pemakaman ulama besar di DIY itu dihadiri sejumlah tokoh penting, seperti Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Ketua MUI DIY Toha Abdurahman, dan jajaran pengurus Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY hingga tingkat ranting.
Rais Syuriah PWNU DIY Mas'ud Masduqi mengatakan secara pribadi maupun lembaga PWNU, ia merasa kehilangan. Mas'ud Masduqi termasuk salah satu santri Kiai Munawsir.
Mas’ud menilai almarhum termasuk kiai yang sederhana dan humoris. Dekat dengan siapa saja. Tidak membeda-bedakan orang. Bahkan tidak merasa sebagai kiai ketika berbicara dengan santri. Kiai Munawwir juga terkadang enggan dicium tangannya, padahal mencium tangan kiai adalah tradisi kuat di kalangan santri.
“Saya termasuk santri beliau. Kadang saya cium tangan enggak mau. Kadang sama saya juga cenderung memakai bahasa halus,” kata Mas'ud.
Di PWNU, Kiai Munawwir menjabat Muhtasyar atau Penasihat. Almarhum masih mengisi pengajian di PWNU setiap Minggu Wage, terakhir bulan lalu dengan materi Syair Adiba yang menjelaskan soal kemuliaan Nabi Muhammad.
“Syair yang dibaca adalah syair terakhir, setelah itu tinggal doa. Setelah itu beliau tidak mengajar lagi,” ujar Mas'ud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Israel Kembali Bangun Permukiman Ilegal di Tepi Barat, Sebanayk 2.339 Unit
- Polisi Tangkap Sejumlah Orang Mengaku Wartawan yang Memeras Warga
- Kemenag Imbau Masyarakat Cek Arah Kiblat Secara Mandiri pada 15-16 Juli 2025
- Selama 2024 LPSK Menerima 10.217 Pemohon Saksi dan Korban Pidana
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
Advertisement

Pasar Suran Ledok Macanan Jogja Tingkatkan Perekonomian Warga
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Satgas Pangan Polri Tindaklanjuti Laporan Dugaan 212 Produsen Beras Nakal, Empat Orang Diperiksa
- Pentagon Akui Rudal Iran Menghantam Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar
- Wacana Pemberangkatan Jemaah Haji Menggunakan Kapal Laut Ditolak BP Haji
- Penerima Bansos Bermain Judol, Cak Imin Tegaskan Akan Ada Sanksi Tegas
- Kecelakaan KMP Tunu Pratama, Nelayan Temukan Satu Jenazah Diduga Penumpang
- Selama 2024 LPSK Menerima 10.217 Pemohon Saksi dan Korban Pidana
- Tim SAR Temukan Bangkai Kapal Tunu dalam Posisi Terbalik di Dasar Laut Selat Bali
Advertisement
Advertisement