Advertisement

Ukraina Bakal Beli Senjata ke AS Senilai US$100 Miliar

Lorenzo Anugrah Mahardhika
Selasa, 19 Agustus 2025 - 17:07 WIB
Jumali
Ukraina Bakal Beli Senjata ke AS Senilai US$100 Miliar Asap mengepul dari lokasi kebakaran selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Kamis (7/4/2022). - JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Ukraina berencana membeli senjata Amerika Serikat (AS) senilai US$100 miliar dengan pembiayaan dari Eropa sebagai syarat untuk memperoleh jaminan keamanan dari Washington setelah tercapainya kesepakatan damai dengan Rusia.

Rencana tersebut terungkap setelah pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska akhir pekan lalu tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Advertisement

BACA JUGA: Richi Duta Ricardo Juarai Thailand Intenational Challenge

Dalam sebuah dokumen yang dikutip dari Financial Times pada Selasa (19/8/2025), Kyiv dan Washington juga tengah menyiapkan kerja sama senilai US$50 miliar untuk memproduksi drone bersama perusahaan Ukraina yang sejak invasi penuh Rusia pada 2022 dikenal sebagai pelopor teknologi tersebut.

Proposal tersebut disampaikan Ukraina kepada AS dalam daftar poin pembahasan dengan para sekutu Eropa menjelang pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (18/8/2025), menurut empat sumber yang mengetahui isu ini.

Meski dokumen tidak merinci jenis senjata yang ingin dibeli, Ukraina sebelumnya menegaskan keinginannya memiliki setidaknya 10 sistem pertahanan udara Patriot buatan AS untuk melindungi kota serta infrastruktur vitalnya, selain rudal dan peralatan militer lain. Dokumen tersebut juga tidak menjelaskan porsi investasi dan pengadaan dalam kerja sama produksi drone.

Langkah Ukraina dinilai sebagai upaya untuk menarik perhatian Trump yang menekankan keuntungan bagi industri dalam negeri AS. Ketika ditanya soal bantuan militer lebih lanjut untuk Ukraina, Trump menegaskan pihaknya tidak memberikan apa-apa. Dia menuturkan, pihaknya menjual senjata.

Dokumen tersebut juga menjabarkan bagaimana Ukraina berupaya mengajukan kontra-usulan kepada AS, setelah Trump pekan lalu terlihat sejalan dengan posisi Rusia dalam penyelesaian perang usai bertemu Presiden Vladimir Putin di Alaska.

Ukraina menegaskan kembali seruan gencatan senjata yang sebelumnya didukung Trump, namun ditinggalkan setelah pertemuan dengan Putin demi mendorong penyelesaian damai yang lebih komprehensif.

Dalam pertemuan di Washington, Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan kepada Trump bahwa pihak Eropa berharap AS dapat membantu mendorong gencatan senjata sebelum langkah selanjutnya ditempuh.

“Saya tidak bisa membayangkan pertemuan berikutnya berlangsung tanpa gencatan senjata. Jadi mari kita bekerja untuk itu dan menekan Rusia, karena kredibilitas upaya kita bergantung pada minimal adanya gencatan senjata,” ujarnya.

Lebih jauh, dokumen menyebut perdamaian abadi tidak boleh dibangun atas konsesi atau hadiah cuma-cuma untuk Putin, melainkan kerangka keamanan yang kuat untuk mencegah agresi di masa depan.

Ukraina menolak kemungkinan kesepakatan yang mencakup konsesi teritorial kepada Rusia dan menegaskan gencatan senjata harus menjadi langkah awal menuju kesepakatan damai penuh.

Selain itu, Kyiv juga menolak usulan Putin kepada Trump di Alaska untuk membekukan garis depan dengan syarat Ukraina menarik pasukan dari sebagian wilayah Donetsk dan Luhansk yang masih diduduki. Menurut Ukraina, langkah tersebut justru memberi celah bagi Rusia untuk melancarkan serangan cepat ke Kota Dnipro dan memungkinkan Putin mencapai tujuan agresinya dengan cara lain.

Dokumen itu juga menyatakan Ukraina menuntut kompensasi penuh dari Rusia atas kerusakan akibat perang, yang berpotensi dibayar menggunakan sekitar US$300 miliar aset negara Rusia yang saat ini dibekukan di negara-negara Barat. "Setiap pelonggaran sanksi hanya dapat dipertimbangkan jika Moskow mematuhi kesepakatan damai dan bermain secara adil," tulis dokumen tersebut.

Sebelumnya, Pertemuan tatap muka antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Anchorage, Alaska, Jumat (15/8/2025) pekan lalu tidak menghasilkan kesepakatan untuk menyelesaikan atau menghentikan perang di Ukraina, meski kedua pemimpin negara mengklaim pertemuan tersebut produktif.

Kedua pemimpin negara dalam sambutan singkat di hadapan media menyampaikan bahwa keduanya telah mencapai kemajuan dalam isu-isu yang tidak disebutkan secara spesifik.

“Ada banyak sekali poin yang kami sepakati. Saya rasa ada beberapa poin penting yang belum sepenuhnya kami capai, tetapi kami telah membuat beberapa kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump, melansir Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Dipicu MJO, Hujan Lebat di DIY Diperkirakan hingga 21 Agustus

Dipicu MJO, Hujan Lebat di DIY Diperkirakan hingga 21 Agustus

Jogja
| Selasa, 19 Agustus 2025, 18:47 WIB

Advertisement

Sagon Wiyoro, Produsen Sagon Legendaris Berusia 70 Tahun

Sagon Wiyoro, Produsen Sagon Legendaris Berusia 70 Tahun

Wisata
| Minggu, 17 Agustus 2025, 19:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement