Advertisement
Lokomotif Uap Kuno di Stasiun Purwosari Dipindah ke Balai Yasa Jogja
Loko uap D52099 dan loko uap D1410 yang didatangkan dari Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta terparkir di Stasiun Purwosari, Solo, Kamis (23/2 - 2017). (Solopos/Nicolous Irawan)
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO — Balai Yasa Yogyakarta memindahkan lokomotif uap kuno yang mangkrak di Stasiun Purwosari, Solo, ke Balai Yasa Yogyakarta, Sabtu (13/10/2018). Lokomotif tersebut akan diperbaiki.
Kereta uap kuno buatan Jerman ini didatangkan dari Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semasa menjabat sebagai Wali Kota Solo. Namun demikian, sejak didatangkan pada November 2016, kereta kuno ini belum pernah dipakai.
Advertisement
Executive Vice President Balai Yasa Yogyakarta, Hasyim Suwondo, mengatakan pemindahan kereta uap kuno dari Solo ini dengan menggunakan truk. Nantinya lokomotif uap itu bakal diperbaiki di Balai Yasa.
"Balai Yasa hanya ketempatan saja karena yang mengerjakan dari pihak aset dan heritage PT KAI yang pimpinannya ada di Jakarta. Keretanya dibawa ke sini karena kami memiliki peralatan yang lengkap,” katanya, kepada wartawan, Kamis (11/10/2018).
BACA JUGA
Manajer Produksi Balai Yasa Yogyakarta, Moch Maruchan, menambahkan kereta uap itu awalnya ada di Stasiun Purwosari. Namun, karena akan dipindahkan ke Balai Yasa, kereta uap buatan Jerman itu langsung dipindahkan terlebih dahulu ke Stasun Balapan Solo.
Menurutnya, pemilihan Balai Yasa Yogyakarta sebagai tempat untuk perbaikan kereta uap itu karena peralatannya lengkap. Antara lain, crane, impact, pneumatic, dan tools.
“Kami siap membantu untuk perbaikan lokomatif uap ini, meski Balai Yasa hanya ketempatan," imbuhnya.
Semula, rencananya lokomotif buatan Jerman itu akan mendampingi kereta uap Jaladara yang telah lebih awal berfungsi sebagai kereta wisata di Solo.
Sebelumnya, Humas PT KAI Daop VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, menambahkan komponen lokomotif buatan pabrikan Fried Krupp, Jerman, ini sudah tidak ada lagi di pasaran. Maka dari itu, Indonesia mesti membikin komponen-komponen ini sendiri yang tentunya tak mudah dilakukan. Terlebih biaya yang mesti dikeluarkan untuk ini tak murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BPS: 6,3 Juta Orang Bekerja di Sektor Transportasi dan Pergudangan
- Serangan Beruang Meningkat, Jepang Izinkan Polisi untuk Menembak
- PBB Khawatirkan Keselamatan Warga Sipil Akibat Perang di Sudan
- Dari Laporan Publik hingga OTT: Kronologi Penangkapan Abdul Wahid
- Media Asing Ungkap Kamboja Tangkap 106 WNI Terkait Jaringan Penipuan
Advertisement
Kasus Kecelakaan Maut Palagan, Pengemudi BMW Dijatuhi Hukuman Penjara
Advertisement
5 Air Terjun Terindah dari Jawa hingga Sumatra, Pesonanya Bikin Takjub
Advertisement
Berita Populer
- Memilih Alternatif Gula yang Aman untuk Kesehatan Harian
- Mauricio Sebut Laga Timnas U-17 Vs Brasil Bakal Jadi Ujian Berat
- PLN Jateng-DIY Genjot Pemerataan Akses Listrik Lewat Program BPBL 2025
- Soal Suksesi di Keraton Solo, Ini Kata Jokowi
- Selamatkan Ribuan THL, Pemkab Karanganyar Siapkan Opsi Outsourcing
- Dua Mantan Dirut Antam Dipanggil KPK, Ini Kasusnya
- 195 Beasiswa Green Engineering Dibuka untuk Mahasiswa RI
Advertisement
Advertisement



