Advertisement
Fakta Baru Kecelakaan Jeju Air, Data Black Box Hilang 4 Menit Terakhir Sebelum Insiden
Otoritas Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) melaporkan bahwa 179 orang diduga tewas dalam kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Muan, seperti diberitakan oleh media lokal. - ANTARA
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Data penerbangan dan perekam suara kokpit pada jet Jeju Air yang jatuh pada 29 Desember berhenti merekam sekitar empat menit sebelum pesawat tersebut menabrak struktur beton di Bandara Muan Korea Selatan.
Dilansir dari Reuters, pihak berwenang yang menyelidiki bencana yang menewaskan 179 orang, yang terburuk di Korea Selatan, berencana menganalisis apa yang menyebabkan kotak hitam (black box) berhenti mencatat, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Perekam suara tersebut awalnya dianalisis di Korea Selatan, dan ketika datanya ditemukan hilang, dikirim ke laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, kata kementerian tersebut. Perekam data penerbangan yang rusak itu dibawa ke Amerika Serikat untuk dianalisis bekerja sama dengan regulator keselamatan Amerika, kata kementerian itu.
Jeju Air 7C2216 yang berangkat dari ibu kota Thailand, Bangkok, menuju Muan di barat daya Korea Selatan, mendarat di perut dan melampaui landasan pacu bandara regional, meledak menjadi api setelah menabrak tanggul.
Pilot mengatakan kepada pengawas lalu lintas udara bahwa pesawat tersebut terkena serangan burung dan menyatakan keadaan darurat sekitar empat menit sebelum jatuh ke tanggul dan meledak dalam kobaran api. Dua awak yang terluka, duduk di bagian ekor, berhasil diselamatkan.
Dua menit sebelum panggilan darurat Mayday, pengatur lalu lintas udara memberi peringatan akan adanya "aktivitas burung". Menyatakan keadaan darurat, pilot membatalkan upaya pendaratan dan memulai go-around.
Namun, alih-alih melakukan perjalanan penuh, pesawat jet Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan tersebut malah berbelok tajam dan mendekati landasan pacu tunggal bandara dari ujung yang berlawanan, melakukan pendaratan darurat tanpa menggunakan roda pendarat.
Sim Jai-dong, mantan penyelidik kecelakaan di kementerian transportasi, mengatakan penemuan data yang hilang pada menit-menit terakhir yang penting itu mengejutkan dan menunjukkan bahwa semua aliran listrik termasuk cadangan mungkin telah diputus, dan hal ini jarang terjadi.
Kementerian Perhubungan mengatakan data lain yang tersedia akan digunakan dalam penyelidikan dan akan memastikan penyelidikan transparan dan informasi dibagikan kepada keluarga korban. Investigasi terhadap kecelakaan tersebut juga terfokus pada tanggul yang dirancang untuk menopang sistem localizer yang digunakan untuk membantu pendaratan pesawat, termasuk mengapa tanggul tersebut dibangun dengan material yang begitu kaku dan sangat dekat dengan ujung landasan pacu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Pertimbangkan Jual Jet Tempur F-35 ke Turki, Israel Waspada
- Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
- 46.207 Penumpang Tinggalkan Jakarta dengan Kereta Api Hari Ini
- Ratusan Warga Terdampak Banjir Bandang Kalimantan Selatan
- Kunjungan ke IKN Tembus 36.700 Orang saat Libur Natal 2025
Advertisement
Advertisement
Musim Liburan, Wisata Jip Merapi Diserbu hingga 20 Ribu Orang
Advertisement
Berita Populer
- Sepanjang 2025, IHSG Pecahkan Rekor Tertinggi 24 Kali
- Gelombang Tinggi, Pelayaran Labuan Bajo Dihentikan
- Trump Desak Israel Ubah Kebijakan di Tepi Barat
- Kapolda DIY Pastikan Nataru Aman, Puncak Malioboro 31 Desember
- CIA Serang Dermaga Venezuela, AS Klaim Target Sindikat Narkoba
- Polres Temanggung Larang Kembang Api Malam Tahun Baru
- SPPT PBB-P2 Sleman 2026 Dibagikan Lebih Awal
Advertisement
Advertisement




