Advertisement

Ini Tokoh Paling Berperan di Balik Penetapan Vredeburg Menjadi Museum

Sunartono
Selasa, 04 Desember 2018 - 18:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Ini Tokoh Paling Berperan di Balik Penetapan Vredeburg Menjadi Museum Museum Vredeburg, Selasa (3/4/2018). (Harian Jogja - Salsabila Annisa Azmi)

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Benteng Vredeburg yang berada di jantung Kota Jogja dulunya merupakan benteng pertahanan Belanda dan sempat mangkrak setelah kolonial hengkang dari Indonesia. Setidaknya ada empat tokoh yang paling berperan dalam proses pembangunan dan penetapan Benteng Vredeburg menjadi museum.

Mereka adalah Raja Kraton Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX serta tiga Mendikbud, yaitu Daud Yusuf Mendikbud era 1978 - 1983, Nugroho Notosusanto Mendikbud era 1983 - 1985 dan Fuad Hasan yang menjabat sebagai Mendikbud pada 1985 hingga 1993.

Advertisement

Pada 9 Desember 1980 dilakukan piagam perjanjian antara Sri Sultan Hamengkubuwon IX sebagai pihak pertama dan Mendikbud Daud Yusuf sebagai pihak kedua. Perjanjian itu berisi tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg karena memiliki nilia sejarah yang tinggi. Kemudian pada 1981, Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB) melalui Ketetapan Mendikbud RI No.0224/U/1981. Setelah menjadi BCB, Vredeburg kemudian dipertegas lagi oleh Mendikbud Nugroho Notosusanto sebagai monumen perjuangan nasional pada 5 Nopember 1984 dan pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada April 1985 Piagam Perjanjian dikeluarkan oleh Sri Sultan HB IX No.359/HB/85 terkait izin perubahan tata ruang bagi gedung di area kompleks Vredeburg dengan menyesuaikan kebutuhan museum. Selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan bekas benteng Vredeburg menjadi museum. Medio 1987 Vredeburg bisa dikunjungi untuk umum. Kemudian pada 1992 melalui Mendikbud Fuad Hasan mengeluarkan SK Mendikbud No.0475/O/1992 tertanggal 23 Nopember tentang Bangunan Benteng Vredeburg resmi sebagai museum benteng Yogyakarta.

Foto sejumlah tokoh yang terlibat proses penetapan Benteng Vredeburg menjadi museum, belum lama ini./Harian Jogja-Sunartono

"Secara resmi saat ini kami sudah berusai 26 tahun sesuai dengan SK penetapan sebagai museum," terang Plt Kepala Museum Benteng Vredeburg Zaimul Azzah belum lama ini.

Ia menjelaskan, berbagai cerita perjalanan benteng dari awal dibangun dan menjadi rebutan penjajah hingga ditetapkan sebagai museum ditampilkan dalam pameran bertajuk Vredeburg Dulu, Kini dan Esok yang telah digelar pada 21 hingga 26 Nopember 2018 lalu.

Dari sisi sejarah, Vredeburg dibangun pada 1760 oleh HB I atas permintaan Belanda, pada awalnya hanya tembok dari tanah dan diperkuat dengan tiang dari pohon kelapa. Bangunan di dalam ya terdiri atas bambu, kayu dan atap ilalang. Di keempat sudut dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka. Oleh HB I, keempat sudut itu diberi nama jayawisesa untuk sudut barat laut, jayapurusa untuk timur laut, jayaprakosaningprag sudut barat daya dan jayaprayitna untuk sudut tenggara.

Kemudian pada 1765 benteng itu dibuat lebih permanen dengan pengawasan ahli bangunan asal Belanda Franz Haak. Pembangunan dimulai pada 1767 selesai 1787. Benteng ini awalnya diberinama Rustenberg yang artinya benteng peristirahatan. Ketika terjadi gempa pada 1867 benteng ini terjadi kerusakan, kemudian dilakukan perbaikan dan diubah namanya menjadi benteng Vredeburg.

"Nama ini diambil dari manifestasi hubungan antara Kasultanan Ngayogyakarta dengan Belanda yang tidak saling menyerang ketika itu," katanya.

Di dalam benteng tersebut, ketika itu dijadikan sebagai rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit, hingga rumah residen. "Perjalan sejarah itu sengaja kami tampilkan untuk menambah pengetahuan pengunjung," katanya.

Di era modern saat ini, lanjutnya, museum mengalami perubahan dengan menuju ekonomi berbasis pengalaman. Setiap museum menawarkan pengalaman yang berbeda dengan merangkul para komunitas yang dilibatkan sebagai inisiator hingga kurator kegiatan museum.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan DIY Budi Wibowo menyatakan, saat ini museum harus melakukan pergeseran pengelolaan dengan menyesuaikan perkembangan zaman agar tetap diminati pengunjung. Ia menilai Vredeburg termasuk museum yang memiliki banyak kegiatan kreatif untuk menghadirkan pengunjung seperti pameran.

"Pada 2017 jumlah pengunjung Museum Vredeburg berdasarkan data kami sekitar 450.000 orang dan diperkirakan akan naik drastis di 2018 ini karena banyak program yang digelar," ujarny

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ratusan PNS Sleman Dapat Penghargaan Satyalancana Karya Satya

Sleman
| Jum'at, 26 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement