Advertisement
LONG FORM: Seberapa Berisiko Penyelamatan Tim Sepak Bola yang Terperangkap di Gua Thailand?

Advertisement
Harianjogja.com, THAILAND-Gua Thailand di mana 12 anak-anak dan pelatih sepak bola mereka terperangkap merupakan sistem gua yang mengular dan bercelah. Gua ini memberikan sejumlah masalah bagi para penyelamat.
Dilansir dari BBC, Jumat (6/7/2018) beberapa bentangan dari gua Tham Luang tingginya lebih dari 10 meter, sementara lainnya sangat sempit bagi orang dewasa. Ditambah lagi, bagian tersebut kebanjiran dan ketinggian air bisa meningkat. Oleh karena itu, mengeluarkan kelompok tersebut bisa sangat sulit.
Advertisement
Kelompok tersebut menjelajah gua ketika badai yang tiba-tiba datang membuat jalur kebanjiran dan memerangkap mereka di dalam. Mereka telah menghabiskan sembilan hari di dalam gua dengan sedikit makanan atau pencahayaan ketika mereka ditemukan pada Senin.
Penyelamatan mereka bisa memakan waktu berbulan-bulan lantaran kelompok tersebut harus belajar menyelam atau menunggu air surut.
BACA JUGA
Bisakah Anak-Anak Itu Selamat dengan Menyelam?
Penyelamn dengan peralatan pernapasan khusus telah mencapai kelompok tersebut melalui beberapa seri jalur yang dipenuhi air. Para anak itu mungkin harus melalui cara yang sama untuk keluar.
Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwan mengatakan, para penyelamat saat ini mengajari mereka untuk berenang dan menyelam. Para penyelamat berharap bisa memberikan masker full-face pada semua anak dan memasang jalur selam dan botol udara terkompresi di sepanjang terowongan. Mungkin juga dengan tongkat cahaya untuk menerangi jalan.
Pilihan menyelam ini dinilai sangat berbahaya oleh beberapa orang, tetapi ahli selam Inggris mengungkapkan, prioritasnya adalah untuk membawa keluar anak-anak tersebut sebelum hujan datang dan membawa banjir dan puing-puing masuk ke sistem gua.
Martin Grass, Pimpinan Kelompok Penyelaman Gua berharap anak-anak itu mendapatkan masker full-face, baju selam ringan, dan ditunjukkan cara menggunakan sirip selam atau fin. Para penyelamat menginstruksikan mereka agar tidak menahan napas, menggunakan fin tersebut dan bernapas dengan perlahan.
Grass mengungkapkan, mereka bisa membawa sendiri botol udara tergantung dari ukuran bocah itu sendiri. Atau, seorang penyelam membawanya untuk mereka. "Tiap anak akan memerlukan satu atau dua penyelam yang akan menjaga mereka untuk memastikan mereka tidak panik," ujar dia.
Anak-anak itu juga bisa dikaitkan dengan penyelam sehingga tidak ada risiko mereka tersesat di dalam air yang mengalir deras. "Ini bisa jadi bonus bahwa anak-anak itu masih muda. Ketika masih muda, Anda akan merasa tak terkalahkan dan mereka akan menganggapnya sebagai sebuah petualangan," papar dia.
Anak-anak bisa berada di dalam air sekitar 10 hingga 15 menit pada satu waktu, tergantung seberapa parah jalur itu kebanjiran. Namun, perjalanan kembali ke pintu keluar bisa memakan waktu.
Penyelamat memerlukan waktu 11 jam untuk melakukan perjalanan bolak-balik, enam jam menuju para penyintas dan lima jam untuk keluar.
Sementara pemompaan air berlanjut untuk mengurangi banjir, Grass mengusulkan para penyelam Inggris mengeluarkan mereka secepat mungkin. "Dengan monsun mendekat, Anda tidak akan tahu seberapa tinggi air akan naik," jelas dia.
Menunggu dan Memompa
Grup tersebut bisa menunggu hingga ketinggian air turun, dengan makanan dan keperluan penting lainnya dikirim dengan penyelaman biasa. Kemudian, mereka bisa keluar dengan aman dengan berjalan kaki.
Sebuah laporan mengungkapkan, operasi pemompaan sepanjang waktu sudah tersedia. Mengeluarkan jutaan liter air dari dalam gua dan mengurangi luapan air satu sentimeter per jam.
Namun, seberapa pun banyaknya mereka memompa, tetap ada kiriman air dari sinkhole dan aliran air di bukit atas dan ketika hujan monsun datang, ada kemungkinan ruang yang mereka gunakan saat ini akan dipenuhi air.
Gubernur Provinsi Chiang Rai Narongsak Osottanakorn mengatakan, misi penyelamatan itu sebagai balapan dengan air. "Kekhawatiran utama kami adalah musim. Kami menghitung berapa banyak waktu yang kami punya jika hujan, berapa jam, dan hari," ucapnya pada wartawan.
Pengeboran ke Bawah-Kurang Layak
Pihak berwenang telah mencoba untuk mengebor lubang dalam gua untuk menguras luapan air. Namun, hal itu terhambat oleh tebalnya batu.
Ada pula usulan pengeboran dengan cara lain untuk mengeluarkan mereka dan mengangkat mereka melalui udara.
Namun, untuk memulai proses itu, jalan-jalan baru perlu dibangun di atas gua untuk mengakomodasi perangkat pengeboran yang berat yang dibutuhkan untuk menembus bebatuan. Survei area yang detail juga dibutuhkan.
Jika tidak, akan sangat kecil kemungkinan menggali lubang di tempat yang tepat untuk mencapai anak-anak tersebut dan pelatih mereka.
Apa Saja Bahaya di Bawah Sana?
Anak-anak, usia antara 11 dan 16 tahun dan pelatih mereka yang berusia 25 tahun, berkerumum di atas tebing batu kecil. Lingkungannya basah, sehingga mereka harus tetap hangat dan kering sehingga tidak terkena hipotermia.
Batu yang jatuh menjadi ancaman, tetapi hal yang menjadi kekhawatiran utama tim penyelamat adalah kenaikan banjir. Air karena badai bisa mempersulit rute akses, mengancam pasokan udara dalam ruang dan menghambat upaya evakuasi.
Sementara mereka menunggu untuk dibebaskan, bocah-bocah itu harus tetap tenang dan berada di atas tebing. Hal itu diungkapkan pensiunan kepala British Caving Association Andy Eavis.
Jika tidak, mereka dapat dengan mudah jatuh dan tersapu air. "Merayap di kegelapan merupakan masalah terbesar," jelas dia.
Bantuan Apa Saja yang Mereka Dapatkan?
Makanan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan suplai medis, termasuk gel berkalori tinggi dan paracetamol telah diterima oleh anak-anak dan pelatihnya pada Selasa.
"[Kami akan] bersiap untuk mengirimkan makanan tambahan untuk keperluan selama empat bulan dan melatih 13 orang tersebut untuk menyelam, sementara terus menguras air," ujar Kapten Angkatan Laut Anand Surawan dalam keterangan dari pasukan bersenjata Thailand.
Pihak berwenang mengatakan, sebagian besar anggota grup baik-baik saja, meskipun beberapa lemah atau mengalami luka kecil. Seorang dokter dan perawat menemani mereka dan akan memutuskan apakah mereka cukup kuat untuk dipindahkan.
Sementara itu, para penyelam telah membawa ratusan tangki udara terkompresi ke dalam gua dan bersiap membangun base camp di dalam rongga gua.
Bagaimana Mereka Menangani Kekelahan Mental?
"Hal yang sangat melemahkan dalam situasi ini adalah kegelapan," ujar Eavis.
Ia mengatakan, aak-anak tersebut mungkin saja memiliki obor atau cahaya pada ponsel mereka, tetapi mereka telah berada dalam kegelapan berjam-jam.
Oleh karena itu, tim penyelamat telah membawa pencahayaan dalam ruang gua tersebut dan selalu menemani mereka. Para penyelam juga telah menyiapkan sambungan daya dan telepon untuk memungkinkan anak-anak berbicara pada orang tuanya.
"Secara mental, mereka stabil. Hal itu sangat baik," ujar Ben Reymenants, penyelam Belgia yang membantu proses penyelamatan.
"Untungnya, pelatihnya memiliki kewarasan untuk membuat mereka tetap bersatu, berkerumun untuk menghemat energi, yang pada dasarnya telah menyelamatkan mereka," jelas dia.
BACA JUGA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : BBC
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jadwal Pemadaman Listrik Hari Ini, Kota Jogja dan Bantul
- Donald Trump Desak Kesepakatan Akhiri Shutdown Pemerintah AS
- Istana Sebut Insiden Pesantren Al-Khoziny Jadi Atensi Khusus Prabowo
- Ratusan Pendukung Palestina Action di London Ditangkap Polisi
- Tanah Longsor dan Banjir Bandang di Nepal Tewaskan 22 Warga
Advertisement

Jadwal Bus Sinar Jaya Naik dari Malioboro ke Pantai Parangtritis dan Pantai Baron, 6 Oktober 2025
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Film Yakin Nikah Gelar Special Screening dan Roadshow di 10 Kota
- Jadwal MotoGP Mandalika 2025 Hari Ini, Berikut Link Live Streaming
- SBY, Maruf Amin, hingga Jusuf Kalla Hadiri HUT ke-80 TNI
- 35.075 Pelajar di Temanggung Sudah Mengikuti Cek Kesehatan Gratis
- Jelang Race MotoGP Indonesia, Arus Lalu Lintas Menuju Mandalika Ramai
- Dies Natalis UJB ke-67, Ribuan Alumni Meriahkan Janabadra Club Rendezvous
- Update Korban Amburknya Ponpes Sidoarjo, 36 Meninggal dan 27 Masih Pencarian
Advertisement
Advertisement