Advertisement

Promo November

Inaplas Sebut Ekonomi Sirkular Bisa Jadi Solusi Sampah Plastik

Newswire
Selasa, 26 November 2024 - 14:37 WIB
Maya Herawati
Inaplas Sebut Ekonomi Sirkular Bisa Jadi Solusi Sampah Plastik Foto ilustrasi pemilahan sampah botol plastik / Freepik

Advertisement

Harianjogja, JAKARTA—Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyebut  penerapan ekonomi sirkular atau bertransisi ke sistem plastik sirkular, yang mana semua plastik digunakan kembali, didaur ulang, dan dikelola secara bertanggung jawab, dinilai merupakan kunci untuk mengatasi masalah sampah plastik.

"Transisi menuju ekonomi sirkular akan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Edi Rivai dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (26/11/2024).

Advertisement

Selain itu, lanjutnya, juga meningkatkan efisiensi sumber daya, mendorong perkembangan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, terutama di negara-negara dengan infrastruktur pengelolaan sampah dan daur ulang yang kurang berkembang.

Oleh karena itu, menurut Edi, yang menjadi perwakilan Indonesia di Global Plastics Alliance, membangun sirkularitas dalam seluruh siklus hidup plastik, mulai dari desain, daur ulang, hingga pengelolaan akhir masa pakai yang bertanggung jawab, dan mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang sesuai dengan kebutuhan harus menjadi landasan utama perjanjian internasional guna mengakhiri polusi plastik.

Sebelumnya, menjelang putaran final negosiasi yang dijadwalkan untuk perjanjian internasional guna mengakhiri polusi plastik, World Plastics Council (WPC) dan anggota Global Plastics Alliance (GPA) menyerukan kepada pemerintah negara-negara untuk menyepakati perjanjian yang ambisius dan dapat diimplementasikan, yang secara signifikan meningkatkan pengelolaan sampah dan daur ulang.

Pada sesi kelima Komite Negosiasi Antarpemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee/INC5), yang dimulai pada Senin (25/11/2024) di Busan, Korea Selatan, para negosiator dari pemerintah masing-masing negara diharapkan mencapai kesepakatan terkait dengan sejumlah topik penting, termasuk model yang akan digunakan instrumen hukum internasional yang mengikat (Internationally Legally Binding Instrument/ILBI) untuk membantu negara-negara mengatasi sampah plastik.

BACA JUGA: BPBD DIY Minta Warga Waspadai Banjir Lahar dari Gunung Merapi Selama Musim Hujan

Menurut Edi, cara paling efektif untuk mencapai tujuan perjanjian, sambil tetap mempertahankan manfaat plastik bagi masyarakat adalah menjadikan sampah plastik sebagai komoditas yang memiliki nilai nyata.

Plastik memungkinkan penggunaan tenaga angin dan surya, meningkatkan efisiensi bangunan dan transportasi, menjaga ketahanan pangan, memperbaiki infrastruktur, serta mendukung layanan kesehatan modern.

"Oleh karena itu, perjanjian ini harus mengakui bahwa plastik diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan penanganan perubahan iklim," katanya.

Perjanjian ini, tambahnya, juga harus mengakui bahwa sampah yang tidak terkelola adalah penyebab utama polusi, serta memprioritaskan penyediaan pengelolaan sampah yang memadai bagi sekitar 2,7 miliar orang yang belum mendapatkannya.

Ketua WPC Benny Mermans menyatakan setiap negara menghadapi tantangan yang sangat berbeda dan membutuhkan solusi yang berbeda pula, pendekatan global yang seragam terhadap kebijakan dan regulasi tidak akan berhasil.

"Oleh karena itu, perjanjian ini harus memberikan fleksibilitas bagi setiap negara dan wilayah untuk mencapai tujuan perjanjian dengan cara yang paling sesuai untuk mereka," katanya.

Perjanjian ini harus mewajibkan negara-negara untuk mengembangkan rencana aksi nasional sehingga mereka dapat menerapkan solusi yang disesuaikan dengan kondisi mereka secara efektif.

Misalnya, target kandungan daur ulang wajib untuk sektor-sektor yang menggunakan plastik di tingkat nasional akan meningkatkan nilai sampah plastik sebagai bahan baku sirkular dengan meningkatkan permintaan untuk bahan mentah plastik sirkular.

Rencana tersebut harus memiliki elemen-elemen umum dan persyaratan pelaporan yang memastikan akuntabilitas negara dalam melacak kemajuan serta menciptakan sinyal permintaan untuk mendorong investasi dalam pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang.

 

Benny menambahkan World Plastics Council, selama 18 bulan terakhir telah menyatukan berbagai pemangku kepentingan guna membahas cara terbaik mengatasi salah satu tantangan terbesar di masa kini yakni mengakhiri polusi plastik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

AMEX Meet The Myth, Ajak Pengunjung Menjelajahi Dunia Mitologi

Jogja
| Selasa, 26 November 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement