Advertisement
Takut Diburu TNI, Ribuan Warga Papua Bertaruh Nyawa Lari ke Hutan Belantara

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA- Buntut penembakan puluhan pekerja Trans Papua di Nduga, Papua, aparat pemerintah kini gencar memburu pelaku penembakan. Akibatnya warga setempat dikabarkan memilih lari ke hutan.
Ribuan warga Distrik Mbua, yall, dan Yigi di Papua, mengungsi ke dalam belantara hutan, sejak TNI dan Polri melakukan penyisiran terhadap anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat—sayap militer Organisasi Papua Merdeka.
Advertisement
Pencarian TPNPB-OPM tersebut, setelah kelompok bersenjata itu terlibat kontak senjata di lokasi proyek jalan Trans Papua, 2 Desember 2018.
“Sebagian besar warga yang mengungsi ini adalah jemaat kami,” kata Ketua Sinode Kemah Injil Gereja Masehi (KINGMI) di Tanah Papua, Pendeta Benny Giyai kepada Suara.com-jaringan Harianjogja.com, Sabtu (15/12/2018).
Ia menuturkan, terdapat 5 klasis (majelis) di Yigi dan Yall yang mengungsi ke hutan-hutan sejak TNI/Polri melakukan penyisiran.
Kelima klasis tersebut ialah Klasis Yigi Barat berjumlah 6 jemaat; Klasis Yigi 6 jemaat; Klasis Muba 6 jemaat; dan, Klasis Mbulmuyalma 8 jemaat. Itu belum ditambah satu klasis di Mugi, yang jumlah jemaatnya belum bisa dipastikan.
Setiap jemaat, rata-rata diisi 30 sampai 50 kepala keluarga. Karenanya, sedikitnya terdapar 780 kepala keluarga mengungsi.
”Kalau satu keluarga terdapat dua anggota, maka yang mengungsi lebih dari 1.500 orang,” jelasnya.
Ia menjelaskan, Gereja Kingmi adalah denominasi gereja yang mayoritas di Nduga. Sedikitnya terdapat 60.000 anggota Gereja Kingmi di Nduga.
Risiko Kematian
Pendeta Benny meminta TNI dan Polri menyetop aksi penyisiran di permukiman warga sipil Nduga. Itu agar ribuan warga yang terpaksa mengungsi bisa kembali.
”Kalau tidak, pengungsi menghadapi risiko kematian di dalam belantara hutan. Bayangkan, di puncak Trikora itu dinginnya bukan main, ini berbahaya,” jelasnya.
Tak hanya itu, hujan deras yang kerap turun juga bisa menyebabkan banyak penyakit menghinggapi warga pengungsi, terutama anak-anak.
”Belum lagi gigitan nyamuk, malaria.”
”Jadi saya minta ke Presiden Jokowi, suruh setop itu operasi militer. Kasih kami kado Natal 2018 yang baik,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Aduan Konten Judi Online Mencapai 1,3 Juta
- Tunjangan Guru Non ASN pada RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Segini Besarannya
- Kerusuhan di Lapas Narkotika Muara Beliti Sumsel, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Ungkap Penyebabnya
- Sejoli Ditemukan Meninggal Dunia dalam Mobil di Jambi, Diduga Keracunan AC
- 1,7 Juta Pengemudi Ojol Belum Punya Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Advertisement

Truk Bermuatan Batu Alam Kecelakaan Tunggal di Piyungan, Sopir Meninggal di Tempat
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Kecelakaan KA Harina vs Truk di Pelintasan Sebidang Kaligawe Semarang, 1 Orang Tewas
- Tangani Kebakaran Hutan, Modifikasi Cuaca Natrium Klorida Diperpanjang hingga 12 Mei 2025
- Kata Sandi Milik Kepala Pentagon Pete Hegseth Bocor Akibat Serangan Siber
- Menteri Budi Santoso Segera Terbitkan Permendag Baru, Mengatur Ekspor Impor hingga Perdagangan Dalam Negeri
- Polisi Kerahkan Ratusan Personel Jaga Sidang Kasus Hasto PDIP
- Merespons Gelombang PHK, Menaker Akan Optimalkan Platform SIAPKerja
- 1,7 Juta Pengemudi Ojol Belum Punya Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Advertisement